THREE» Bad Thing, Thrilling

627 92 2
                                    

Strong doesn't mean the key to all victory ....

Strong doesn't mean the key to all victory

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Gulf menatap Mew yang tengah sibuk memilah beberapa senjata yang datang pagi ini di atas nakas, lamat. Kedua netra dengan hazel gelap itu terlihat menusuk bagai pedang siap perang.

“Berniat melubangi punggungku dengan tatapan mu, sayang?” Mew berbalik, balik menatap Gulf dengan punggung yang bersandar pada meja.

“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Gulf.

Menyembunyikan? Mew mengernyit tipis. “Bahkan semua hal-hal kecil dan tak berguna yang ku lakukan tak lepas dari sepengetahuan mu.”

Gulf berdecak cukup keras—benar juga tapi otaknya tetap saja masih belum puas dengan apa yang baru-baru ini terjadi. “Musuh baru misalnya? Atau kau terjebak dalam kesepakatan buruk?”

Well, Mew tahu ke mana arah pembicaraan ini akan berjalan.

Gulf melanjutkan, “penyerangan yang di alami Nut bukan semata-mata perbuatan orang iseng bukan?” Sudah sejak kemarin Gulf hampir gila memikirkan alur bagaimana bisa putra sulungnya itu mengalami penyerangan. Jika masalah ini belum juga jelas maka pikirannya akan merambat pada ketiga putranya yang lain.

Mereka bisa saja menjadi sasaran selanjutnya.

Mew mengulas senyum teduh, berjalan pelan sebelum mendudukkan diri tepat di sebelah si manis. “Akan segera jelas Gulf, Mean dan Mild masih mencoba mencari tau.” Berpikiran untuk mencurigai semua rekan kesepakatan juga hanya akan membuang-buang waktu. Hell! Rekan kesepakatan Suppasit Company itu tak bisa di hitung jari. “Jangan terlalu di pikirkan.”

“Kau seharusnya tak memberikan jabatan secepat ini pada putraku sialan!” Gulf memukul dada Mew main-main. Mew itu selalu bertindak semaunya.

Kekehan renyah menyeruak. Mew menangkup wajah tirus si manis kemudian mengecupnya singkat. “Dia bukan bayi kecilmu lagi sayang.”

Bahkan Gulf sendiri tahu betapa beda masa kecil Nut dengan anak-anak lainnya. Putra sulung Jongcheveevat itu sudah mampu membidik dengan senjata api di umur enam tahun. Namun Gulf selalu memperlakukan semua anak-anaknya bagai porselen yang rapuh.

“Lagipula kau juga tahu akan ku lakukan apapun demi keselamatan kalian semua.”

Entahlah, Gulf hanya belum siap jika nantinya ada yang mampu mengganggu ketenangan yang ada dalam keluarganya.

“Hubungi aku jika sudah tiba di bandara Florida,” ujar Gulf sembari menata pangkal dasi yang tergantung di leher Mew. Pandangan pria cantik itu sedikit meredup. “Jangan lupa, Mew!” tegas Gulf sekali lagi.

Mew tahu apa yang ada di dalam kepala pasang hidupnya itu. Tak mudah menjadi orang tua dari empat orang putra di dalam keadaan kehidupan seperti ini.

Sejatinya kehidupan normal itu sulit.

PSYCHOMAFIA [The Line Family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang