3- Dimas

17 1 0
                                    

matahari siang ini sangat terik.
Panas, pengap, debu itu lah yang dirasakan seorang cowo yang tengah duduk di dekat pintu angkot.
Sempit sempitan ,suara klakson sudah menjadi hal yang lumrah saat menaiki transportasi satu ini.

Saat angkot berhenti untuk menurunkan penumpang dan menambah penumpang lainnya. Masuklah satu penumpang perempuan. Saat memasuki angkot tubuh nya terhenti melihat cowo yang duduk di pintu angkot. Mereka saling menatap satu sama lain beberapa detik saja. Kemudian perempuan tersebut segera duduk di kursi dekat jendela.

Setelah kurang dari 10 menit akhirnya angkot pun berhenti di dekat kampus. Perempuan itu segera turun dan membayar, diikuti cowo dibelakangnya.

"Hei" panggil cowo itu

Merasa terpanggil perempuan itu pun berhenti sambil menoleh kebelakang.

" Kan benar, lo orang yang duduk di taman dekat parkiran itu kan?" Lanjutnya

"Hah?i-iya kah?" Jawab gugup perempuan itu

Cowo itu pun tertawa kecil melihat kegugupan perempuan dihadapannya ini.

"santai aja, kenalin Gua Dimas." Ujarnya sambil mengulurkan tangan

"Hanna" jawab perempuan itu pelan

"Apa? Ga denger gua" tanya Dimas lagi

"HANNA" Ucapnya sedikit lantang

Dimas tertawa mendengar ucapan Hanna.

"Hoalah Hanna, maaf ya keknya telinga gua congek an" celetuk Dimas yang membuat Hanna mengkerut kan dahi.

Tak lama kemudian datang seorang cowo menghampiri mereka.
"Tumben lu ga bawa motor" tanya cowo dengan kumis tebal.

" Mogok lagi tadi, gua tinggali di Bengkel" jawab Dimas

"Makanya udah gua bilang ,motor lu itu udah sakit sakitan mending lu beli baru ae" ujarnya

"Beli beli bapak lu geb, ga ga gua ga mau beli yang baru" ucap Dimas

" Hadeh hadeh serah lu deh Dim" balas Gebran.

"Ayo ke kantin gua lapar nih, pen ngopi juga" ajak gebran

Dimas mengangguk, sebelum ia pergi ia menoleh kebelakang untuk mengajak Hanna masuk kekampus bersama. Tapi Hanna tidak ada lagi di belakangnya.

"Lah kemana dia?" Tanya Dimas

" Cewe di belakang lu tadi? Udah duluan gua liat tadi" jawab Gebran

" Kenapa tuuu, curiga gua" tanya gebaran dengan lirikan usil

" Paan si lo, ayo dah ke kantin" sambung Dimas.

***

"Hann" panggil Agrena

Hanna hanya menoleh serta menaikan kedua alisnya. Menginsyaratkan 'Apa?'

" Kantin yukk, pengen mi ayamm"

" Mi ayam mulu dah , tihati usus buntu ntar lo" Ujar Hanna membuat Agrena cemberut

" Bagus dong, kalau dah OP usus buntu gua bisa makan mi ayam seumur hidup" celetek Agrena

Hanna spontan menepuk pelan mulut Agrena.

" Ga baik ngomong gitu, orang mau sehat lu malah mau sakit" ujar Hanna

" Ayoo Hanna, gua janji cuma 1 mangkok aja"

Hanna tak bisa menolak permintaan sahabatnya satu ini.

Sesampai dikantin Agrena dan Hanna duduk dimeja yang biasanya mereka tempati, yaitu depan penjual Mi ayam.

"Han lo mau mi ayam ga?" Tanya Agrena

"Ga deh Ren, bakso kosong aja"

" Ih mana kenyang tau Hann" balas Agrena

" Gua udah makan tadi dirumah"

" Hih tumben, makan apa lu?" Tanya Agrena

" Makan Angin, dah buruan pesan Agrena cantik "

Agrena tersenyum lebar
" Duh tumben banget ya Hanna bilang diriku ini cantik unch, jadi terharu cup cup"

" Gua lempar nih sendok" celetuk Hanna yang membuat Agrena segera memesan Makanan.

Hanna yang duduk sendiri sambil memainkan sendok dak garfu dengan pelan.Tiba - tiba Datang seorang cowo duduk di hadapan Hanna.

"Hai, ketemu lagi" sapa nya

Hanna yang kaget dengan cowo di hadapannya ini hanya bisa menatap diam.

" Uy Dimas ngapain lu duduk sini" sahut Agrena yang baru sudah memesan tadi.

"Eh lu Ren, gapapa cuma mau duduk aja"

" oh ya, Hann. Ini Dimas teman di organisasi gua" ucap Agrena mengenalkan Dimas pada Hanna.

Hanna hanya mengangguk saja dan tersenyum.

"Neng, Pakai Ceker gaaa?" Teriak Mak Trik pada Agrena

" Hah. Ada ceker mang? Iyaa mangg 3 ceker nya yaaa!" Teriak Agrena

"asekk kebagiann ceker " ujar Agrena kegirangan.

Dimas dan Hanna melihat Agrena saat hanna mengalihkan pandanganya kedepan tak sengaja mereka berdua saling tatapan.

Hanna langsung mengalihkan tatapan dan gugup. Ia tak tau kenapa bisa seperti ini. Tak biasanya.

" Dim, Lu cuma duduk aja? Ga ada maksud lain gitu? Kayak minta nomor Si Hanna gitu?" Ucap Agrena dengan nada usil.

" Paan si lo Ren" celetuk Hanna

" Aduh dari tadi gua merhatiin kalian kali, yang satu natap mulu yang satunya gugup. Astaga ada apa di antara kalian berduaa"

Dimas tertawa sebentar
" Benar juga ya kata Lo Ren, Okaylah sekalian aja nih, mumpung ada didepan mata, Gua minta nomor Lo Han, Hanna" jelasnya.

" Ga ingat nomor hp gua" balas Hanna gugup tapi terlihat santai.

" Bawa Hp ga?"
" Ketinggalan"
"Yah,Bawa kertas ga? Biar gua catat nomor gua aja ntar lu save"
" Lagi ga bawa kertas" balas Hanna lagi

Dimas hanya menggigit lidah mendengar jawaban dari Hanna.

" Kalau gitu, gua boleh tau nama lengkap lu?" Tanya Dimas sekali lagi berharap Hanna tidak lupa juga akan hal ini.

" Hanna Arumi" ucap Hanna

Dimas tersenyum senang, karna dengan tau namanya ia bisa mencari Di sosial media nantinya.

Saat Dimas mau pamit, Hanna mengucapkan sebuah kalimat

" Maaf ya"

Dimas bingung dengan ucapan Hanna

" Buat apa?" Tanyanya bingung

" Gapapa" balas Hanna lagi

" Astaga kaku banget sih kalian berdua, haduhh haduh" celetuk Agrena

"Hahaha, yaudah deh Ren. Hann ,gua pamit dulu ya" ucap Dimas dan beranjak dari tempat itu.

" Makan noh bakso , ntar dingin" ucap Agrena

" Ha kapan nyampe nya?" Tanya Hanna

" Sekitar setengah abad yang lalu"

Hanna hanya menatap Agrena kesal.
Agrena hanya tertawa dan fokus lagi kepada mi ayam ceker nya ini.

Kenapa Hanna merasa aneh jika di hadapan Dimas? Ia merasa gugup, dan selalu tidak fokus. Ada apa dengan dirinya?

Dimas. Itulah yang ada difikiran Hanna saat ini.

______________Step By Step____________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang