The Paradise of the Exotic Biologist (NP)

Chapter 2

Tidak sabar menunggu serangan Mermaid yang transparan

Serigala Putih menghantui Sokeya sepanjang pagi sebelum dia menarik diri dari serangan dan tertidur di tempat tidur Sokeya. Sokeya dengan intim menyentuh bulu berminyak itu dua kali, lalu membenamkan kepalanya dalam mencium dahi Serigala Putih, dan kemudian perlahan bangkit dan turun dari tempat tidur.

Ketika dia bergerak, roh serigala yang tersisa di gua belakang berguling, bercampur dengan cairan erotis air pasang, mengalir di sepanjang pahanya. Bahkan, Sokeya juga menggantung banyak cairan keruh kering di perut bagian bawahnya. Tubuh putih jelas memiliki beberapa tanda yang dalam dan dangkal, yang dibuat oleh serigala putih pada saat kegembiraan. Sokeya tidak terburu-buru untuk berpakaian, membiarkan cairan ambigu mengalir ke lantai, dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Kemudian, mesin pembersih cerdas akan membersihkan tanah.

Air mani makhluk asing bisa disebut makanan untuk tubuh sokeya saat ini. Hal-hal panas itu naik di perutnya, yang bisa memberi Sokeya rasa nyaman karena pori-porinya terbuka dengan gembira di bawah sinar matahari.

Jadi setelah pagi yang penuh gairah, sarapan Sokeya hanya segelas susu. Setelah meminumnya, dia pergi ke laboratorium. Sokeya tidak menyerah dan terus mengubah struktur tubuh. Sekarang, ia telah mencapai sedikit keberhasilan.

Sokeya mau tidak mau meletakkan tangannya di perutnya dan tahu bahwa tubuhnya berangsur-angsur berubah. Sejujurnya, dia menantikan hari kesuksesan. Ketika dia bangun, dia menemukan pintu masuk di bawah.

Oh, dia tidak punya saudara laki-laki, tapi dia bisa memberi hewan peliharaan yang cantik itu giliran.

Sokeya telanjang dalam jubah eksperimental putih. Kain katun murni yang longgar diikat secara longgar oleh ikat pinggang panjang. Pergelangan tangan dan kakinya yang terbuat dari batu giok terlihat. Sepintas, sepertinya para dewa legendaris yang tidak memakan kembang api manusia. Tidak ada keraguan bahwa Sokeya adalah keindahan. Kulitnya putih dan tipis, yang sebanding dengan keramik terbaik, Kontur wajahnya dalam dan menawan. Pupil biru itu seperti kristal es yang terkondensasi di langit. Rambut perak panjang sehalus sutra tersampir di bahu, dan ekornya diikat dengan malas di pita biru.

Namun nyatanya, hanya berbagai harta di kediamannya yang tahu bagaimana pesta pora dan pesta pora jiwa yang tersembunyi di bawah kulit muda yang sedingin es dan bersih dengan rasa pantang – Sokeya tidak malu. Dia berpikir bahwa karena tubuh memiliki rasa haus yang tak terkendali, itu membuktikan bahwa dia memiliki kebutuhan yang sesuai, dengan kata lain, Dia tidak keberatan menggunakan penampilannya untuk menarik perhatian pria.

Sokeya senang bahwa penampilan indah manusia tampaknya memiliki daya tarik yang sama untuk makhluk yang berbeda. Setidaknya, hewan peliharaannya penuh dengan seks dengan diri mereka satu per satu.

Waktu pengembangan obat di laboratorium terasa cepat. Tanpa disadari, Sokeya terasa sedikit lapar. Dia berencana untuk merekam hasil eksperimen terakhir dan berakhir. Begitu dia mengambil penanya, Sokeya mendengar langkah kaki dari jauh dan dekat, semakin jelas di ruang kosong itu. Kemudian, sepertinya sepasang tangan menghentikan pinggangnya.

Alasan mengapa seperti itu adalah dari sudut pandang penglihatan manusia, pinggangnya kosong dan tidak ada apa-apanya. Sokeya masih berdiri di depan platform eksperimen sendirian. Sokia tersenyum dan bersandar ke belakang dengan sangat rileks, terlihat seperti sedang berada dalam pelukan seseorang. Hanya sokeya sampai sekarang, ada makhluk asing (Non Humanoid) yang tidak bisa dideteksi dengan mata telanjang. Tangannya - sebut saja tangan, berjalan di sepanjang lekuk pinggangnya dan segera menutupi dadanya.

Kain di dada Sokeya ditekan keluar dari bentuk payudara yang sedikit terangkat, dan lipatannya menunjukkan jejak yang mirip dengan lima jari manusia, menggeliat dan meremas cabul. Tubuh Sokeya melunak saat disentuh. Dia meletakkan tangan kirinya pada anggota tubuh biologis di dadanya. "Yah, sayang, belum, ini belum waktunya."