Setahun kemudian aku dan mas Gea bercerai, ia dan mas Rafa memutuskan tuk menikah di Belanda dan tinggal di sana, sedangkan aku akhirnya menikah tuk ketiga kalinya dgn Zen, semoga ini jd yg terakhir bagiku.
Dita dan Brian hadir dalam pesta pernikahan kami, jujur ada sedikit rasa malu di hatiku saat tak sengaja bertatapan mata dgn Brian, bukan hanya krn dia pernah menyaksikan ketelanjanganku, tapi juga pernah menyetubuhiku.
Kembali bernostalgia pada masa lalu, wisata kami wkt itu adalah idenya Brian yg hendak merayakan ulangnya, kebetulan orang tua Brian pny vila di sana, kami pun bermalam selama tiga hari.
Sejak kejadian di air terjun itu Brian dan Zen sepakat utk bertukar pasangan dan lucunya kami para cewek menurut saja. Zen menyampaikan ide bertukar pasangan itu saat kami berempat nonton tv bersama.
"Bro, aneh gak sih liat mereka berdua pake baju gini..." Ujar Zen mengagetkanku dan pastinya juga Dita.
"Wah, wah, maksudnya gimana nih, kasihan tau,, ntar mereka masuk angin gimana..." Respon Brian.
"Tinggal nyalain perapian aja gampang kan..!?"
"Kalo dipikir2, seru juga sih.." Brian menoleh pada Dita dgn senyuman yg bermakna tak ada kompromi. Dita cuma bisa geleng2.
"Gue duluan nih.." Ujar Zen sambil dgn seenaknya menyentak kemeja putih yg kukenakan, kancing2nya jadi pada rontok berantakan, untung itu baju Zen yg dia pinjamkan, lebih tepatnya dia yg maksa aku pake kemeja oversize itu, trus aku dilarang juga pake celana dan BH, cuma CD yg boleh.
Giliran Zen yg merobek daster Dita.
Krrwaaakk...!!
Koyak setengahnya"Brian, ini kan daster kesayangan aku... kamu tega bgt sih..?!" Cegah Dita.
"Udah diem, nanti aku beliin 10 lg yg lebih bagus dari ini."
Krrwaakk...! kraaak!!
Dita bugil sepenuhnya, rupanya dia gak pake apa2 lg sebagai dalamannya.Zen menggendong tubuhku, lalu mendudukkanku ke pangkuan Brian.
"Hadiah ultah dari gue bro, silahkan lo pakai sepuasnya.." Ujar Zen cengengesan.
"Apaan sih.." Protes Dita.
"Nah, gimana kalo malam ini kamu tidur di kamar Zen, soalnya aku mau nikmati hadiah ultah dulu.." Cetus Brian pada Dita, kemudian berlalu ke kamar sambil menggendong tubuhku yg telanjang tanpa menunggu persetujuan Dita, Brian tertawa terbahak2, sementara aku kebingungan, takut, tp bercampur senang juga.
Brian begitu bersemangat menyetubuhiku, seluruh area tubuhku ia ciumi, terbayang olehku apa yg dilakukan Zen terhadap Dita pasti tak kalah buasnya dgn Brian saat ini.
Sejak saat itu kami jadi terbiasa bertukar pasangan, aku dan Dita mulai sadar kalau kami hny menjadi mainan sex mereka, tp kami menikmatinya, kejadian itu terus berlanjut sampai beberapa bulan, akhirnya kuputuskan tuk menjauh dari mereka dan menikah dgn suami pertamaku.
Namun getaran2 dulu itu muncul kembali saat kami berempat saling berpapasan di acara ini, terasa ada aura yg aneh dari mereka bertiga, Brian, Dita, dan suamiku Zen. Jika dugaanku benar, mereka sudah merencanakan tuk mengulang kejadian seperti dulu lg saat malam bulan madu kami.
Dugaanku sama sekali tak meleset, aku sudah pasrah, lagi pula hal2 liar sudah terbiasa masuk dalam otakku, sekalian saja kuturuti apa maunya Zen dan Brian.
Kasur itu cukup luas hingga mampu menampung tubuh kami berempat, Dita,Brian, maupun Zen, sudah tak lg berbusana, dengan posisi menungging Dita asyik mengulum kejantanan Zen sedangkan Brian menyetubuhinya dari belakang.
Aku yg baru keluar dari kamar mandi hanya bisa berpura2 kaget, sedangkan mereka hnya mengabaikanku utk beberapa saat.
Brian memanggilku dgn tangannya, seolah mengerti dan menurut saja, aku serta merta naik ke atas kasur dan menghampiri dia yg tengah berjuang keras mengasah kejantanannya dalam liang vagina Dita, menyerahkan payudaraku yg ranum tepat ke mulutnya.
malam ini kami dipakai bergantian oleh para suami kami, bahkan aku hampir pangling siapa pria yg sedang berada di atasku, apakah kembali giliran Zen, ataukah masih bersama Brian.
SEKIAN