---------------Froggy-Baby----------------
Last chapter.
Sudahlah Shay, aku hanya tidak sengaja menabrak Justin. Aku harus menelfon dad sekarang." aku berujar dengan malas lantas menggerakkan jariku di layar ponsel, mencari nomor kontak dad dan berniat untuk menekan tombol call. Tapi sebelum hal itu terjadi sebuah suara kembali menghentikan kegiatanku, sepenuhnya. Suara yang cukup familiar di telingaku, dan membuatku menyentakkan kepala untuk mengetahui siapa pemiliknya.
Dia berkata "Aku akan mengantarmu."
.
.
---------------Froggy-Baby----------------
Chapter 4 ~Care~
---------------Froggy-Baby----------------
Author's POV
"Aku akan pergi denganmu." satu kalimat itu membuat semua orang langsung menatap orang yang mengatakannya dengan pandangan bertanya-tanya. Itu Zayn, dia sama sekali tidak menghiraukan tatapan dari para sahabatnya dan hanya terus memasukkan buku miliknya. "Bagaimana?." dia kembali bertanya sambil menatap Jazzy kali ini.
"Syukurlah, kau pulang dengannya saja Jazmyn." ucap Justin dengan lembut yang membuat Jazzy menatapnya tidak mengerti. Dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti bagaimana bisa Justin membiarkannya pulang bersama seorang pemuda sepeti Zayn, dan bagaimanapun Jazzy itu anti dengan laki-laki, kecuali kalau yang mengantarkannya itu Justin.
"Ah, tidak perlu. Aku hanya akan mengganggumu nantinya." Jazzy mencoba untuk menyangkal.
"Tidak apa, aku suka mengantar seorang gadis." Zayn menyeringai lantas memberikan kerlingan pada Jazzy, membuat gadis itu langsung menyentakkan kepala karenanya.
Justin yang mungkin menyadarinya langsung memukul kepala Zayn yang membuat pemuda itu mengerang pelan. "Jangan macam-macam padanya." ucap Justin memperingatkan, lalu dia beralih pada Jazzy "Hati-hati Jaz, pukul saja dia kalau macam-macam."
Jazzy tersenyum pada Justin dan Shay lalu pergi mengikuti langkah lebar milih Zayn dari belakang. Dia tidak percaya kalau ia benar-benar akan pulang bersama Zayn. Sungguh, ini adalah pertama kalinya ia pulang bersama dengan seorang pemuda. Tapi ada satu hal yang ia sesali, karena pemuda itu bukanlah pemuda yang disukainya, melainkan pemuda yang mempunyai sifat playboy tingkat dewa. Tapi apa boleh buat, dia tidak terlalu sombong untuk menolak ajakan Zayn, lagipula Justin sedang berusaha untuk bertanggung jawab, jadi apa masalahnya. Baiklah, dia hanya perlu untuk duduk manis dan menunggu hingga sampai di rumahnya, itu tidak terlalu susah untuk dilakukan.
"Jazmyn, kau tunggu di sini saja, aku akan mengambil mobilku." Zayn berbicara pada Jazzy, lantas mengalihkan pandangannya ke arah belakang Jazzy dan sontak mengubah ekspresinya. Gadis yang tidak mengerti dengan hal itu pun turut mengekori arah mata Zayn. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Niall yang tengah menatap Zayn dengan polos di sana. "Apa yang kau lakukan?!." Zayn bertanya dengan nada kesal.
"Apa maksudmu? Aku akan pulang denganmu." ujarnya polos.
"Siapa yang bilang seperti itu?." Dan kalimat itu membuat ekspresi di muka Niall menjadi berubah, tampangnya yang tadinya polos kini digantikan dengan kedua alis yang terangkat dan kening yang berkerut. Tampaknya dia tengah tidak mengerti dengan yang Zayn katakan.
"Zayn, kita pergi bersama tadi pagi jadi secara otomatis aku juga tidak membawa mobil. Lalu kau pikir aku akan pulang dengan bagaimana jika tidak bersamamu?."
Zayn mengerang sambil mengusap rambutnya hingga berantakan tanpa mengurangi pesonanya sedikitpun, "Kau benar-benar mengganggu saja. Tunggu disini, aku akan mengambil mobil." Zayn langsung pergi setelah menyelesaikan kalimatnya, meninggalkan Jazzy yang masih memikirkan perkataan pemuda itu yang agak sedikit ganjil baginya. Mengganggu saja? Dia pikir mereka akan melakukan apa? Memangnya mereka sepasang kekasih yang akan pergi kencan? Ahh, benar-benar. Jujur saja Jazzy sangat lega ketika mengetahui kalau Niall ikut bersama mereka, karena dia sedikit tidak percaya dengan Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Froggy Baby
General FictionCinta, dan persahabatan. ketika mencintai menjadi begitu egois, tetapi persahabatan tak mungkin untuk diingkari. Haruskah memilih salah satu, ketika sebenarnya kita menginginkan keduanya? apakah terlalu jahat jika lebih memilih sebuah cinta daripada...