Bab 1

55 4 0
                                    


"Hidup ini panggung sandiwara. Ya memang benar adanya, semua yang disampaikan kepada orang lain adalah dongeng, dan dongeng jenis apa pun harus terjadi di panggung; terjadi di tempat dan waktu tertentu agar tokoh-tokoh yang bermain di panggungnya bisa melakukan ini-itu sesuai dengan wataknya.(Sapardi Djoko Damono)"

PROLOG

(dipinggir lapangan)

"yaelah ra baca buku mulu ga bosen apa"

"sampe purnama keseribu pun gua gaakan pernah bosen buat baca buku, lagian lu juga ga bosen apa gangguin gua mulu kalo lagi baca!"

"santai dong boss bukannya udah biasa yah haha" gadis itu tak menanggapi.

"eh liat deh ra, orang yang ada di sana"

"hmm"

"buset suruh nengok bentar susah amat salah bantal lu"

"apasi ta galiat orang lagi fokus, ih" gadis itu menoleh "iya gua udah liat" lalu fokus lagi dengan kegiatannya.

"serius lu cuman gitu doang"

"ya terus gua harus gimana ta"

"setau gua cewe manapun yang liat dia mereka pasti bakalan terpesona ra, yaa minimal teriak teriak gajelas gitu"

"lah emang tu makhluk kenapa"

"astaga ra, kayanya idup lu emang diabisin cuman buat baca buku ya, nih gua jelasin pasti lo juga gatau kan dia anak baru disini?"

"anak baru?"

"udah gua duga lu bahkan gatau siapa aja penghuni disekolah ini kecuali gua, pak yanto sama bu sri yakan"

"hmm"

"Namanya Alif dia murid pindahan, baru sih dari semester satu kemarin, selain cakep tu orang juga dianugerahi kecerdasan yang over kayanya ra, bisa bisanya belum ada sebulan dia sekolah udah dijadiin perwakilan buat olimpiade matematika." Gadis itu terus membaca buku yg digenggam sembari berusaha fokus untuk mendengarkan.

"oh ya biasa aja dan inget ta gua bukan mereka" jelas gadis itu.

"oiya lupa seorang Kara kan ga doyan laki"

"DIKTA!" kara mengejar lelaki yang baru saja meledeknya.

------

Kara Vania Alexa, gadis cuek yang memiliki hobi membaca. Hanya memiliki satu teman selama dia mengenyam Pendidikan dibangku manapun bukan karna dia tidak mau bersosialiasi, namun sikap super cuek yang dimilikinya membuat dia hanya memiliki satu teman yaitu Dikta Mahesa.

Dikta adalah kebalikan dari Kara. Dikta cenderung aktif. Aktif mengganggu kara setiap hari maksudnya. Namun hal itu tidak membuat kara merasa risih karna dia pikir dengan sikap cuek yg dimiliki minimal dia harus mempunyai seorang teman untuk menemani hari harinya.

Kara berasal dari keluarga sederhana namun berkat kecerdasan akademiknya dia kerap mendapatkan beasiswa yang dapat membantu kara untuk tetap melanjutkan Pendidikan. Berbeda dengan Dikta, ayah dikta merupakan CEO dari perusahaan property yang sudah memiliki cabang diberbagai daerah sedangkan ibunya bekerja sebagai arsitek.

Persahabatan kara dan dikta dimulai ketika mereka berumur enam tahun. Ibu kara yang bekerja sebagai ART dirumah dikta membuat hubungan pertemanan kara dan dikta semakin dekat. Keluarga dikta sangat baik kepada kara bahkan mereka sudah menganggap kara sebagai anak kedua mereka meskipun kara kerap merasa banyak merepotkan keluarga dikta namun keluarga dikta sama sekali tidak keberatan hanya untuk membantu kara.

CARAPHERNELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang