3. Jimin, kau malaikatku.

546 66 2
                                    

Jimin ke sekolah dengan perban di tangannya, di nadi dan juga telapak tangannya yang setengah terluka akibat memukul cermin terlalu keras.

Awalnya ia tidak mau di perban seperti itu karena sudah pasti akan menjadi pertanyaan semua murid kelasnya. Jimin enggan menjawab, apalagi alasannya melakukan hal itu hanya karena tidak bisa move on dari mantan sahabatnya itu.

Jimin terlalu gengsi untuk cerita jika ia galau karena Taehyung memutuskan persahabatan mereka. Jimin itu laki-laki, dan menurutnya, laki-laki tidak boleh menangis hanya karena hal seperti itu.

Sebab itu ia tutup mulut pada siapapun tentang semua ini.

"Kau terlihat pucat,"kata Sungjae yang baru saja duduk sambil memperhatikan wajah Jimin.

"Aku pucat setiap hari,"jawab Jimin malas.

Kata teman-temannya wajah Jimin memang selalu pucat. Tapi dia tidak sakit.

"Jimin, katanya kita mau jalan-jalan naik kapal laut. Kau ikut?"tanya Sungjae dengan begitu antusias.

Kapal laut?

Kau ikut?

Tapi kan aku ikut?

Ah, Taehyung.

"Tidak."

Tiba-tiba wajah penuh semangat dari Sungjae luntur begitu saja mendengar jawaban Jimin. "Kenapa?"

"Cuma malas. Sudah, jangan ajak aku bicara lagi, aku mau tidur."

Sebetulnya Jimin bersyukur saat di rumah sakit kemarin, ia di bius hingga akhirnya bisa istirahat dengan tenang tanpa di hadiri bayangan Taehyung dan segala kenangannya.

Jimin terkenal kuat, bahkan Jimin akui itu sampai dia tidak tau dimana kelemahannya. Tapi kini, jawabnnya adalah Kim Taehyung.

Kelemahan Jimin adalah Taehyung.

"Jimin, tangan kamu kenapa?"

Jimin mengangkat kepalanya dari atas meja dan mendapati Guru Chan tengah menatap tangannya dengan terkejut.

"Cuma luka, pak,"jawab Jimin.

"Itu darahnya ada lagi, ke uks sana minta bersihin sekalian ganti perban."

"Baik pak."

Jimin langsung saja pergi karena ia pun tidak ingin membiarkan darahnya semakin banyak.

"Pak, kepala saya pusing. Saya izin ke uks juga ya?"

"Yauda sana, hati-hati. Mukanya pucet banget."

*****

"Taehyung?"

Taehyung melewati Jimin dan merebahkan tubuhnya pada Bed facial, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri beserta pikirannya yang kacau.

"Terimakasih,"kata Jimin setelah perbannya selesai di ganti.

Jimin awalnya akan pergi, namun suara Taehyung menghentikannya. Jimin enggan untuk bicara dengannya, apalagi sekarang hanya ada mereka berdua setelah petugas uks pergi.

Jimin tidak ingin bicara dengannya, sebab Jimin pasti akan langsung ingin memeluk bocah tengil itu. Jimin merindukan Taehyungnya.

"Kenapa?"

"Kenapa apa?"tanya Jimin bingung.

"Tanganmu."

Dear TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang