Di tengah guyuran hujan yang deras, seorang gadis berlari tergesa-gesa. Menyusuri gang sempit dan gelap yang berkelok. Cahaya kilat sesekali berpendar, sedikit memberi penerangan pada jalan yang ia lalui.
Wajahnya memancarkan ketakutan dengan jelas. Berulang kali dia menoleh ke arah belakang, memastikan sosok itu tidak lagi mengejarnya. Keringat dingin dan air mata menyatu dengan dinginnya tetesan air yang terus berjatuhan dari langit kelabu malam itu.
Mengabaikan tubuhnya yang mulai menggigil, si gadis terus berlari tanpa henti. Napasnya memburu. Gang yang dia lalui minim pencahayaan sehingga sulit melihat benda-benda di sekitarnya dengan jelas. Hingga sesaat kemudian, sebuah balok kayu yang melintang membuatnya terjatuh.
Gadis itu mengaduh. Dia jatuh terduduk. Betisnya terasa terbakar karena terus digunakan berlari. Menoleh ke belakang, mendapati orang itu tidak lagi mengejarnya. Perasaan lega menjalar di hati. Pandangan diluruskan ke depan, saat itu pula sepasang kaki mengenakan sepatu hak tinggi terlihat menapak di depannya.
Perlahan dia mendongak. Gadis itu membelalak melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya gemetar, ketakutan kembali melanda. Sosok itu menatapnya lekat seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang menyeramkan.
Si gadis kembali panik. Cepat-cepat dia mundur, memaksakan kakinya untuk berdiri dan kembali berlari menjauhi sosok itu. Berbelok ke arah kanan, gadis itu berdiri mematung menatap jalanan di depannya.
Jalan buntu.
Dia berbalik hendak mencari jalan lain. Namun, sosok itu kini berdiri menghalangi jalan, membuat sebuah kemustahilan untuknya melarikan diri. Air mata mengalir deras dari pelupuk mata, sederas hujan yang sampai saat ini belum juga berhenti. Sebanyak apa pun dan sekencang apa pun dia berteriak meminta pertolongan, tetap tidak ada yang datang. Suaranya tenggelam oleh rintik-rintik air langit dan guntur yang bergemuruh menakutkan.
Sosok itu mengenakan dress ketat sehingga membuat lekukan tubuhnya terlihat jelas. Berwarna merah mencolok dengan permukaan yang berkilauan saat terkena cahaya. Berjarak sekitar 15 cm di atas lutut, membuat si pemilik tubuh terlihat seksi. Baju luaran hitam setengah lengan yang dikenakannya membuat hembusan angin malam tak dapat menyentuh tubuh bagian atas.
Sebuah tas merek ternama tersampir di lengannya yang gemulai. Payung hitam yang dia genggam melindunginya dari rinai hujan yang berjatuhan. Sepatu hak tinggi berwarna hitam yang elegan turut menyempurnakan penampilannya. Rambut panjang bergelombang itu menambah kesan anggun. Senyumannya yang lebih terlihat seperti seringaian, sedetik pun tak memudar.
Jika saja semua hal itu melekat pada 'tempat' yang seharusnya, mungkin si gadis tidak akan setakut itu. Hanya saja, sosok di depannya ini ... adalah seorang pria.
Sosok itu mulai berjalan mendekatinya, selaras dengan kaki si gadis yang mundur menjauh. Dia terhenyak saat tubuhnya menabrak dinding pembatas. Tidak ada jalan. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa merapatkan diri pada dinding, menunduk pasrah sambil menangis ketakutan.
Orang itu kini berada tepat di depannya. Senyumannya kian lebar melihat dirinya tak bisa lari ke mana pun. Jemari kekarnya merapat di depan mulut, menahan suara cekikikan dengan cara anggun. Sosok itu menertawakan kemalangannya.
Payung hitam yang digenggamnya dengan tangan kanan, kini berpindah ke sebelah kiri. Tangan yang bebas itu terulur meraih rambut hitam kelam si gadis yang basah oleh derasnya hujan.
"Rambut kamu hitam dan panjang. Cantik." Sosok itu berujar dengan nada gemulai yang dibuat-buat.
Si gadis menepis kuat tangan itu. Sosok itu kembali tertawa, mengabaikan tatapan benci bercampur takut dari gadis di depannya. Dia mengeluarkan sebuah benda dari tas hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nightmare Stories
HorrorBerisi kumpulan cerpen horor yang saya buat. Semoga menghibur, dan selamat membaca:)