YANG BUKAN LAGI HARUS DIPERTAHANKAN(1/2)

24 4 0
                                    

"Ra, kamu mau bantu aku ngga?"            

Sejak saat itu, aku mengerti bahwa kita bisa meminta tolong apa saja kepada siapa saja. Namun, sebagai penolong, kamu berhak untuk memilih. Apakah kamu ingin atau tidak, dalam menolong seseorang.

***

Sesak dan pengap memenuhi diriku. Ramainya kawasan bandara ini menyesakkan diri, bahkan aku merasa akan mengalami gangguan pernapasan setelah meninggalkan tempat ini. Asap rokok memenuhi ruangan ber-AC ini dengan kepulan tak terhingga. Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum yang tidak bertangggungjawab. Meskipun tidak ada larangan, bandara ini menyediakan ruangan khusus untuk merokok yang juga memiliki fasilitas lebih dari kata memadai. Kini akupun menyadari bahwa masih banyak insan yang tidak peduli dan mementingkan kepuasan diri tanpa melihat resiko apa yang ditimbulkan pada orang lain.

Ting! (Notifikasi Hp)

Whats'App

Pesan masuk dari : 

/Bunda RaraSebentar lagi Rara sampai, tolong bermuka tebal dan hilangkan kecanggunganmu. Bisakan Buat situasi seolah tidak terjadi apapun diantara kalian? Santai saja~ Safelight, Nak!

/Dimas : Iya, Bunda. Makasih loh bantuannya. Love u, Bunda!<3

Di sisi yang lain, pada sudut bandara, tempat dimana Rara sedang mencari.

Aku berlari mencari insan yang kunanti-nanti. Tempat ini sangat padat dan sesak, semakin sesak karena aku baru saja berlari mengejar waktu. Sangat ramai dan penuh. Bisa-bisanya aku melupakan fakta bahwa hari ini merupakan tanggal merah. Bulan ini termasuk bulan libur panjang dan akan banyak yang mudik ke kampung halamannya. Entah untuk sekerdar berkunjung dan menyapa keluarganya maupun berlibur bersama teman-teman sekumpulan.

Aku merasa sangat didesak oleh waktu. Tidak banyak waktu yang tersisa dan aku tidak kunjung mendapati apa yang aku cari sedari tadi. Aku memasuki kerumunan di depanku untuk melanjutkan pencarianku. Tidaklah mudah karena padatnya kerumunan, namun dengan badanku yang kecil ini, aku dapat dengan mudah berkeliaran di dalamnya. Oke, aku akui bahwa aku tidak tinggi semampai. Kali ini postur tubuhku sangat membantu dan aku sangat bersyukur karenanya.

Aku memenuhi pandangan dengan fokus ditengah keramaian untuk terus mencari. Pasalnya, aku telah berjanji akan menemuinya dengan kondisi yang baik sampai seseorang dari kejauhan berteriak memanggil namaku. seseorang yang kucari sedari tadi sebelum dikalahkan oleh jam pesawat lepas landas.

"Rara! Ya ampun! Kamu sehat? Kamu telat bangetsih! Bentar lagi masuk ih" teriak kesal seseorang padaku dari kejauhan yang masih terjangkau oleh penglihatan.

 "Lagian, rame banget. Nyarinya susah! Masih ada 3 menit lagi sebelum masuk. Ini oleh-oleh dari bunda. Bunda juga titip salam sama orang tua kamu." teriakku tanpa menyapa pemuda tadi yang saat ini sudah berdiri  dihadapanku.

"iya nih! Duh, kangen banget!" ucapnya memelukku.

"Kata bunda gak boleh bikin suasana canggung. Tapi, Ra.. maafin aku, ya!" ia melebarkan senyum seceria mungkin.

"kalau ditakdirkan bertemu, kita berdua gak boleh ngehindar! Ingat, tali yang putus bukan berarti gabisa diikat lagi. Ada banyak kemungkinan. Aku doain yang terbaik. Cepet sembuh, ya buat hati kita!Oiya, Ra. Udah jamnya nih. Aku check in tiket dulu. Kamu mau tunggu disini atau..." Sambung pemuda itu lagi.

"Oh iya, masuk aja. Ntar lagi aku juga pulang." Ucapku tanpa ada perkataan lain.

Aku memandang pemuda itu. Pemuda yang semakin lama semakin membuat jarak denganku. Ia terus saja melambaikan tangan dengan senyum lebarnya yang ceria. Seolah telah membuat keputusan yang dapat menata perasaan dengan sangat baik. Seolah ia adalah pemenang dan menjadi manusia paling bahaga setelah meninggalkanku dengan pilihannya yang abu-abu.

CHARMOLIPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang