Plak.
"Kakak, jangan. Kasihan Bubu, nanti adik sakit." Cegah Haechan begitu Ten memukul lengan Taeyong. Baru juga bertemu, Ten tidak ragu untuk memukul orang yang sudah berteman dengannya selama bertahun-tahun.
"Hah?" kepala Ten langsung menunduk, beralih sedikit ke bawah di mana adiknya sudah menatapnya dengan mata yang berbinar.
"Kata Bubu ada adik buat Haechanie. Di sini." Sahut Haechan riang, menepuk-nepuk pelan perut Taeyong, yang kemudian baru Ten sadari bahwa perut pria itu sedikit lebih buncit dari sebelum mereka berpisah.
Bugh. Bugh. Bugh
"YAAA!!! TEN! KENAPA JAEHYUN DIPUKULI?" Ganti Taeyong yang berteriak histeris ketika tangan Ten mampir ke tubuh kekasihnya. Yang dipukul kemudian melirik sekilas sambil mengibaskan tangannya perlahan, memberi isyarat untuk membiarkan saja perlakuan Ten kepadanya.
"AKU MANA MUNGKIN MAU MUKULIN ORANG HAMIL, TAEYONG. PADAHAL AKU YAKIN INI SEMUA PASTI IDEMU. CEPET NGAKU!!" Ten balas berteriak, mengeluarkan seluruh kekesalan dengan tangannya tetap memukuli Jaehyun sepenuh hati, tidak peduli meskipun pria itu berukuran jauh lebih besar daripadanya. Yang jelas, dirinya ingin melampiaskan seluruh kekecewaan akibat ulah kedua pria bodoh itu. Juga tidak peduli jika mereka menjadi pusat orang-orang di sekitar mereka, melupakan fakta bahwa mereka masih berada di bandara yang ramai oleh orang-orang. Di sisi lain, Jaehyun menerima saja pukulan yang dilayangkan Ten, sadar diri bahwa memang semuanya adalah kesalahannya dan Taeyong.
"Kukira kan kamu jadi ambil course setahun. Makanya daripada rumahmu nganggur, mending disewakan. Benar kan? AWWW TEN." pukulan Ten beralih menjadi sentilan di dahi Taeyong.
"Perhatiin makanya kalau orang ngomong, Lee Taeyong."
"Kami butuh uang untuk biaya bayi kami, Ten." bantah Taeyong lagi, mencoba meminta sang sahabat untuk memahami posisinya.
"Udah berapa bulan?" Tanya Ten setelah menghela napasnya perlahan, diiringi hitungan dalam hati dari angka satu hingga sepuluh.
"22 minggu."
"Cari kerja, Jung Jaehyun." titah Ten tegas, kedua tangannya bersilang di depan dadanya, matanya memicing tajam ke arah pria yang menggaruk kepalanya canggung. "Bukannya jual rumah orang buat hal yang seharusnya jadi tanggung jawab kamu."
"Enggak dijual Tennie, cuma disewain aja kok. Kan daripada gak dipakai," ralat Taeyong cepat dengan nada yang terdengar begitu manis, berusaha agar emosi sahabatnya sedikit mereda.
"SAMA AJA" gertaknya geram hingga tangannya digenggam oleh tangan mungil adiknya. Ten menengok dan mendapati Haechan yang masih tersenyum lebar ke arahnya, bahagia karena akhirnya sang kakak pulang. Emosi Ten meluntur sedikit karena senyum lebar sosok mungil itu, juga pelukan di sekeliling kakinya.
"Kok masih marah?"
"Tentu aja masih. Emang kalian pikir aku bakal maafin kalian segampang itu?" Taeyong mengerucutkan bibirnya, menciut mendengar nada suara Ten yang masih penuh emosi. Membuatnya sedikit mempertanyakan keputusannya untuk menyewakan rumah Ten selama pria itu pergi. Mungkin Taeyong harus sedikit berbagi uang hasil sewa rumah itu.
"Nanti kalian bisa tinggal di tempat kami kok, kan tinggal bentar lagi." ujarnya memberikan penawaran pertama, karena kedua kakak beradik di hadapannya itu akan butuh tempat tinggal untuk sementara waktu.
"Excuse me? Rumah kalian kecil." Balas Ten pedas. Bukannya bagaimana, tapi Ten hanya merasa jika rumah yang dihuni Taeyong akan terasa sempit jika ditambah 2 penghuni baru, yaitu dirinya dan sang adik. Belum lagi barang-barang tugas kuliah Ten, yang tentu saja akan memerlukan satu ruangan tersendiri.
"Jahatnya."
"Lebih jahat mana sama orang yang ngejual rumah temennya?" Cubit Ten gemas, ganti menjadikan hidung Taeyong sebagai korbannya. Sebenernya pria mungil itu tidak tega mengatai Taeyong, tapi sepertinya pasangan di depannya itu memang minta sekali dikatai. Bagaimana mungkin mereka menyewakan rumah miliknya tanpa sepengetahuan si pemilik? Karena apa tadi katanya? Hamil? MEREKA AKAN MEMILIKI BAYI?
"Kita pulang dulu, pulang." Ajak Jaehyun cepat, memotong pembicaraan di dalam kepala Ten, buru-buru menggendong Haechan lalu menghentikan pertengkaran kedua orang di hadapannya. Mendesak keduanya pulang sebelum mereka semakin menjadi pusat perhatian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (un)Sweet Home
FanfictionKarena banyak kisah, yang berawal dari rumah a Johnten story Inspired by : Full House K-Drama