4

255 19 6
                                    

Angin berhembus kencang menerpa dedaunan di atas pohon untuk mengajak mereka menari. Hawa sejuk masuk ketubuh seorang laki-laki manis berambut coklat yang tengah menatap orang-orang yang sedang berkecinambung dengan tanah. Ia terdiam dan mematung. Rambut coklatnya diterpa angin seakan tidak berdaya. Memperlihatkan mata hijau zamrudnya yang tadinya tutupi oleh rambut yang sekarang terlihat. Bisa dilihat,mata tersebut menyimpan aura kesedihan yang mendalam.

Seseorang menepuk pundaknya

"Eren"

Orang yang dipanggil pun menoleh ke arah suara dan pelaku yang menepuk pundaknya. Seseorang pria manis yang sama seperti dirinya,Dengan rambut kuning berbentuk mangkok terbalik tengah menatapnya prihatin.

"Aku turut berdukacita,atas kematian kakak-mu secara mendadak ini eren."

Eren tersenyum tipis

"A..h.. Jika kau tidak keberatan kau bisa tinggal di kediaman Arlet eren,agar kau tidak keberatan dalam biaya kehidupan. Lagi pula kau bisa pergi setiap hari ke kampus denganku." ujar armin dengan manis.

"Tidak armin,terimakasih aku baik-baik saja." ujar eren tersenyum tipis.

"Eren,kau tinggal denganku saja. Aku bisa membuatkan makanan untuk mu setiap hari"

"Tidak mikasa. Terimakasih."
.
.
.
.
.
Acara pemakaman pun selesai,eren masih tersungkur di depan makam kakanya. Ia tidak Terima kakaknya akan pergi secara mendadak ini. Ia masih ingin bersama kakaknya dan membalas jasa kakaknya.

'Zeke-san,hiks.. Maafkan aku' eren tertunduk menggigit bibirnya sambil meremas tanah yang masih basah itu.
'Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya.. Hiks.. Hiks.. Hiks.."

"Zeke-san,aku berjanji akan menemukan orang yang telah membunuhmu. Aku janji" ujarnya sambil mengelus nisan tersebut.

"Eren,kita pulang. Cuaca hari ini mendung. Nanti kau akan kehujanan." ujar seorang gadis berambut hitam legam dan disampingnya seorang pria manis dengan rambut berbentuk mangkok terbalik berwarna kuning. Mereka mikasa,dan Armin.

Eren hanya menganggukkan kepalanya dan beranjak meninggalkan makam tersebut.
.
.
.
.
.
1 minggu kemudian

07:00 tokyo city

Hari yang cukup menenangkan bagi eren,dikala sudah satu minggu ini ia bisa mengikhlaskan kakanya pergi. Dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Armin,dan mikasa benar,ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Akan tetapi ia akan tetap menjalankan janjinya terhadap kakanya. Ia akan tetap mencari pelaku misterius itu.

Di pagi hari yang cerah ini,eren berencana pergi ke kampus untuk menemui dosennya yang menyuruhnya untuk bertemu,karna ada suatu perihal yang dibicarakan kepadanya. Eren pun pergi dari apartemennya dan menuju universitasnya yang terletak di jalan stohess.

Eren pun akhirnya sampai di Universitasnya dan menelusuri lorong universitas yang menunjukkan arah ruang dosen ia pun melangkah sambil menundukkan kepalanya. Sesampainya ia di lorong dosen ia masih dalam keadaan menundukkan Kepalanya. Menghitung ubin-ubin yang ia pijaki. Hingga ia tak sadar, ia telah menabrak seseorang.

"A.. Ah.. M.. Maaf saya tidak sengaja menabrak anda." ujarnya kepada seorang yang lebih pendek darinya itu. Ketika orang itu mendongak ke arahnya,ia kaget.

"K.. Ka.. Kau? " ujarnya

"Ada apa? "

"Kau yang menabrak ku ketika di halte itu kan? Akkkh.. Kenapa harus bertemu dirimu kembali. Satu lagi kau menghalangi jalanku. "

"Menghalangi bagaimana?"

"Kau menabrak ku sialan! "

"Kau yang menabrakku."

 I Love My Mafia  (riren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang