02

320 43 4
                                    

Jiang Fengmian dan Madam Yu terkejut saat mendapati sosok berkumis tebal dengan wajah songongnya duduk di sofa ruang tamu mereka, meminum tehnya dengan santai seperti tidak ada beban sama sekali. Madam Yu hendak meledak jika sang suami tidak menahan pinggangnya. Apa yang dilakukan pak tua itu di sini?!

Kalian tentu tau siapa yang dimaksud 'pak tua' oleh Madam Yu. Pak tua dengan kumis tebal serta wajah songong nan narsis yang minta digeplak. Jika tebakan kalian Lan Qiren maka kalian benar

Lan Qiren saat ini sedang duduk manis di sofa ruang tamu milik keluarga Jiang. Kepalanya manggut-manggut, merasakan nikmat dari teh khas Yunmeng yang disajikan oleh pelayan dari keluarga Jiang. Ia yang melihat tuan rumah sudah muncul menampakkan diri pun dengan sigap berdiri dan memberi hormat sebagai bentuk sopan santun. Meskipun terkadang ia sedikit menyebalkan, tapi ia masih tau soal tata krama

Madam Yu mendengus. Ia dengan angkuh mengambil tempat duduk, diikuti oleh Jiang Fengmian yang sedang mengeekorinya

Madam Yu menyeringai. Secara teliti menatap penampilan Lan Qiren dari atas hingga kebawah. Tidak berubah pikirnya. Tampilan yang masih terlihat kolot namun juga alim. Bayangkan saja bagaimana penampilan Lan Qiren saat ini. Baju koko putih yang digunakan sebagai atasan dengan perpaduan kain sorban kotak-kotak yang disampirkan pada lehernya, celana kain hitam sebagai bawahan, serta tasbih yang tak lepas dari tangan kanannya, tak lupa Lan Qiren juga memakai sebuah kopiah/peci di kepalanya. Sudah seperti akhi-akhi berbudi sholeh namun ini versi tuanya

"Kau masih sama rupanya. Masih berpenampilan seperti ulama" Komentar Madam Yu kemudian menyeruput tehnya dengan tenang

Lan Qiren, "Aku memang seorang ulama dan aku belum pensiun dari jabatan itu"

Jiang Fengmian menghela napas. Beginilah jika istrinya dan Lan Qiren bersatu. Seolah tidak pernah terlepas dari yang namanya perdebatan. Batinnya sudah menangis memohon bantuan dari sang maha kuasa. Ya Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, tolong tegarkan hati hamba dalam menghadapi dua orang berhati batu ini

"Jadi, ada urusan apa yang membuat Kyai Lan datang kemari?" Tanya Jiang Fengmian yang berusaha untuk tersenyum kearahnya

Lan Qiren yang mendapatkan panggilan formal dari sahabat mendiang kakaknya langsung mengernyit tidak suka. Ia merasa tidak nyaman. Apalagi saat mereka sedang tidak terlibat dalam pembicaraan formal seperti ini

Tapi ya tidak masalah, itu artinya Jiang Fengmian masih memiliki rasa hormat padanya. Tidak seperti istri galak jelmaan macan yang berada disampingnya itu

"Tidak perlu seformal itu. Lagipula kau adalah sahabat dari mendiang kakakku, jadi santai saja"

Jiang Fengmian tersenyum. Ah, ia ingat soal sahabatnya itu. Seorang pemuka agama terkemuka yang dikenal dengan sebutan Syekh Qingheng-Jun

Alasan beliau mendapatkan gelar Syekh adalah karena dalam darahnya mengalir sebuah darah raja, apalagi beliau memiliki pengetahuan luas mengenai agama islam sekaligus dapat menghafal seluruh isi ayat suci Al-Qur'an beserta artinya. Tak lupa dengan perangainya yang baik serta hobinya yang selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan tanpa ada rasa *riya dalam niatnya. Hal itulah yang membuat sosok Qingheng-Jun begitu dihormati

*riya [salah satu perbuatan tercela yang melakukan suatu amalan dengan tujuan pamer agar dilihat oleh orang lain.]

Namun kabar duka menghampiri mereka, kala sosok Qingheng-Jun yang telah meninggal oleh kecelakaan pesawat yang membawa Qingheng-Jun beserta sang istri pulang ke kampung halaman setelah mereka menempuh ibadah haji. Mengingat itu hati Jiang Fengmian merasakan pedih, ia sama sekali belum mengucapkan selamat tinggal kepada sahabatnya itu

"Maaf, aku hanya mencoba menghormati mu saja"

Lan Qiren menghela napas. Memang susah berbicara dengan sosok keras kepala seperti Jiang Fengmian ini. "Jadi pak tua, ada urusan apa kau datang kemari? Jika kau mencari panti jompo maka kau salah alamat"

Lan Qiren yang sedang menyeruput tehnya langsung tersedak kala mendengar perkataan tidak berakhlak dari Madam Yu. Ayolah dia tidak setua itu untuk dibawa ke panti jompo. Lihatlah badannya, masih berotot seperti anak muda. Hanya kumisnya saja yang membuat Lan Qiren terlihat lebih tua dari pada usianya

"Aku kemari untuk menagih janji yang kalian buat bersama kakakku"

Jiang Fengmian dan Madam Yu dengan kompak menaikkan alis mereka. Janji? Janji apa yang mereka buat bersama mendiang Qingheng-Jun. Mereka sama sekali tidak ingat, apakah ini karena faktor usia?

Jiang Fengmian pun berinisiatif bertanya mengenai janji yang mereka buat sebelumnya. Meskipun batinnya merasa tidak enak karena sudah melupakan janji tersebut

"Maafkan aku sebelumnya. Tapi ku rasa, aku dan istriku telah melupakan janji tersebut"

Lan Qiren menghela napas. Ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Tapi ia sama sekali tidak tersinggung. Karena ia memaklumi gejala pikun yang mereka alami apalagi usia mereka telah menginjak kepala 4

"Tidak masalah, aku akan menjelaskannya lagi. Jadi saat kalian berdua menikah, kakakku dan kakak iparku menghadiri acara pernikahan kalian. Kemudian kalian berempat membuat sebuah perjanjian yang akan mengikat keluarga Lan dan Jiang nanti, yaitu dengan menikahkan salah satu dari penerus kalian dengan penerus dari keluarga Lan. Untuk itu aku datang kemari dengan maksud menagih janji kalian beberapa tahun yang lalu"

Jiang Fengmian syok, bagaimana ia bisa lupa akan janji yang sepenting ini. Ia sudah terlanjur mengizinkan putri pertama mereka menikah dengan tuan muda dari keluarga Jin dan tentu saja Jiang Yanli sudah menjadi menantu keluarga Jin sekarang. Satu-satunya anak mereka yang masih lajang adalah Jiang Cheng, tentu saja mereka tidak bisa menyerahkan anak itu karena Jiang Cheng memiliki gender laki-laki

Tiba-tiba Jiang Fengmian merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Menarik putrinya kembali dari keluarga Jin kemudian menyerahkannya kepada keluarga Lan? Tidak, hal itu tidak mungkin Jiang Fengmian lakukan. Jika ia nekat, maka sama saja ia mengibarkan bendera perang kepada keluarga Jin

Saat asik bergelut dengan pikiran ngawurnya, sang istri yang bernama Yu Ziyuan menggebrak meja dengan keras hingga membuatnya melompat kaget. Ia menatap sang istri ngeri, takut jika Madam Yu marah dan menghancurkan Lan Qiren sekarang juga

"Sayang tolong tenang -"

"Aku menerima perjodohan ini" ucapnya menggunakan seringai

Otak Jiang Fengmian seolah berhenti bekerja. Ia menatap Madam Yu dengan raut wajah bodoh miliknya. "Eh?"


Tbc

Oke jadi saya mau menjelaskan buat kalian yang nggak tau apa itu Syekh sama Kyai. Jadi ada beberapa sebutan bagi pemuka agama dalam islam seperti Kyai, Syekh, Ustadz, Habib, dan Gus. Masing-masing dari mereka memiliki arti tersendiri

Syekh itu memiliki arti kepala suku, pemimpin, tetua, atau raja. Sedangkan Kyai adalah sebutan bagi para alim ulama. Untuk penjelasan lainnya kalian bisa cari tau sendiri karena sama seperti kalian, saya juga masih dalam tahap belajar. Takutnya salah kalau saya yang jelasin

Sekian dari saya, see you in the next chapter gaiss (◠‿◕)

The Purity of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang