Prologue

38 6 0
                                    

~✧~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~✧~

rasion d'être
"alasan untuk hidup"

Malam itu, mereka beradu lidah dan berderai air mata tanpa menghiraukan tempatnya berada dengan maksud mempertanyakan arti kehidupan. Terlihat pada raut wajah mereka yang kacau seakan tak ada lagi peluang.

Malam berbintang bagai penerang perdebatan meraka berdua, sunyi angin berhembus membuat setiap kata yang mereka lontarkan bergema.

"Aku pikir sudah saatnya mengakhiri ini." ucap seorang gadis berdiri dengan mata sayu

"Bukannya kau ingin tetap menjalani hidup? ini bukan tujuanmu kan?" Balas seorang lelaki dihadapannya

Gadis itu terdiam menghela nafas

"Jawab aku!" Seakan tak terima, lelaki itu mendekat lalu mencengkram kedua bahu gadis dihadapannya membuat mereka saling bertatapan.

Selang beberapa detik gadis itu akhirnya membuang muka

"Bukannya aku sudah bilang padamu, dari awal aku ingin menghilang dari muka bumi ini dan aku sudah memperingatkanmu apapun yang kau lakukan akan sia-sia, tujuan awalku sudah bersifat mutlak." Suara gadis itu sedikit melirih

"Aku tau itu, pasti ada jalan bukan?" tanya lelaki itu sembari melepaskan cengkramannya, pandangannya turun melihat tanah pijakan rata rooftoop yang menopang tubuh mereka.

gadis itu menggelengkan kepala

"Lalu apa yang harus aku lakukan agar kau menetap?" Lelaki itu menyeka tirta netra  yang luruh menggunakan jari tangan kanannya

"Kabulkan satu permintaanku." Raut muka gadis dihadapannya beralih serius

"Ya, akan ku kabulkan apa pun itu?"

"Bunuhlah aku."

Netra lelaki itu membesar kembali menatap gadis urung angan didepannya, tak lama ia kembali mencucurkan air mata—terisak.

"Kau enggan menetap dan hendak lenyap, begitukah? bukan ini yang aku inginkan." Lanjutnya dengan mengerutkan dahi

Gadis itu mendekat, sampai akhirnya mereka hanya berenggang sekitar lima puluh sentimeter lalu tersenyum tipis melihat lelaki itu menangis bersedu-sedu, pandangannya turun pada dada terengah-engah lelaki di depannya.

Masih dengan senyum tipisnya, ia menudungkan telunjuk tepat di dada bagian kiri lelaki itu lalu berkata

"Aku akan menetap, menetap di bagian terdalam dirimu. Kira-kira disini." Lelaki didepannya seketika terdiam mendengar ucapannya

Disusul dengan tawa kecil khas gadis seakan kata yang ia lontarkan adalah sebuah gurauan.

—Hening

"Wah lihatlah bintang-bintang itu! Mereka membentuk suatu rasi." Alih gadis itu sambil merenggangkan jarak antar tubuh mereka.

"Kalau tidak salah mereka rasi scorpio, dan itu lihat itu! Bintang merah menyala, Antares."

Lanjutnya menunjuk salah satu dari ribuan bintang yang bertaburan dalam dirgantara

Dan benar saja, yang ia tunjuk adalah bintang antares yang terkenal akan merah nyalanya

...

"Walaupun kau tidak mau melakukan keinginan terakhirku itu, tetap saja aku akan melakukannya..."
...
...
...

"Semalam seorang siswi Sekolah Menengah Atas diduga melakukan aksi bunuh diri disalah satu atap bangunan milik sekolah, penyebabnya belum diketahui pasti namun menurut salah satu teman korban, ia sudah berencana melakukan aksi tersebut sejak lama..."

Disisi lain seorang gadis sedang menonton televisi lalu tersirat dua dugaan dalam isi kepala gadis itu yaitu

Bunuh diri atau pembunuhan?

"Menarik." Gumam gadis itu
.
.
.

- • -

Berjumpa penuh derita serta menyangkal angan sukacita sepihak insan lalu berpisahan tanpa kesepakatan dalam satu malam.

- litguardian

- • -
.
.
.

~✧~


to be continued...

LuminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang