03.

339 43 3
                                    

"Bangun. Keluar dari rumah gue." Tangan Ten menarik sosok tinggi yang tertidur di sofa, tidak peduli jika yang dibangunkannya harus terduduk dengan kepala sedikit pusing karena gerakan yang tiba-tiba. Begitu tiba di rumah, Ten langsung masuk ke kamar dan menemukan seseorang tertidur di sofa, tidak mempedulikan Jaehyun ataupun Taeyong yang ikut berlari di belakangnya, mencoba mencegahnya.

"WHO ARE YOU?"

"Gue yang punya rumah. Dan gue mau lu keluar dari sini. Secepatnya."

"What?" tanyanya, masih bingung juga setengah pusing karena tiba-tiba dibangunkan dengan paksa. Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menemukan dua sosok yang tempo hari bertransaksi dengannya dalam urusan sewa-menyewa rumah. Juga ada satu sosok mungil lain, yang menatapnya dengan pandangan ingin tahu.

"KE.LU.AR!"

"Gue udah bayar sewa rumah ini buat setahun. Lu gak bisa seenaknya ngusir gue." Protes Johnny, tidak terima dirinya tiba-tiba ditarik keluar untuk meninggalkan tempatnya berada saat ini.

"Lee Taeyong..." Desis Ten, melirik pria di belakangnya yang menatapnya horor tapi masih sanggup menyunggingkan senyumnya, sepenuh hati berharap mampu melunakkan hati Ten.

"Kenapa kamu gak duduk dulu, Ten? Kamu pasti capek kan?" Paksa Taeyong begitu berdiri sejajar dengan Ten. Tangannya lalu meremat kaus yang digunakan Ten, meminta yang lebih muda untuk ikut duduk bersamanya. Setelah pertengkaran mereka di bandara dan disuguhi oleh keterdiaman Ten sepanjang perjalanan mereka hingga ke rumah, Taeyong dan Jaehyun kesulitan menghadapi amarah Ten yang kembali membara. Terutama setelah melihat sosok asing yang tertidur pulas di rumahnya. Padahal Jaehyun sudah menjelaskan secara ringkas kejadian yang terjadi selama Ten pergi.

"Lee Taeyong" Ulang Ten dengan nada yang masih sama mengancamnya. Berusaha tidak membuka mulutnya terlalu lebar supaya emosinya tidak ikut keluar.

"Lagian kan kalian bisa tinggal bareng di sini? Rumahnya kan dua lantai? Cuma tinggal sebentar lagi kan?" balas Taeyong, sama keras kepalanya. Ten heran mengapa dirinya bisa lupa bahwa sahabatnya itu bisa sama keras kepalanya.

"SEMBILAN BULAN LEE TAEYONG"

"Kakak, jangan marah." bujuk Haechan, menepuk-nepuk bagian tubuh kakaknya yang bisa dijangkaunya, masih tidak mengerti ada masalah apa di antara orang dewasa di sekitarnya. Ten menyunggingkan senyumnya sekilas demi menenangkan sang adik yang khawatir sebelum membawa mereka berdua duduk di ujung sofa yang berbeda dengan pria yang baru saja dibangunkannya dari tidur siangnya.

"Ini bukan rumah kalian?" Taeyong tersenyum canggung menanggapi pertanyaan pria tinggi di dekatnya yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, akhirnya bisa menarik kesimpulan apa yang terjadi. Meski mereka sudah sama-sama duduk, postur Johnny masih terlihat lebih besar darinya. Disentil sedikit saja, Taeyong pasti akan terpental ke belakang dengan mudahnya.

"Hehehe, bukan. Ini rumah temenku." jawab Taeyong, sedikit terlalu antusias, menunjuk ke arah Ten, yang masih saja menatapnya garang. "Dia namanya Chittaphon, tapi bisa dipanggil. Ten, ini Johnny. You know, yang artis itu."

"Gak peduli." sergah Ten galak saat melihat binar di mata bulat sahabatnya. Ten tidak peduli siapa yang menyewa rumahnya, yang dia pedulikan sekarang hanyalah bagaimana caranya menyeret pria berbadan tinggi besar itu keluar dari rumahnya. Juga tidak peduli jika dirinya tentu saja akan kalah dalam ukuran tubuh, jika harus melawan pria itu.

"Rumah ini punya temenku, tapi karena kemarin dia pergi agak lama, aku sewain aja rumahnya. Daripada nganggur dan gak kepakai. Ya kan?" Jelas Taeyong, yang langsung membuat Johnny memijit pelipisnya pelan dan mempertanyakan kenapa dirinya tidak mengecek latar belakang rumah yang akan dihuninya terlebih dahulu. Biasanya itu urusan sang manajer sih, salahnya sendiri sok ingin mengurus semuanya sendiri dan membiarkan manajernya tidak tahu apapun.

"Lu boleh pakai lantai dua rumah ini dan gue gak akan ganggu sama sekali. Uang sewa juga bakal dikembaliin separuh." Potong Ten cepat, mencoba menawarkan jalan tengah yang menurutnya cukup menguntungkan. Menguntungkan dari mana kalau semua uang sewa masuk ke rekening pasangan bodoh di sampingnya itu?

"Nope, gue nyewa rumah ini karna gue butuh privasi." Bantah Johnny sama cepatnya, tidak terima jika harus tinggal satu rumah dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Mengernyit tidak mengerti dengan keputusan cepat yang diambil pria di hadapannya. Sosok mungil dengan raut wajah galak yang sedari tadi memicingkan matanya tajam.

"Atau gue balikin semua duit lu, dikurangi masa lu udah pakai rumah ini, dan lu angkat kaki dari rumah ini." Ancam Ten, semakin tega memberikan ultimatum kepada pria di depannya, yang terpaksa memikirkan ulang kalimat pria itu daripada dia harus mencari tempat lain untuk bernaung. Sebenarnya Ten sama tidak terimanya untuk tinggal satu rumah dengan pria di hadapannya, tapi dirinya juga tidak tega jika harus meminta Taeyong untuk mengembalikan seluruh uang sewa yang sudah mereka terima.

"Okay, fine." putus Johnny, terpaksa menyetujui tawaran pria yang baru saja tiba dan ternyata merupakan pemilik rumah yang dihuninya. Johnny tidak punya cukup tenaga untuk mencari tempat tinggal lain untuknya pergi. Terutama karena pria itu merasa rumah ini terhitung cocok untuk tempatnya rehat sejenak, jauh dari hiruk pikuk keramaian pusat kota.

"Kalian balikin duit orang ini separuh." Tunjuk Ten ke arah wajah Taeyong, yang langsung berjingkat ke belakang, terkejut dengan ekspresi galak pria mungil itu, yang ternyata masih belum menurunkan emosinya. Membuat heran Taeyong dan Jaehyun, bagaimana pria itu bisa bertahan dalam kemarahannya bahkan setelah beberapa jam berlalu.

"Aaaaaa Tennie." Bibir Taeyong mengerucut, masih mencoba merayu temannya untuk membatalkan negoisasi yang akan merugikannya. Membuatnya kehilangan separuh uang yang diterimanya dengan mudah.

"Gak ada protes Taeyong, atau gue bakal makin marah."

"Iya iya, besok aku transfer balik ke dia. Tapi jangan marah lagi ke aku sama Jaehyunnie." rengek Taeyong yang disambut raut malas Ten, berusaha sebisa mungkin tidak terpengaruh wajah memelas temannya.

***

Btw, selamat hari selasa. Semoga chapter selanjutnya bisa rilis besok wkkwkwk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Home (un)Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang