no one knows

29 3 6
                                    

Sudah hampir lima tahun aku menjadi sahabat seorang cowok yang aku kenal dari masa SMP. Kalau boleh waktu diputar, aku tidak ingin menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang ingin menjadi sahabatnya. Dulu aku sangat senang akan kata sahabat itu, sampai aku sendiri terjebak olehnya dan masuk kedalam jurang licin yang namanya sahabat dan cinta.

Iya, aku menyukainya. Aku sendiri tidak tau dari mana awalnya dan kapan aku mulai merasakannya. Tapi yang aku tau, ini sangat menyiksa. Aku tau ini salah, seharusnya aku tidak memilki rasa apapun kepadanya. Karena aku tau, yang akan sangat terluka adalah aku sendiri.

Angga putra. Cowok tampan yang sangat digandrungi oleh para cewek disekolah, bahkan sekolah lain. Lihat, saat angga baru keluar dari mobil, para cewek cewek itu sudah mengelilinginya. Angga melambai kearah ku. Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa tersenyum.

Angga berlari mendekatiku sembari tersenyum lebar. Situasi ini seakan menamparku bahwa, aku hanya sahabat -nya.

"pagi" Angga berdiri dihadapanku dengan senyum dan rambut yang berantakan, seakan hal itu malah menambah kesan ketampanannya.

"pagi juga" kami pun melangkah bersama menuju kelas. Untungnya aku dikelas IPS dan angga yang ingin menjadi dokter itu memilih kelas IPA.

Kelas yang berantakan dan suram seperti mencerminkan isi hatiku. Ditambah pelajaran pertama adalah matematika, sepertinya aku akan dipermalukan lagi hari ini.

"bagaimana kamu ini, wulan anggraini" Pak Dodo selaku guru matematika lagi lagi memarahiku karena, saat aku mengerjakan soal yang beliau beri di papan tulis, aku tidak dapat mengerjakannya. Setelah lebih dari 30 menit Pak Dodo menceramahiku, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Akhirnya.

***

Setahun sudah berlalu. Setelah melewati hari yang itu itu saja, akhirnya aku sudah diujung tanduk kelulusan. Angga telah di terima di universitas yang bahkan seorang wulan bayangkan saja tidak berani, Harvard Medical School. Apakah aku sedih? Tentu saja. Tapi ada baiknya bila angga berada jauh dariku, aku jadi bisa mengatur perasaan ini.

Aku bersyukur. Setelah hari dimana aku dimarahi pak dodo habis habisan waktu itu, pikiranku dapat terbuka. Aku juga memiliki universitas impianku, walau tidak sekeren angga tapi aku dapat jauh darinya. Intinya sekarang adalah mejauhi angga.

Angga berangkat ke Amerika dengan suasana yang haru, keluarganya seperti tidak ingin melepaskannya dan juga aku. Setelah dia berangkat seperti ada sesuatu yang hilang dari diriku. Biasanya Angga akan sering menemuiku untuk main atau sekedar ngobrol.

"udah melamunnnya, ayo berangkat" ibuku menegur dan seketika lamunanku buyar. "bu.. aku kuliah di indo aja deh" ucapku dengan malas, padahal koper dan barang barang yang lain sudah siap di packing. "aneh banget... ingat? siapa yang nangis nangis minta kuliah didekat Aunt merry?" ibu menepuk keningku. Sontak aku cemberut.

Iya sih. Enam bulan sebelum kelulusan, aku uring uringan di depan orang tuaku untuk menguliahkan ku di University of Edinburgh tepatnya di Skotlandia. Alasanku kuliah disana, awalnya karena aku memang merindukan bibiku. Lalu aku ingin menjadi lebih mandiri, walau nantinya aku bakal tinggal dirumah bibi merry. Dan alasan lain adalah untuk pergi sejauh mungkin dari kenanganku dengan Angga di Indonesia.

Setelah memakan waktu lebih dari dua puluh jam, akhirnya aku sampai di Edinburgh Airport. Sepertinya sekarang jam enam pagi, aku sangat merasa lelah diakibatkan jetlag. Keberanianku telah teruji hari ini, walau aku sudah pernah menempuh perjalanan sendirian, tapi dulu masih sekitaran Indonesia.

 Keberanianku telah teruji hari ini, walau aku sudah pernah menempuh perjalanan sendirian, tapi dulu masih sekitaran Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
no one knows [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang