Sampai di rumah sakit, Tom dibujuk untuk mengukur tinggi badan dan berat badan oleh seorang suster. Disitu Tom menangis karena, pikirnya apa itu dan sedang diapain kah dirinya? Lanjut ke pengukuran suhu disitulah suhu Tom ketahuan sangat tinggi, yaitu 42,7 derajat, dan berpotensi bisa merusak otak. Melihat hal itu suster tersebut pun kaget dan berkata,
"Bu, kalau sudah setinggi ini suhu nya lebih baik dibujuk ke ruang UGD saja daripada harus menunggu pasien lain disini." Kata suster tersebut sambil menekukan alisnya.
"Oh yasudah kalau gitu." Sahut mami Tom, kala itu mami Tom tidak punya pilihan lagi demi kesembuhan sang buah hati.
Sampai di UGD, Tom tak henti menangis sambil kejang-kejang, karena hal itu pun Tom langsung diperiksa oleh salah satu dokter dan diberi obat penurun panas. Disitulah tangis Tom makin menggelegar, dan mengganggu pasien lain di UGD. Setelah memeriksa Tom, dokter itu berkata,
" Bu ini sebaiknya anaknya di rawat jalan saja kalau sudah begini kondisinya." Kata dokter itu.
"Hooh, yasudah." Saut mami Tom, kala ini ia sudah pasrah dengan apapun demi kesembuhan sang buah hati, Tom.
"Untuk rawat jalannya, Ibu bisa daftar dulu ke resepsionis dan tanda tangan surat-surat tertentu" Kata dokter tersebut.
Setelah itu mami Tom menuju resepsionis dengan ekspresi lelah dan pasrah karena ia tau jika Tom pasti tidak akan mau dirawat di rumah sakit dan bertemu dengan dokter asing yang tidak Tom kenal. Langsung saja mami Tom memilih kamar anak kelas VIP untuk Tom.
Sementara itu Tom masih saja lanjut menangis di ruang UGD karena ia berada di tempat yang ia tidak pernah datangi sebelumnya dan juga ia merasa tidak nyaman. Meski begitu suster Tom sudah berusaha untuk menenangkan Tom namun Tom tetap saja menangis sangat kencang.
30 menit kemudian
Mami Tom telah selesai mendaftar dan menanda tangani surat-surat. Mami Tom balik ke ruang UGD. Terlihat jika ada perawat yang telah bersiap-siap memasang infus pada Tom. Melihat itu mami Tom semakin merasa hancur. Mami Tom pun mulai memangku Tom sambil Tom dipasangkan infus. Disitu Tom teriak kencang di tengah tangisannya dan semakin mengganggu pasien lain.
Setelah itu Tom, mami dan susternya diarahkan untuk naik ke kamar rumah sakit. Mau tidak mau, ini bagian dari lika liku kehidupan yang harus ditempuh. Selama berhari-hari mereka akan tinggal di kamar itu sampai Tom sembuh.
Hingga kini belum diketahui jelas secara medis apa sakit yang dialami Tom oleh dokter karena Tom belum diarahkan untuk melakukan test darah.
Sore harinya sekitar pukul 5 sore ketika Tom sedang tertidur nyenyak, ada seorang perawat dan dokter yang mengetuk pintu ruangan kamar Tom,
"Tok tok tok tok, permisi Ibu, adek." Sapa dokter yang masuk dengan ramah.
"Maaf mengganggu tapi mohon izin ya Ibu, adek waktunya untuk memeriksa keadaan adek sekaligus ambil darah." Kata dokter tersebut.
"Hooh, kenapa sih musti di waktu saat Tom sedang tidur." Kata mami Tom dengan nada yang sedikit marah.
"Mohon maaf ya Ibu tapi minta waktunya sebentar aja." Saut dokter itu.
Tom yang masih tertidur pulas pun menjadi terbangun dan mulai menangis histeris ketika melihat dokter dan suster di hadapannya, nampaknya dokter itu sedang mengambil sebuah jarum ambil darah dan wadah kecil untuk menampung darah. Sementara susternya sedang mengambil alkohol dan kapas.
Melihat hal itu mami Tom pun mulai berseru,
"Hey mau kalian apakan Tom?" Kata mami Tom yang bodoh.
"Kami izin ambil darah adeknya ya bu, supaya kami bisa tau adeknya sakit apa." Kata dokter itu.
YOU ARE READING
Kisah Tom Si Bocah Cengeng
РазноеKisah si Tom, bocah berusia 5 tahun yang terkenal sering menangis setiap saat , selain itu ia juga memiliki perkembangan yang lebih lambat daripada anak-anak se usianya.