.
.
.Winter 2021, Daegu, South Korea
Seorang gadis berjalan menyusuri jalan di tengah udara yang cukup menusuk tulang seiring dengan entitas manusia-manusia lain yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Shin Ryujin, namanya. Ia berhenti di depan sebuah toko bernuansa kuning yang diberi tulisan"Daffodil's Corner" di jendela kaca besarnya. Sambil memasukkan tangannya ke dalam saku mantel, Ryujin masuk ke tempat itu.
Musim dingin telah tiba. "Saatnya mempunyai sarung tangan baru," batin Ryujin sambil menghela napas ketika masih di depan pintu toko itu. Di sinilah ia, di toko perlengkapan jahit, membeli beberapa gulung benang untuk bahan merajut sarung tangannya.
Empat tahun silam, perempuan itu pernah ke sini. Juga saat musim dingin, juga untuk membeli bahan sarung tangannya. Yang berbeda hanyalah kini ia datang sendiri, tidak seperti kedatangannya yang lalu.
Seseorang yang bersamanya empat tahun lalu telah pergi. Ia menghilang tanpa jejak, seperti salju yang melebur saat musim semi tiba. Keduanya tak meninggalkan apa-apa, selain memori ketika mereka masih ada.
Rasanya sulit memang, membuka halaman baru saat kau tahu bahwa seseorang tidak lagi di sana. Namun, kisah masih berjalan. Hidup harus terus berjalan.
Akan tetapi, selama empat tahun ini juga Ryujin harus berdiri bersama penyesalan yang hinggap padanya tanpa dapat ia singkirkan.
"Aku ingin mencari ayahku." Begitu kalimat terakhir yang seseorang itu ucapkan pada Ryujin. Gadis itu terlambat tahu bahwa ketimbang mencari, seseorang itu justru ikut menghilang seperti ayahnya.
Berbagai tuduhan rasa bersalah berlarian di benaknya.
Kalau saja ia tahu masalahnya. Kalau saja ia bisa menolongnya. Kalau saja ia sempat mencegahnya pergi. Kalau saja-
"Oh, tidak!"
"Sial!"
"Jangan sekarang!"
Batin Ryujin bergejolak. True Friend, lagu kesayangan Ryujin dan orang itu, mengalun dari pemutar musik toko.
Kenangan ketika Ryujin masih bersamanya kembali melintas seperti adegan-adegan dalam sebuah film.
Ia mencengkeram keranjang belanjanya erat.
"A true friend, you're here till the end ...."
Ryujin tidak bisa membantunya. Perempuan itu tidak bisa membuat mereka tetap bersama sampai akhir.
Semuanya sudah terlambat.
Ryujin segera membayar barangnya dan meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Ia tidak ingin mendengar lagu itu, bukan karena ia berusaha melupakan, tetapi karena ia tidak mau terus dihantui penyesalan.
Bruk!!
Perempuan itu terjatuh sebab menginjak tali sepatunya sendiri. Ia menggeram, kemudian berjongkok untuk mengikat lagi tali sepatunya yang lepas.
Satu titik putih tampak di depan mata Ryujin. Salju pertama telah turun, mengetuk ujung sepatunya.
"Aku merindukanmu ...." ujarnya lirih.
Sesuatu yang dingin singgah di wajah. Salju kedua pun telah turun, menyentuh pipinya.
Sembari mengumpulkan kembali dirinya, Ryujin diam-diam berharap, "Tolong temukan aku dengannya lagi. Aku ingin menolong ...."
Salju-salju berikutnya mulai turun bergantian dari langit. Musim dingin kini terasa lengkap. Namun, pribadi Ryujin tidak selengkap itu, ada sesuatu yang masih kosong, meminta untuk diisi. Ryujin belum menemukan penawarnya. Biar begitu, ia tetap bangkit.
Ia mengamati sepatunya yang telah selesai dibenahi. Dan sepasang sepatu yang lain hadir di depan Ryujin. Ia mendongak.
"Hai ... apa kabar?"
Ryujin tertegun. Di hadapannya ialah Shin Yuna, sahabatnya yang telah lama hilang.
Dengan senyum yang sama-
seperti empat tahun lalu.
"You're a true friend ...."
selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
snow falling for you [itzy] [1/1] ✔
FanfictionKetika salju pertama mengetuk ujung sepatu, aku merindukanmu. Ketika salju kedua menyentuh pipi, aku berharap untuk kesekian kali, bolehkah aku bertemu denganmu lagi? --- Cerita ini dibuat untuk mengikuti Kontes Musim Dingin 2021: November's Winter...