Gak vote, Gak Cantik. Gak komen, Gak keren.
***
"Pem-bully bukan teman, melainkan sampah yang perlu didaur ulang."
***
"Nadira kabur!”
Setelah mendengar seruan tersebut. Tiga orang gadis dan dua orang lelaki langsung ke luar dari restoran mereka mengejar seorang gadis berpakaian hitam yang mulai menjauh. Banyaknya orang yang mengenakan pakaian dengan warna serupa membuat mereka kesulitan dan hampir kehilangan jejak.
"Nadira jangan lari!”
Teriakan menggema berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitar pusat kota Bandung tempat mereka berada. Terlebih suara derap langkah yang beriringan menambah kalut aksi kejar-kejaran tersebut. Nadira, pemilik nama tersebut melirik ke belakang dengan cemas. Orang-orang itu semakin mendekat.
Dia semakin mengerahkan seluruh tenaga. Sambil menggaruk tangan dan wajahnya gadis bersurai hitam sedikit kepirangan itu terus fokus ke jalanan ada dua persimpangan. Dia memelankan langkah dan menoleh ke belakang, ia tak bisa melihat keberadaan orang yang mengejarnya tadi karena terhalang beberapa tubuh tinggi dan berisi.
Dadanya naik turun dengan rasa nyeri juga bibir yang pucat. Orang yang mengejarnya tadi adalah teman-teman sekelasnya. Ah, para pem-bully itu tak pantas disebut teman. Semenjak masuk SMA juga perubahan pada wajahnya membuat ia terus di-bully.
Beberapa orang hanya sekedar mengatai atau sindiran saja, tapi lima orang tadi sudah sering, mempermalukan Nadira di depan banyak orang, bahkan tak segan-segan bermain fisik. Hari ini gadis dengan tinggi 165 cm itu benar-benar nahas, ia kembali terjebak dalam permainan orang-orang itu.
Gadis bernama lengkap Nadiralia Atmaja Sastrawidaya kembali berlari sambil menutup kepala dengan penutup hoodie. Persimpangan yang ia pilih adalah arah ke kanan. Harap-harap orang itu kehilangan jejak.
"Cih, dasar! Gatalnya emang bakalan ilang dalam kurun waktu kurang dari lima belas menit, tapi epeknya ngebuat wajah ini berjerawat! Setidaknya kalau mereka nggak mau berteman dengan orang jelek mereka harus membiarkan aku mempercantik diri." Memiliki alergi terhadap udang benar-benar membuatnya harus berhati-hati terhadap apa yang ia makan.
Nadira berhenti tepat di depan sebuah Drugstore Skincare. Yosh! Mereka benar-benar kehilangan jejak! Rasa sakit di dada yang menyesakkan napas sudah mulai mereda. Perlahan terus mengatur napas yang terengah. Gadis yang mengenakan celana pensil itu memasuki bangunan tersebut.
Dia bergeming ketika melihat orang-orang yang ada di dalam sana fokus melihat televisi yang menempel di dinding. Dia pun jadi ikut memperhatikan.
“Setelah diselidiki penulis besar kita Bunda Erwina Winsih yang meninggal disebabkan kecelakaan, menurut autopsi lebih lanjut adanya overdosis karena setres setelah memakai krim bermerkuri.”
Raksa atau merkuri atau hydrargyrum adalah salah satu unsur kimia dalam golongan unsur transisi dengan simbol Hg (hydrargyrum). Unsur ini menempati nomor atom 80 dalam sistem periodik unsur-unsur kimia.
Air raksa merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Hal ini disebabkan air raksa bersifat toksik, persisten, bioakumulasi, dan dapat berpindah-pindah di atmosfer dalam jarak yang cukup jauh. Air raksa atau merkuri dapat ditemui dalam logam yang berbentuk batuan livingstonite, corderoite, cinnabar dan mineral.
Merkuri dapat dengan mudah diserap kulit dan masuk ke dalam aliran darah. Merkuri juga bersifat korosif, sehingga karena penggunaannya dapat membuat lapisan kulit menjadi menipis. Bukan hanya itu, paparan merkuri yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan, sistem saraf, dan ginjal.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Triple A
Teen FictionSemua orang pernah berada di fase sering insecure. Entan itu karena sering di-bully atau dibanding-bandingkan dengan anggota keluarganya sendiri bahkan orang lain. Hal itu pun di rasakan oleh Nadira. Kecantikan itu seperti mata dunia. Tak cantik art...