BF 01

410 72 63
                                    

Lima tahun telah berlalu. Di sebuah perumahan komplek, seorang Pemuda tengah bersiap-siap di kamar.

Seragam sekolah sudah ia kenakan rapi. Pemuda itu tengah bercermin merapikan tatanan rambut. Warna hitam kecokelatan menjadi pilihan ya.

"Ovel, lo emang terlahir tampan," ucapnya penuh percaya diri. Dia pun juga berpose dengan kedua jari seakan ingin menembak.

Suara ketukan pintu membuat aktivitas bercermin terhenti. Raut muka yang awalnya ceria berubah menjadi datar.

"Ovel, ayo turun sarapan," ujar suara berat seseorang di luar pintu.

"Iya, Pa," jawab Ovel bernada datar.

Fenly Ovelino Zakno, biasanya di panggil Ovel saat di rumah sejak kecil. Fenly panggilan saat berada di lingkungan sekolah.

Pemuda berparas tampan, berkulit putih seperti bule dan senyum manis membuat para perempuan siap mengantri demi dirinya. Fenly kini berusia 17 tahun, duduk di kelas XI-IPA 1.

Fenly segera meraih ransel, lalu di pakai di punggung. Sedikit menata rambut, Fenly melangkahkan kaki keluar kamar.

Satu persatu anak tangga berhasil Fenly turuni. Pandangan mata tertuju pada seseorang yang sudah duduk di ruang makan.

Fenly menghela napas berat. Kedua tangan memegang erat ransel.

"Ovel, kenapa malah bengong? Ayo cepat sarapan nanti kamu telat."

Suara sang Papa membuat Fenly tersadar. Ternyata dirinya tengah melamun.

Tanpa menjawab Fenly menarik kursi pelan, lalu mendudukinya. Piring di depan ia balik, Fenly langsung mengambil nasi goreng secukupnya.

"Sebelum makan jangan lupa berdoa," ucap sang Papa mengingatkan.

Fenly dan Papa ya berdoa. Mereka sarapan pagi dalam keadaan tenang, tak ada percakapan hanya terdengar suara sendok dan garpu.

"Ovel kenyang," ujar Fenly tak menghabiskan sarapan.

Sang Papa menatap Fenly tajam. Ia paling tak suka jika sang Anak membuang makanan walaupun hanya sedikit.

"Habiskan!" seru sang Papa lantang.

Fenly baru membuka mulut sedikit, tetapi suara tegas membuat dirinya menutup rapat mulut. Dengan perasaan kesal, Fenly menghabiskan makanan.

"Lain kali kamu jangan menyisahkan makanan, masih banyak orang di luar sana yang kelaparan."

Sang Papa menegur Fenly pelan namun tegas. "Iya, Pa. Ovel berangkat sekolah dulu," ucap Fenly tak mau berdebat.

Fenly berpamitan kepada sang Papa dengan menyalami punggung tangan kanan. Fenly sudah tak mau berlama-lama di rumah.

"Ovel, nanti pulang sekolah langsung pulang." Sang Papa mengingatkan.

"Tapi Pa, Ovel nanti sore ada rap--"

"Tidak ada penolakan!" seru sang Papa tegas.

Fenly mengepalkan kedua tangan erat. Ia sangat membenci sosok Pria dihadapannya. Sejak kejadian lima tahun lalu, membuat Fenly harus berpisah dengan sang Mama dan Adik satu-satunya.

Sang Papa mendekati Fenly. Ia mengelus singkat rambut coklat Fenly.

"Papa melakukan ini demi kebaikanmu."

Setelah mengatakan itu, sang Papa segera melangkahkan kaki keluar. Asisten pribadi ya sudah menunggu di depan pintu.

"Ayo, kita berangkat!" serunya lantang.

"Baik, Pak!" jawab asisten pribadi cepat.

Asisten pribadi membuka pintu belakang mobil. Setelah Bos ya sudah masuk, dia menyusul masuk ke dalam mobil melalui pintu depan.

"Pa, Ovel kangen dengan sosok Papa yang dulu," ucapnya lirih.

Fenly menatap kepergian sang Papa dalam diam. Tak mau tersulut emosi lebih lama, Fenly langsung berjalan menuju bagasi di sebelah kanan rumah. Hari ini dia berencana akan menaiki motor sport merahnya.

Motor sport merah melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan perkarangan rumah. Fenly hanya ingin cepat sampai di sekolah sambil menenangkan diri.

......

Ricky Atmoko Zakno. Seorang Pria berusia 30 tahun. Status sebagai Duda tak membuat dirinya bersedih. Duren alias Duda Keren, predikat itu sangat cocok untuknya.

Kaya, tampan, terkenal dan belum memiliki pasangan lagi. Kaum Hawa  sudah banyak yang berusaha mendekatinya, namun di tolak halus oleh Ricky. Ricky masih suka dengan kesendiriannya.

Ricky memiliki sebuah perusahaan di bidang industri dan menjadikan dirinya menjabat sebagai Bos. Perusahaan bernama UN1TY sudah berdiri sejak 20 tahun lamanya.

Keluarga Ricky merintis perusahaan sejak nol dan menjadi besar sekarang ini. Menduduki posisi dua tertinggi dan terbaik di Indonesia. Ricky melanjutkan pekerjaan sang Ayah yang memilih untuk pensiun.

Ricky memiliki perawakan tubuh kekar serta tegap, berparas tampan dan tatapan mata yang tajam. Ricky kini menjadi seorang Ayah tunggal setelah perceraian dengan mantan Istri lima tahun lalu.

"Shandy, bagaimana jadwal saya hari ini?" Ricky bertanya dengan santai.

Seorang asisten pribadi yang ternyata adalah Pria membuka file berukuran tebal. Dia membaca singkat agenda hari ini.

"Nanti jam delapan pagi kita ada meeting dengan pemilik saham di perusahaan. Jam sepuluh ada undangan makan siang dari Pak Joe. Jam satu siang ada pertemuan dengan salah satu klien dan jam tiga Bapak ada undangan ulang tahun dari Tuan Farhan."

Shandy menjelaskan secara rinci jadwal kegiatan untuk sang Bos. Ia menghela napas kecil setelah membaca.

"Terima kasih," ucap Ricky tersenyum tipis.

"Baik, Pak. Sudah menjadi tugas saya sebagai asisten pribadi Bapak," jawab Shandy sopan.

Ricky menatap sosok Shandy yang duduk di depan dengan tenang. Ia bersyukur memiliki asisten seperti Shandy. Sebenarnya mereka adalah sahabat sejak duduk di bangku SMA.

"Kalau di luar jangan panggil saya Pak atau Tuan," tegur Ricky.

"Haha... maaf sudah kebiasaan setelah bekerja dengan Bapak Ricky yang terhormat," balas Shandy tertawa kecil.

"Dasar Jamal!" ledek Ricky.

"Yee... Bapak Haikal bisa saja," sahut Shandy dengan santai.

Tak lama mereka sampai di perusahaan UN1TY. Shandy keluar terlebih dahulu untuk membuka pintu Ricky.

Sosok Ricky keluar dengan tegap. Dia merapikan kecil jas yang dipakai. Aura seorang pemimpin sudah terpancar jelas di sekitarnya.

"Terima kasih," ucap Ricky tersenyum tipis.

"Sama-sama, Pak," jawab Shandy kembali dalam bentuk formal.

Keduanya berjalan dengan langkah tegap dan kokoh. Beberapa karyawan yang melintas langsung memberikan hormat kepada sang Bos. Ricky membalas dengan senyuman tipis.

Dan di mulailah kegiatan Ricky di perusahaan miliknya. Ricky bisa melupakan sejenak kejadian tadi pagi di rumah dengan sang Anak yaitu Fenly.

.
.
.
.
.

[15/11/2021]

Broken Family (can't be together)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang