1

20 3 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Can't wait to see you."

"Umm-- me too. Oh iya, aku udah resign pagi tadi."

"Zooey, bukannya sayang kalau resign?"

Zooey menggeleng pelan dengan senyum anggun dikulum. Sudah berulang kali ia meyakinkan Julian --pacarnya untuk tidak usah mengkhawatirkan pekerjaannya.

"I'm done with him. Aku yakin masih bisa dapet kerjaan yang lebih worth it disana. Yang gak banyak makan hati, tentunya."

Julian di seberang sana tak mendebat lagi.

"Aku makin gak sabar pengen tinggal di apartemen kita."

"Um? Kamu suka?"

"Lebih dari suka."

Julian berdeham, mendekatkan wajah ke layar PC. "Omong-omong soal apartemen, untuk sisa pembayaran--"

"Iya sayang. Sisa pembayarannya biar di aku. Kamu 'kan udah bayar cicilannya selama ini."

"Maaf ya Zooey. Aku nyusahin kamu terus."

"Udahlah J, kayak ke siapa aja. Kamu 'kan sibuk sama studi kamu."

Toh ia sebentar lagi akan menikah dengan Julian dan menetap di Australia dengan tinggal di apartemen bagus. Julian selalu saja sungkan padanya, padahal ia bangga pada Julian karena mendapat kesempatan S3 gratis di sana.

"Kabarin kalau mau berangkat. Nanti aku jemput."

Angguk Zooey patuh, "Ya udah tidur sana."

"Okay. Have a nice dream."

"Umm-- mimpiin aku."

Hati Zooey terasa ringan. Julian tetap sama seperti saat SMA pertama kali jumpa. Pria manis dan lugu itu selalu sukses membuat hati berdebar meski sudah bersama lima belas tahun lamanya. Tidak pernah ada pertengkaran berarti, bahkan jarak Jakarta-Sydney bukanlah hambatan kisah cinta keduanya. Rasanya ingin menyombong pada dunia dan mematahkan mitos kalau LDR itu rentan godaan. Buktinya, ia baik-baik saja dengan Julian.

Hingga akhirnya Zooey memutuskan untuk menikahi Julian saja karena merasa sudah saatnya mereka melangkah ke jenjang yang lebih serius. Dan bersyukur Julian antusias mewujudkannya. Bagaimana hati Zooey tak girang dibuatnya.

Apalagi setelah melepaskan diri dari tirani bernama Daffin Abraham membuat jalan hidupnya terasa lebih berwarna. Pokoknya semua akan berjalan indah setelah ia bersama dengan Julian. Zooey terkikik geli membayangkan sebentar lagi akan menjadi nyonya Aditya.

"Ish. Udahlah deh Zooey." gumamnya mesem-mesem sendiri lalu menarik selimut hingga menutup seluruh tubuh.

.
.
.

Australia

Pukul sepuluh lewat lima belas menit ia sudah menginjakkan kaki di Australia dengan Julian yang menunggunya di pintu keluar. Dua tahun tak jumpa membuat ketampanan Julian makin menyilaukan. Meski sudah berkepala tiga, tidak ditemukan tanda penuaan dini. Julian malah tambah maskulin dan jantan di usianya.

Kaki Zooey terasa seringan bulu saat berlari menghampiri sang pujaan hati. Aroma yang familiar memenuhi indera penciuman membuat kekosongan di hati segera terisi.

"Bagaimana penerbangannya?" tanya Julian seraya mengambil alih tas serta koper kecil Zooey.

"Baik."

End Up With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang