01 : are you sure?

28 2 0
                                    

~✧~

01

Sinar mentari fajar menyoroti wilayah kota, menembus jendela tempatnya berada. Mata gadis itu terpaksa terbuka mengamati sekeliling ruangan, mendapati dirinya yang terbangun pada posisi duduk di kursi belajar. Dalam keadaan setengah sadar, dilihatnya jam dinding yang menunjuk pukul enam pagi.

Ia bergegas menuju kamar mandi yang tak jauh dari tempatnya. Setelah membersihkan diri, ia mengacak-acak rambut yang basah menggunakan handuk dan mengeringkan rambut dengan hairdryer.

Menatap dirinya pada pantulan cermin- terdiam, netranya terfokus pada nametag yang melekat pada seragam sekolahnya, ia gugup.

"Semoga ini berhasil." gumamnya, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Yeojin, turun, saatnya makan." panggil Ibu dengan suara lantang dari lantai bawah

"Iya bu, sebentar lagi."

Ia pun bergegas menyelesaikan kegiatannya tak lupa memungut ransel warna biru yang tahun lalu ia beli. Menyusuri satu persatu anak tangga yang sekiranya berjumlah tiga puluhan, kini Yeojin sudah berada pada tempat tujuan.

Ya, nama gadis ini adalah Yeojin, Choi Yeojin. Saat ini ia sudah menginjak kelas dua Sekolah Menengah Atas. Namun, hari ini ia berencana berangkat ke sekolah barunya.

"Apa kau yakin akan keputusanmu itu, Yeojin?" ucap seorang lelaki di samping kursi makan milik Yeojin

Beralih posisi dari duduk menghadap meja makan bergeser ke kursi makan milik Yeojin. Mulanya lelaki itu sekadar melungguh diam sambil memandang sumpit yang sedari tadi diutiknya, ia buncah mengenai tutur kata yang dilontarkan, memastikan bahwa adiknya itu yakin atas keputusannya.

Meringkukan punggung juga menyelipkan antar jari tangan kanan serta kirinya juga tatapan tajam yang nampak bagai lagak menginterogasi.

"Iya kak, aku sangat yakin akan hal itu." jawab Yeojin melirik sekilas raut muka cemas kakaknya.

Usai mendengar balasan, ia terdiam memandangi adiknya beberapa detik, rasa cemasnya belum terbayar namun memutuskan kembali ke posisi semula.

"Aku pikir ini berlebihan, sekadar rasa penasaran sampai memutuskan untuk pindah sekolah? adikku ini berani atau bodoh?" bergumam mengenai anggapannya sendiri.

"Sudahlah, lagipula itu keputusannya sendiri setidaknya ia mau menanggung apa akibatnya, Yeonjun." tutur dari ayah mereka seraya menyantap hidangan sarapan

"Tetapi tidak di sekolah sampah itu!" bentak tak terima Yeonjun, sampai-sampai ia berdiri dari tempat duduk serta mendobrak meja

"Itu bukan sekolah sampah, itu hanya sekolah swasta pada umumnya." balas Yeojin kalem mengetahui begitu khawatirnya sang kakak

Yeonjun berdecak kesal beranggapan bahwa mereka sama saja-bungkam. Ia tak kuasa menahan kekhawatirannya. Kembali duduk memasang raut masam sembari menyabung ramusan santapannya.

"Yeojin, walaupun Ayah sudah memberi izin agar kamu bisa pindah sekolah namun tetap saja perhatikan juga nilaimu, jangan sampai terlalu fokus pada hal lain, mengerti?" ucap ayah Yeojin dengan tegas

"Mengerti ayah." Jawab Yeojin

"Lagipula aku tidak sendirian, ada teman lamaku di situ." lanjutnya, pipinya melabu sebab mulut penuh makanan.

Ditelannya sedikit demi sedikit makanan tersebut sambil menatap satu persatu anggota keluarganya, meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja di sekolah barunya.

LuminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang