02

89 13 0
                                    

Bangchan seketika membeku, mulutnya berhenti mengeluarkan kata, ntah kenapa lidahnya seketika kelu.

Menggaruk tengkuknya, Minho sedari tadi masih terus mencari alat itu, ya Hearing Aidnya hilang, disini cukup gelap.

Namun pergerakan Minho terhenti saat tangan besar Chan menepuk pundaknya. "Ini"

Senyuman tercetak indah dibibir Minho saat melihat benda kecil kesayangan nya itu. Sesegera mungkin dia memakainya. Bola mata Minho menatap Chan sembari bertanya "tadi bilang apa mas? Aku engga dengar"

"S-saya, tangan saya sakit banget, kamu bisa tolongin?"

...

Kaki jenjang Chan melangkah sedikit demi sedikit, tangan itu bertumpu pada pundak Minho, ya motor Chan mustahil bisa digunakan. Terpaksa malam ini motor seharga rumah itu harus bermalam ditoko mie tempat Minho bekerja.

Jalanan gelap ini mereka susuri, berniat untuk menginap dirumah Minho saja untuk malam ini, sebenarnya tadi Chan ingin dibawanya ke rumah sakit terdekat, tapi Chan menolak dengan alasan kakinya sakit.

Mereka sngat sunyi, hingga Chan membuka topik pembicaraan "saya dimana??"

"Loh?? Tadi masnya naik motor mau kemana?"

"Saya juga engga tau, nyasar hehe"

Minho ikut terkekeh, ternyata ada manusia aneh seperti Chan "ini Bandung mas, belum pernah kesini ya?"

Chan tidak menyangka bisa pergi kesini, sedari dulu Chan ingin sekali menginjakan kakinya di kota ini, tapi karna kesibukan dan jadwal yang sangat padat, susah baginya untuk berkunjung ke kota ini.

"Dingin ya?"

"Iya,, kalo boleh tau, kenapa bisa tadi jatuh?"

Chan rasanya ingin memakan Minho sekarang juga, "ya Lo kira karna apa!? Gara gara Lo! Ihh pengen ta hih!!"  "Ohh itu tadi saya ga lihat ada kucing nyebrang, jadi saya banting setirnya"

"Ohh,, gitu" Minho mengangguk sedangkan Chan menghela nafas berat. "Udah sampe,, maaf ya rumah nya kecil, soalnya aku tinggal sendiri" tangan Minho membuka kunci pintu rumah miliknya disaat bersamaan tangan Chan masih setia dipundak nya.

Cklek...

Mereka masuk, mata Chan tidak berhenti melihat sudut demi sudut rumah bercat krem itu, bisa Chan lihat, peralatan dirumah Minho banyak terbuat dari kayu jati.

Rumah sesederhana ini bisa membuat Chan nyaman.

Chan duduk diatas sofa yang mengarah ketv rumah, sedang Minho pergi ntah kemana. Menepuk-nepuk sakunya, Chan mengeluarkan handphone genggam miliknya yang mati daya. Dia mendesah kecewa.

Kan kalo gini jadi gabut.

"Ini mas diminum dulu" ujar Minho meletakan secangkir teh hangat diatas meja, dengan senang hati Chan meminum teh itu.

Minho sendiri malah duduk disamping Chan melihat luka yang sedikit parah dibagian lengan atas nya,

"A-aww shhh"

Jalan BragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang