UNDERGROUND

100 34 7
                                    


Hanya Cerita Ringan

💛 Happy Reading 💛

Sempat kaget juga sih ketika melihat Zero yang tiba-tiba datang menghampiriku dan menyuruh ku untuk menutup mata ku dengan sehelai kain.

"Emang ada acara apaan sih, kok pake tutup mata segala?!" Tanyaku sambil terus melangkah mengikuti arah mana yang akan ia tuju.

"Zer, kita mau kemana?!" Kembali aku menanyainya

"Pokoknya aku mau bikin surprise buat kamu". Jawabannya sambil terus menggandengku menuju ke suatu tempat. Sepertinya aku merasa telah menuruni beberapa anak tangga.

-Di tempat apakah gerangan aku sekarang???!- dalam benakku timbul banyak pertanyaan.
Apalagi di ruangan ini hanya terdengar hanyalah jejak langkah ku dan Zero saja. Mendadak langkah ku terhenti. Zero mulai melepaskan kain penutup mataku. Dan apa yang kulihat, Barisan rapi lilin - lilin kecil yang saling menunjukkan kemegahan sinarnya, seuntai mawar merah yang terletak elok di atas meja. Tentu saja suasana terasa romantis. Namun aku terperanjat Karena saat ini aku berada dalam ruang bawah tanah. Dimana tempat pertama kalinya aku berkenalan dengan Zero, dan kita mempunyai nasib yang sama "Tersesat dalam hutan".

Aku masih belum percaya dengan semua ini. Memangnya Zero mau ngerayain apa ya di tempat seperti ini?!

"Kamu gak salah tempat ini Zer?". Tanyaku heran

"Enggak tuh, aku sengaja mengunjungi tempat ini dan menyiapkan semua ini". Jawabnya

"Lantas untuk apa coba". Sahutku menghampiri Zero yang sedang memegangi satu lilin dan mengangkatnya dengan hati - hati.

"Semua ini aku persiapkan hanya untuk kamu Manda. Kamu masih ingat kan waktu di underground ini dulu. Sejak itu aku mulai menyukai mu, aku sayang kamu, aku cinta sama kamu. Andai dulu aku gak ketemu sama kamu mungkin aku sudah gak ada lagi di dunia ini".

"Jangan berlebihan, itu kan hanya suatu kebetulan".

"Lebih dari itu Manda, Tuhan memang sengaja mempertemukan kamu dengan ku agar kamu bisa menemaniku disisa masa yang tertinggal".

"Maksud kamu"

"Aku pengen hidup bahagia sama kamu"

Sebenarnya GR juga soalnya gak nyangka Zero ngomong kayak gitu. Kan slama ini aku berharap banget bisa jadi kekasihnya. Dan ternyata kenyataan itu memang benar - benar hadir untuk ku.

"Kamu serius Zer". Kataku meyakinkan, jemarinya mulai menggenggam tanganku erat.

"Aku serius Manda, jadi kamu mau gak jadi pacar aku"

"Oke deh kalau gitu" jawab ku tanpa basa-basi.

Lalu tiba-tiba Zero menghambur untuk memelukku . Ia berseru "Aku sayang kamu Manda ,aku gak mau kehilangan kamu".

"Aku juga Zer." Balasku

Setelah itu aku mulai menaiki anak tangga tapi ditengah tangga mendadak Zero sesak nafas. Akupun bingung apalagi Zero mulai merintih kesakitan di bagian dadanya. Kemudian ia terbatuk-batuk. Dari mulutnya keluar darah. "Ya Tuhan apa yang terjadi dengan kamu Zero??!"
Melihat kondisi Zero yang memburuk aku begitu shock hingga akhirnya aku berusaha sendiri untuk membawanya ke rumah sakit. Di perjalanan sambil nyetir aku terus memegangi tangannya. Meskipun nyeri melihat darah yang terus keluar dari mulutnya dan batuk yang tidak juga berhenti. Aku terus berusaha untuk memantaunya. Aku benar-benar gak tega sampai - sampai air mata ini menetes dengan derasnya. "Zero aku mohon bertahanlah , bertahan lah aku mohon".

Saat ini batuknya sudah mulai reda. Namun kepanikan mulai muncul ketika mukanya memucat. Tanpa basa-basi ku hentikan mobilku dan langsung turun mencari bantuan, seseorang yang mau menyetirkan mobil ku. Akhirnya dengan cepat ku mendapatkannya. Di dalam mobil ku dekap tubuh Zero yang sudah tak berdaya lagi. Pakaian yang berlumuran darah tak ku hiraukan. Aku berharap agar sampai di rumah sakit dengan secepatnya.

--+--

Sudah hampir 2 jam aku terus menunggu Zero di pintu luar UGD. Dokter belum juga keluar untuk menginformasikan keadaan Zero yang sebenarnya. Aku cukup gelisah saat ini. Berdoa dan berharap semoga tidak terjadi apa- apa , yang bisa aku lakukan sekarang. Andai saja ada kebebasan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut pasti tak segan - segan aku akan menerobos pintu itu agar aku bisa mengetahui langsung kondisi Zero saat ini. Setelah capek mondar-mandir akhirnya dokter keluar, langsung saja aku menghampirinya. "Dok, apa yang terjadi dengan Zero, Zero kenapa dok?" Tanyaku yang terus mendesak.

"Saudara Zero terkena kanker paru-paru dan ada kemungkinan kecil untuk diselamatkan". Ucap Dokter dengan serius.

Mendengar semua kenyataan pahit ini aku begitu tak berdaya.

--+--

Malam terasa semakin larut. Jam dinding menunjukkan pukul 00:30 , tidak sedikit pun aku merasa ngantuk. Aku terus berjaga di samping tubuh Zero yang terbujur lemah di atas brankar, mata indahnya masih tertutup dan tangan ini masih memegang erat tangan nya.
Seketika bayang - bayang kebersamaan kita teringat di kepala.

Flashback

"Manda, kamu suka coklat apa ice cream?"

"Ice cream, karena aku butuh pendingin untuk diriku yang hangat"

"Kopi atau tea??!"

"Kopi, minumnya sore ditemani kamu" godaku

terlihat sudut bibirnya terangkat, senyum manis terukir di bibir Zero.

"Bunga mawar atau cincin"

"Astaga apa lagi coba, buat apa sih Zer"

"Uda jawab aja, biar aku lebih mengenal kamu"

"Bunga, romantis. Cincin ?!! Hmmmmmmm berlebihan"

"Pantai atau Gunung"

"Gunung ,biar tersesat ketemu kamu terus bikin api unggun menunggu pagi bersama kamu" jawab ku tertawa, Zero pun tertawa akan jawabanku.

Beberapa kali kita habiskan bersama, menikmati senja dengan secangkir kopi hitam
Di atas bukit melihat keindahan dari atas. Menjauh dari kebisingan, mencari ketenangan atau mungkin jadi pengecut lari sebentar dari permasalahan hidup.

--+--

"Ya Tuhan kenapa Engkau beri penderitaan ini kepadanya. Bukankah kau telah mengujinya dengan mengambil semua orang yang dikasihinya. Aku tahu Engkau Maha Pengasih dan Penyayang. Tapi jika kau izinkan biarkan semua ini aku yang menjalani. Dia sudah cukup untuk Engkau uji Tuhan.

Butiran air mata ini mulai mengalir begitu derasnya. Seperti tak ada lagi kendala.

Tepat pukul 2:00 tangan Zero bergerak- gerak. Perlahan - lahan matanya mulai terbuka. Ia mulai mampu untuk berbicara walaupun hanya sepatah kata. "Manda entar kalau aku udah di jemput, kamu jangan sedih ya. Please aku mohon". Kata kata itu terlintas dari bibir Zero yang seakan- akan aku merasa akan kehilangan dia selamanya.

"Kamu ngomong apa sih Zer, aku yakin kamu pasti sembuh kok". Ujarku yang berusaha memberi semangat Zero untuk berjuang melawan penyakitnya.

Ku sandarkan tubuhku di lengannya. Tak terasa lengan bajunya basah oleh air mataku. Kembali ku usap sisa - sisa air mata itu, kulihat senyum yang masih tersungging di bibirnya. Perlahan - lahan matanya mulai terpejam. Aku yakin saat ini Zero sudah di jemput. Semua beban itu tlah berakhir di sini.

Aku gak sadar kalau hp ku berdering kencang. Suasana semakin mengharu ketika deringan hp itu adalah syair sebuah lagu.

"Langit begitu gelap, hujan tak juga reda
Ku harus menyaksikan cintaku terenggut tak terselamatkan"

Underground ..!!!! Aku akan slalu merindukan kamu.

Aku mencintaimu Zero

End

-Sama seperti cerita sebelumnya, cerita ini di tulis dan tersimpan cukup lama-

21406

💛Thanks sudah membaca 💛

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#TentangRasa (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang