~✧~
03
Daegu, 2 tahun yang lalu.
Yeojin duduk menyandar di kursi panjang dengan muka memalas menanti sembari mengamati orang yang berlalu-lalang, beberapa ada yang mengenakan jas lap putih serta stetoskop yang bergelantugan di leher dan ada juga yang bolak-balik membawa dokumen untuk pendaftaran. Kali ini kooridor rumah sakit penuh dengan kebisingan.
Sebenarnya gadis itu benci menunggu namun titah ayahnya tak sanggup ia bantah sedangkan sang pemberi perintah sedang sibuk mengusur penyelidikan korban.
Namun sesuatu membuat pandanganya teralih, pintu ruangan yang berhadapan dengannya kini terbuka mereka bergegas mendorong ranjang pasien ke luar ruang kiranya menuju ruang operasi, ia menajamkan pandangan dilihatnya seorang gadis muda tergeletak di atas ranjang serta gadis muda lain yang panik membuntuti arah.
Beberapa jam kemudian, Yeojin lelah pada posisi duduknya ia berencana membeli sesuatu di kantin hospital. Sela perjalanan tepatnya di pertigaan kooridor seorang gadis berjalan cepat melintas di hadapannya juga terdengar isak tangis, ia terhenti. Paras gadis serupa diingatnya kala ia duduk tadi.
Bukankah itu gadis yang tadi? tanya Yeojin pada benaknya.
Yeojin menoleh ke arah jalannya sang gadis tak dikenalnya itu agaknya menuju taman belakang hospital lalu menengok arah sebaliknya yang ternyata ruang operasi.
Sesampainya di kantin, Yeojin tercenung di hadapan lemari pendingin memindai jenama minuman yang tersusun rapi, dijangkaunya banana uyu yang tersisa satu kemudian teringat gadis tadi lantas ia mengambil strawberry uyu di sanding deretan.
Setelah membayar, ia bergegas menuju taman belakang berjinjit mencari keberadaan, mendapati gadis itu duduk di kursi ujung taman segera ia mendatangi, gadis tersebut masih setia sedu serta memandang sebuah kalung yang dirabanya dengan kedua telapak tangan.
"Ini untukmu." Yeojin menodorkan banana uyu yang dibelinya
Sontak gadis itu bergegas mengantongi kalung serta menengadah empu, hastanya ragu mengambil minuman dari orang tak dikenal namun perlahan diambilnya.
Yeojin pun duduk di sanding kiri gadis itu–canggung.
"Maaf aku tidak suka banana uyu." ucap gadis itu menodorkan balik pada Yeojin
"Oh, kalau begitu stawberry?"
Lantas mereka bersilih minuman, begitu kakunya tindak mereka sebab canggung.
"Ah iya, namaku Yeojin, Choi Yeojin, aku sedang menunggu ayahku selesai urusannya di rumah sakit ini." nada bicaranya pun berganti supaya suasana lebih santai
"Namaku Jeo-Jung Wooyeon." tatapannya merendah bagai usai menimbulkan dosa
Yeojin memperdalam tatapannya dari samping.
Apa aku membuat kesalahan? atau aku menakutinya? pikir Yeojin
"Aku melihatmu serta gadis yang tergeletak menuju ruang operasi. Apakah baik-baik saja?" tanya Yeojin
Gadis di sampingnya termangu telapak tangan kirinya tergulung mengerat di atas lutut, menahan kekecewaan.
Yeojin menanti balasan.
"Dia sudah meninggal." Wooyeon terdiam selepas mengujar tiga kata
"Aku turut berduka, lantas bagaimana denganmu Wooyeon? apa kau baik-baik saja? kalian pasti teman dekat." ucap Yeojin khawatir
"Bagaimana kau bisa tau?" perlahan empunya terangkat menoleh menatap Yeojin
"Kalung itu, pasti satu set dengan miliknya kan?" ucap Yeojin
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumina
FanfictionMenanyakan asal usul penyulut enigma yang justru kehadiranmu memicu penderitaan tiada henti. Bagaimana rasanya?-sakit Permainan tentang bagaimana menjadi diri sendiri.