🇨🇦Bule Kanada🇨🇦

7 1 0
                                    

Waktu di Surabaya sudah lewat. Seana dan Juna sudah kembali sebulan lalu. Mereka kembali melakukan aktivitas masing-masing.

Seminggu setelah kembali, Juna ditugaskan untuk ikut dalam proyek pembangunan apartemen di daerah Bogor. Sedangkan Seana sedang giat menulis cerita yang Iren mau.

Berkat sentilan kalimat dari Juna tempo hari di Surabaya, membuat Seana mendapatkan ide luar bisa. Seana menjadikan salah satu personil band favorit, Nemdino untuk menjadi tokoh utama yang bersanding dirinya dalam tulisannya (gampangnya Seana halu). Seana menuangkan khayalan tingkat dewanya kedalam tulisan. Hal itu membuat Seana mendapat pujian dari Iren juga Yara sebagai editornya.

"Jadi ke Surabaya selain nemu ide juga nemu jodoh nih, mbak?"

"Hah?"

"Ini mas Satria asli kan?"

"Hah?"

Apa gw bohong aja ya biar bisa lebih mendalami peran?

"Hah hah mulu lu dari tadi, mbak? Gimana nih perasaannya bisa deket sama Raden Mas Satria?"

"Seneng dong. Jadi nanti bisa punya keturunan bangsawan. Hahahaha...."

"Wah... Pengen dikenalin temenannya dong, mbak. Aku mau pensiun kerja. Mau jadi mantunya orang kaya aja."

"Dih! Orang kaya juga milih milih ya kalo cari mantu."

"Udah diseleksi ya, mbak?"

"Hah?"

"Aish... Udah diwawancara gitu sama calon mertua?"

"Calon mertua?"

"Lu pernah ga sih mbak ditatar sama ibunya doi?"

Maminya Juna pernah natar gw. Tapi Juna bukan doi gw.

"Lu pasti belum ketemu orang tuanya."

"Maminya."

"Mami? Udah ketemu maminya?"

"Hm..."

"Ngomong apa aja kalian?" Kepo Yara semangat.

Seana tidak menjawab namun mukanya berubah masam mengingat bagaimana mami Juna waktu itu.

Dokter mantu idamannya!

"Udah. Lu ga perlu jawab, mbak. Liat ekspresi lu, kayanya lu perlu usaha lebih buat dapetin restunya."

"Hm...." Seana mengangguk setuju.

Heh!? Restu? Restu apaan ya? Gw ga lagi butuh restunya! Gw kan ga ingin membangun hubungan sama anaknya!

.....

"Mami?! Anak mami pulang!!" Teriak Juno menggema seisi ruangan setelah melihat kehadiran kakaknya.

Mendengar teriakan anak bungsunya, Buru buru mami Juno menghampiri anaknya. Terlihat disana Juna dan Juno sedang bergelut entah memperebutkan apa.

"Mamiii..." rengek Juno yang terlihat akan kalah dari pergelutan.

"Inget pulang kamu, Jun!" Sinis maminya mengkomentari.

"Inget--"

"Eh? Ini pulang apa mampir ya?"

"Astaga, mami! Aku pulang." Juna melepas Juno berganti dengan memeluk sang mami.

"Pulang itu lebih sering dan lebih lama! Ini mah kamu mampir. Pulangnya ke sana tuh yang di Bogor." Sindiran itu ditujukan pada anak sulungnya yang lebih sering mengunjungi mama barunya.

Engga. Mami Juna dan Juno engga dimadu kok. Hanya saja Juna memiliki mama baru yang didapatnya waktu di Surabaya. Ingat kan? Mamanya Seana.

"Tuh bang dengerin. Mama mertua mulu yang dikunjungi. Mama sendiri dilupain."

TETANGGA TAPI M...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang