YANG BUKAN LAGI HARUS DIPERTAHANKAN(2/2)

11 2 0
                                    


"Kamu berbicara selayaknya begitu, tapi kamu menolak pernyataan gamblang? Alibi semudah ini kamu tolak? Padahal kamu buang waktu dengan menjabarkan banyak alasan. Kamu tahu sendiri kalau aku gak suka buang waktu."

"Ra.."

Aku pergi meninggalkan Dimas.

***

Dimas Aditya. Pemuda 20 tahun dengan tubuh jangkung dan kulit kecoklatan. Rambut yang hitam legam dan bola mata coklat mempermanis penampilannya saat kujabarkan ini. Tidak memiliki humor yang sama denganku tapi dapat dikatakan ia adalah pemuda yang bisa mengatasi banyak hal. Dan juga, dia adalah kekasihku sampai beberapa waktu yang lalu.

Apa ini? Kekasih? Tentu saja kalian juga akan berpikir hal yang sama saat membaca latar belakang Bandara tadi. Tapi, mengapa dulu? Bukankah kalian terlihat manis di last week? Simaklah, aku akan menceritakannya dengan sudut pandangku sebagai tokoh Rara.

Aku Rara. Tanpa embel-embel, aku tidak memiliki nama lebih panjang dari itu. Umurku 1 tahun lebih muda dari pada Dimas Aditya dan tentunya aku lebih manis, haha. Hobiku melukis apa saja yang tertuang diimajinasiku meski hanya sepintas khayalan tentang angin topan. Sedikit humor dan menyukai hal-hal yang manis seperti perlakuan Dimas padaku. Satu lagi, meski begitu aku tidak menyukai makanan manis.

Kami adalah sepasang kekasih sejak berada dibangku pertama SMA sampai saat aku berusia 19 tahun. Ya, belum lama ini memang. Saat ini, aku sedang berkuliah di salah satu PTN Negeri daerah Yogyakarta. Tempat dimana aku dibesarkan, sekaligus tempat dimana aku mengenal Dimas.

 *3 tahun yang lalu.

"Ra, kamu mau bantu aku ngga?" tanya Dimas padaku.


"Tapi aku gak nerima penolakan!" ucap kami bersamaan.


"Hahaha, tau aja kamu, Ra" kekehnya.

"Bantu apa?"


"Bantu buat jadi pacar aku!"


"Ha? Pacar boongan? Biasanya juga kamu koar-koar ke orang kalau aku pacar kamu. Gimanasih, Dim?" ucapku jengah.


"Jadi pacar beneranlah! Kaya yang kamu bilang tadi, orang-orang juga udah tau kalau kamu pacar aku, hehe." Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.


"Semudah itu? Itu minta tolong, ya?" Sarkasku.


"Yeu, orang yang mau lamaran aja nanya dulu mereka mau dipinang apa kaga, Ra. Baru bikin sesuatu buat ngambil langkah melamar! Mana ada yang langsung gitu aja, kan ga asik kalau ditolak." Ucapnya panjang lebar.


"Jadi kalau aku bilang mau bantu, kamu mau bikin tragedi lagi di kantin kaya waktu itu? 'Sayangku! Kenapa kamu berpaling dan belajar bersama Danu di sini, Adinda?', gitu? Sampai orang mikir aku ikutan gila kaya kamu" Ucapku dengan raut wajah mual.


"Lagian biasanya belajar ngajakin aku, masa kamu langsung aja ke Danu tapi ga nanya dulu aku ngerti atau ngga sama pelajarannya!"

"Jadi gimana? Mau dong, Raaaa!" sambungnya membujukku.


"Kamu gapake nanya sih! Ra, mau ga jadi pacarku, gitu!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHARMOLIPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang