Chapter 3: Hajad Pertama

199 50 22
                                    

Chapter 3
Hajad Pertama

“Ayah dengar, kau pergi ke Wakakusa.” Kalimat pernyataan sang ayah menjadi kalimat sambutan.

Sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tetapi sikap ayahnya terasa semakin dingin.

“Kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, kalau haram bagi kita menginjakkan kaki ke tanah Nara.”

Naruto mencengkeram alat makannya dengan erat, berusaha tidak membantah satu kata pun.

“Bukankah kau tidak percaya Kami? Atau kau ingin menyembah Himegami?”

Kali ini, kepala Naruto terangkat. “Himegami?”

“Ayah ingatkan untuk tidak pernah mendekatinya. Jangan pergi ke Wakakusa kalau kau masih sayang nyawa.”

Naruto diam. Menunduk patuh.

“Hadiri pertemuan keluarga malam ini. Pastikan kau tidak melakukan kesalahan.”

“Baik, Ayah.”

Naruto menandaskan makanannya yang terasa hambar. Meski koki keluarga menyuguhkan berbagai macam hidangan kelas atas, makanan Paman Jiraiya masih lebih baik.

Acara pertemuan keluarga malam ini, pasti akan membahas hak waris dan siapa yang akan menjabat sebagai Ketua Klan Ashura. Dari luar, itu akan terlihat seperti pertemuan keluarga biasa, tetapi kenyatanya, itu adalah perkumpulan Onmyouji dengan Klan Ashura sebagai pemimpin.

.

“Aku tidak percaya, dia berani datang.”

“Dia adalah aib keluarga. Heran mengapa Ketua Minato masih memintanya datang.”

“Kecilkan suaramu. Dia dengar.”

“Serangga sepertinya tidak pantas berada di sini. Sayang, wajahnya terlalu tebal.”

“Aku dengar, dia mengadakan uji nyali. Atheis sepertinya yang tidak percaya Kami, tidak akan tahu betapa mengerikannya iblis pemangsa jiwa manusia.”

“Tentu saja tidak takut, karena dia adalah satu di antaranya. Kalau saja dia tidak lahir, Nyonya Kushina tidak akan meninggal.”

Naruto yang mendengar nama mendiang ibunya disebut, mengeraskan rahang. Berusaha tenang, menyembunyikan hatinya yang beriak.

“Sayang sekali kita kehilangan salah satu pelindung dan paling berbakat hanya untuk satu sepertinya.”

“Dia bahkan tidak mampu melihat roh. Memang harus diasingkan jauh-jauh. Harusnya, itu Hokkaido, bukan Miyagi.”

Naruto mencengkeram kedua sisi tangannya, sementara mata safirnya menggelap.
Orang-orang itu berbicara seolah kekuatan Onmyouji adalah segalanya. Padahal, masih ada langit di atas langit.

“Dia adalah anak terkutuk. Perenggut nyawa Nyonya Kushina. Itu sebabnya, Ketua Minato sangat membencinya.”

Kali ini, detak jantung Naruto nyaris berhenti. Dia bukan tidak tahu, tetapi memilih diam.

Guilty FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang