"Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur" (Sapardi Joko Damono)
...
"ibuuuu ara pulang" kara mencari ibunya
"ehh anak ibu udah pulang, mau mandi dulu atau makan?" tanya ibu kara
"umm enaknya apa yaa, ta lu mau makan atau mandi dulu" tanya kara kepada dikta
"terserah lu deh gua mah ngikut" jawab dikta
"ah lu mah gua ajak nikah juga kayanya mau" ledek kara
"ga dulu deh skip" ucap dikta
"bu, mama pergi lagi ya?" tanya dikta
"iya nak nyonya pergi lagi katanya dua minggu ada projekan di luar kota" jawab ibu kara
"yah kok gitu si besok kan pertandingan baseball gua, padahal dia udah janji mau nonton" ucap dikta sedikit kecewa
"ta lu kan masih punya gua, besok gua temenin lu okeyy" ucap kara
"yaudah deh padahal gua maunya sama bidadari bukan sama psikopat" ledek dikta
"apa tadi lo bilang kurang keras" Kara mencubit perut dikta
"aaaa iya iyaa gua bilang akhirnya ditemenin sama bidadari" dikta mengeluh kesakitan
Kara melepaskan cubitannya, ibu kara yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil kejadian didepan mata nya sudah sering terjadi sejak mereka kecil. Dikta yang selalu meledek dan menjaili kara dan kara yang sensitive dan agak kasar membuat mereka berdua sering bertengkar tapi ibu kara yakin meskipun mereka sering bertengkar namun dihati masing-masing mereka itu ada rasa sayang dan rasa peduli bahkan saling ingin melindungi.
"udah udah jadi kalian mau makan atau mandi dulu nih" tanya ibu kara sekali lagi
"kayanya mandi dulu deh bu biar makan nya nanti enak udah pada wangi iya ga?" tanya dikta kepada kara
"terserah deh gua mah ngikut aja" ucap kara sambil bergegas ke kamar
"heh itu kan dialog gua" teriak dikta
"bodo amat"
"ohh minta dikejar awas lu ya diem disitu" dikta berusaha mengejar kara
Lagi lagi ibu kara hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya
"mereka berdua gapernah berubah masih sama" batin ibu kara
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di meja makan
"gimana sekolah kamu ra" tanya ibu kara
"lancar bu, oiya sebentar lagi ada olimpiade fisika doain ara ya bu biar bisa menang lagi rencananya nanti uang lombanya sebagian bakal ara sisihkan buat anak yatim biar berkah bu hehe" jawab ara
Ibu kara hanya bisa tersenyum namun senyuman kali ini penuh makna. Ia bangga dan bersyukur memiliki anak yang bukan hanya cerdas namun berjiwa sosial yang tinggi.
"eh bukan nya olimpiade fisika barengan sama olimpiade matematika juga?" tanya dikta
"iya" jawab kara
"dan yang ikut olimpiade matematikan kan..."dikta menggantungkan kalimatnya
"alif" jawab kara
Terjadi keheningan setelahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAPHERNELIA
Teen Fictionbelum ada deskripsi jika bersedia baca aja yaa hehe semoga suka:)