LEGENDA CHU QIAO: AGEN PUTRI DIVISI 11 (END!)

BAB 103-104

Tuan muda berjubah emas mengangkat tirai dan duduk di tempat tidur besar. Bersandar ke belakang, dia melihat wanita yang masih berlutut di tanah. Dengan tenang, dia bertanya, "Masih belum datang?"

Wanita itu menurut dengan bersenandung, dan berjalan ke arah pria itu, menundukkan kepala dan berlutut. Dia mengulurkan tangannya yang indah dan meletakkan salah satu kaki pria itu di penyangga, melepas sepatu botnya dengan lembut.

Tiba-tiba, dengan bunyi gedebuk, tuannya menendang bahu wanita itu. Meskipun dia tidak menggunakan banyak kekuatan, dia berhasil menendang tangannya. Wanita itu membeku, gemetar. Dia berlutut di tanah, tidak berani melihat ke atas.

Tuannya duduk di tempat tidur dan menatap wanita itu, mengerutkan kening. Ekspresinya serius dan tampak membawa semburat kemarahan, semburat kekecewaan, dan bahkan isyarat kelegaan yang lebih tersirat. Tidak perlu melihat lagi. Pria itu mengangkat kepalanya perlahan dan menatap atap.

Dia sudah terlalu khawatir. Jika itu dia, bagaimana dia bisa ditangkap dengan mudah oleh orang lain? Bahkan jika dia terluka, dia akan melarikan diri. Bagaimana dia akan melayani orang lain dengan rasa hormat seperti itu?

Adapun pembunuh wanita tadi, suara terakhir itu, dan eksponen tangkas itu... Saat ini, dia delapan puluh persen yakin akan identitas orang itu!

Memikirkan hal ini, dia merasa frustrasi. Apakah hujan membuatnya menjadi bodoh? Meski begitu, dia tidak memerintahkan bawahannya yang cakap dan penjaga kediaman untuk menangkap si pembunuh. Untuk sesaat, dia tidak dapat memahami niatnya yang sebenarnya. Apakah dia takut mengundang lebih banyak masalah? Apakah karena dia masih 20 persen tidak yakin? Atau apakah dia tidak ingin dia ditangkap oleh orang lain?

Dia tidak berpikir lebih jauh. Dia berdiri dan mengambil langkah besar menuju kolam di belakang layar, menanggalkan pakaiannya dan melemparkan jubahnya ke tanah. Dia mengenakan jubah putih di bagian dalam, rambutnya tersebar di belakang punggungnya. Wajahnya putih, bibirnya merah, dan dia memberikan tampilan yang menawan, memancarkan aura yang tampan.

Bagaimanapun, itu hanya seorang wanita!

Dia berpikir, aku hanya ingin mendapatkan kembali apa yang menjadi milikku.

Di bawah lampu yang berkelap-kelip, sang master melepas jubah dalamnya, memperlihatkan bahu atletisnya. Dia berjalan menuju ruangan lain di belakang layar dan membuka pintu. Uap menyembur keluar dari ruangan lain, membuat suasana semakin akrab.

Kepala Chu Qiao menunduk, tidak berani menatap mata pria itu. Ya, wanita berjubah merah ini adalah Chu Qiao. Para penjaga dari kediaman baru saja berkumpul di luar ruangan. Dia sepenuhnya sadar bahwa dia tidak akan bisa keluar dari ruangan hidup-hidup bahkan jika dia memiliki senapan mesin ringan AK607.

Didorong keputusasaan, dia hanya bisa menyamar sebagai wanita yang awalnya berada di dalam ruangan dengan mengenakan pakaiannya. Dia menang dalam pertaruhannya, berhasil menipu Tian Chengshou. Selain itu, pria yang sangat terampil di depannya ternyata tidak tertarik padanya.

Chu Qiao tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri. Dia berharap pria yang berulang kali merusak rencananya tidak mengejar nafsu. Dia berharap dia akan diusir dari ruangan oleh pria itu setelah ceramah, sehingga dia bisa keluar secara terbuka.

"Kamu, datanglah." Tragedi melanda. Saat Chu Qiao menertawakan dirinya sendiri, sebuah suara rendah bergema dari ruangan lain. "Bantu aku menggosok punggungku."

Ekspresi Chu Qiao menjadi kompleks. Sambil mengerutkan kening, dia mempertimbangkan apakah akan menyelinap ke kamar dan menghabisinya dengan satu tusukan cepat. Namun, apa yang diucapkan pria itu setelah itu menenangkan sarafnya.

"Kamu bisa pergi setelah itu."

Semakin sedikit masalah, semakin baik. Chu Qiao dengan gembira berdiri dan berjalan ke ruangan dengan kerendahan hati dan keanggunan seorang budak.