02 : kuriositas

14 2 0
                                    

~✧~

02

Menempelkan dagu pada telapak tangan kanan memandang jendela kelas tepat di samping kirinya, dilihatnya gedung empat lantai yang seukuran merada di sisi lain, mereka menamainya gedung timur.

Sebab bosan beralih pandang padahal ia sedang berguru, mengamati gedung timur batinnya berasumsi "Oh jadi yang itu gedung timur," menyadari letak saksi bisu jatuhnya sang korban.

Gedung timur.

Lima menit berlalu, bel membahana merebak sampai ujung kelas tersiar menandakan jam pertama usai, sang guru menyudahi ajarnya. Setelah keluar, seisi kelas gaduh berenjeng lidah kesana kemari. Namun, ia masih setia dengan lamunannya.

Seketika lamunan buyar, mendapati orang di seberang kanan bangkunya menjawil astanya.

"Bolpoinmu jatuh." katanya mesem menodongkan objek yang dimaksud

Refleks menoleh sang empunya

"Makasih Jihoon." meraih bolpoin hitam serta menyalin raut muka mesem yang dilontarkannya.

Seakan menyadari situasi, orang di depannya mendadak menyela. Mulanya gadis itu hendak membereskan buku di hadapannya, mendengar percakapan itu ia berbalik punggung, dengan mata membelak penasaran. Tampaknya indera pendengaranya amat jitu.

"Eh, Yeojin kenal Jihoon?" ucapnya menoleh memandang kami berdua.

"Aku kan sudah bilang kalau murid yang bakal pindah itu kenalanku." tutur Jihoon, nadanya meninggi sembari melotot menggertakkan gigi

"Hehe, lupa, kalau begitu kenalin namaku Yeji, Hwang Yeji," mengacungkan astanya meminta berjabat tangan

"Semisal si Jihoon napa-napain kamu bilang aja sama aku." lanjutnya berbisik menodongkan tendasnya serta menutupi percakapan dengan tangan satunya agar tidak ketahuan sang oknum, sekilas bagai tetangga menggibah.

Namun bisiknya amat jelas, Jihoon memutar bola mata malas serta berbalik tubuh daripada bertikai.

Yeojin pun meraih tangan Yeji, "Iya, salam kenal juga." senyum basa-basi tak dapat dihindari.

~•~

Bel berulang membahana tanda waktu rehat perdana, mereka membenahi ragam wacana di atas meja. Mendadak termenung akan kedatangan wali kelas yang mengetok pintu melangah mencuri atensi seisi kelas dengan netra melacak sesosok insan.

"Ketua kelas apakah ada waktu? jika ada, bisa antarkan anak baru itu berkeliling area sekolah? sepertinya dia harus cepat beradaptasi."

"Bisa, pak." balas lelaki jangkung di bangku paling depan

Setelah sang guru mengangkat kaki, lelaki itu menoleh angguk mengisyaratkan Yeojin tuk lekas melaksanakan titah tersebut. Kala Yeojin melangkah, merasa bawah hastanya ditarik seseorang.

"Nanti istirahat kedua makan bareng ya di kantin." ujar Yeji dengan laras memelas

"Baiklah."

Berjalan bersandingan melalui kooridor kelas-hening, bersua tak menanja penuturan, arkian tibalah bahana pertama dikatanya.

"Namaku Soobin, seperti yang kamu tahu aku ketua kelas, mungkin sedikit aneh tapi bolehkah aku bertanya?" lisannya bengap sebab gabir dengan eksistensi asing

"Bertanya apa?" tanyanya balik mendongak lantaran tiyang di sampingnya terlalu jangkung

"Kamu pindah sekolah karena apa?"

Bocah ini di luar ekspetasi, batin Yeojin. Sebab melontarkan perkara kehadiran yang mampu tumbul ketersinggungan.

"Jangan khawatir aku pindah karena ambisiku bukan karena tindakanku di masa lalu, skandal? tentu saja bukan." jawab Yeojin menaikan bahu menyadari kegaliban diskusi saat ini

LuminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang