Oh my God!

13 3 0
                                    

Jika pada hari biasa Kirana tidak pernah kesal saat harus berangkat sendirian ke tempat janjian tanpa dijemput Axel, maka hari ini Kirana sangat kesal harus pergi sendirian. Kirana menginginkan hari ini Axel bisa bersikap manis padanya, tanpa perlu diminta,tanpa perlu dipancing dengan air mata.   Apa susahnya menjemput kekasih yang sedang berulang tahun? Kirana tidak henti-hentinya berkeluh kesah dalam hati bahkan saat sudah berada di depan pintu restoran yang tertutup rapat. Sejenak Kirana berhenti di depan restoran yang menurutnya malam ini sepi pengunjung. Seharusnya malam Minggu begini restoran itu sangat ramai pengunjung. Kirana tersenyum pada seorang karyawan restoran yang bertugas membukakan pintu. Sebelum masuk ke restoran, Kirana berusaha mengusir kekesalan hatinya dengan menarik napas dalam dan perlahan. Baiklah, Kirana cantik. Kamu harus selalu bersikap manis. Terima saja kalau pacarmu itu super sibuk menangani kasus-kasus kliennya. Kini giliran Kirana untuk mengatur postur tubuhnya. Tidak Iupa Kirana merapikan gaun berwarna merah muda yang mengembang hingga lutut yang terlihat sangat lembut dan manis karena berpadu dengan warna kulit cokelat teh susunya. Kamu cantik, Kirana. Dengan penuh percaya diri Kirana berjalan menuju pintu sambil menggenggam dompet putih mewah berlapis berliannya.

Selamat menikmati malam Anda." Seorang karyawan tersenyum lalu membukakan pintu untuk Kirana

"Terima kasih." Kirana masuk ke restoran. Seketika Kirana panik, lalu memekik. "Loh kok?!?!"

Ruangan restoran gelap gulita. Kirana merasa tidak ada randa-tanda kehidupan di sana. Untuk sesaat, Kirana terasa tersesat. Kirana berusaha membuka pintu untuk keluar lagi tetapi tidak bisa karena pintu sangat berat.

"Surprise!"

Spontan Kirana tersentak kaget saat lampu restoran dinyalakan disertai teriakan orang-orang yang kini berjajar dihadapannya memegangi balon-balon emas berbentuk huruf dan merangkai kata-kata 'Happy Birthday'.

"Happy Birthday, Kirana." ucap orang-orang serempak.

Kirana tidak bisa berkata-kata melihat orang-orang terdekatnya ada di hadapannya kini. Salah satunya ada Axel yang sangat spesial. Axel melangkah ke arah Kirana membawa buket bunga anyelir kesukaan Kirana. Lebih tepatnya bunga yang baru disukai Kirana sejak menjalin hubungan dengan Axel.

"Selamat ulang tahun, cantikku." Kirana melompat ke tubuh tegap Axel setelah mengambil buket bunga. "Ummm, aku nggak nyangka kamu kasih kejutan buat aku begini. Restoran ini kan mahal kalau kamu sewa." Sekejap Axel mendekap erat Kirana.

"Masa iya seorang Axel yang bisa memenangkan kasus sulit di pengadilan, tapi nggak bisa bikin kejutan buat kamu? Memenangkan hatimu saja aku sudah berhasil."

"Ih,Axel ih." Kirana melepas pelukan lalu menatap mata Axel, tidak peduli banyak orang lain di tempat itu. Kamu selalu memenangkan hatiku, Sayang."

Kejutan dari Axel malam ini membuat Kirana semakin yakin pikiran positifnya selama ini telah akurat. Lelaki memang sulit bersikap hangat ke perempuan setiap saat,tetapi bisa bersikap hangat di saat yang paling tepat.

***

Adegan favorit Kirana di balkon depan restoran adalah saat melihat detik-detik kepergian Axel setelah mengantarnya. Seperti malam ini, Kirana merasa bagai seorang putri yang melambaikan tangan dengan anggun ke arah pangeran bermobil. Meski hanya beberapa detik saja, Kirana merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saking senangnya,  Kirana sampai melonjak-lonjak kecil sebelum beranjak masuk ke kamarnya. Tiba-tiba saja lonjakan itu membuatnya merasakan ada sesuatu yang terasa di kakinya.

"Apa ini?" Kirana berjongkok untuk meneliti sebuah kotak persegi merah muda yang dihiasi sebuket mawar merah muda.  Kirana mengambil kotak itu lalu duduk di sofa. Ada kartu ucapan bertuliskan 'Selamat bertambah indah,Kirana' yang terselip di dalam buket. Axel? Sambil membuka kotak, pikiran  Kirana menebak. Eh, tunggu. Dari mana Axel tahu kalau aku juga menyukai mawar merah muda? Sebuah buku berjudul Cinta Itu, Kamu terbaring manis di dalam kotak. Ada selembar kertas merah muda yang langsung dibaca Kirana. Surat itu berisi tulisan tangan yang rapi dengan tinta basah berwarna hitam.

Semoga cinta selalu menghangatkan hatimu agar kamu selalu bisa menularkan kebahagiaan melalui tulisan. Siapa pun orang yang mengantarkan cinta itu, selalu hargai dan jangan pernah kamu sia-siakan.

Tak pemah padam.

                                                                                                                         Cerita Cintamu.

Perlahan jari-jari Kirana menyentuh sampul depan buku dengan kelembutan. Sejenak dia membayangkan wajah seseorang sedang disentuhnya meski dia sendiri tidak tahu siapa yang sedang ia bayangkan. Dia membiarkan hatinya yang merasakan ketulusan pemberian dari hadiah itu. Segera jari Kirana membuka halaman yang telah ditandai oleh kelopak mawar secara acak.

Bagiku kau adalah sebuah kejutan yang selalu menghadirkan getar baru ... kapan pun itu.

Kata-kata itu membuat hati Kirana menghangat. Kirana merasa pengirim buku itu yang mengatakan langsung kata kata itu ke telinganya, meski sebenarnya kata-kata itu milik pencipta buku itu.

Tiba-tiba mata Kirana membelalak. Dadanya terasa sesak. Merah muda yang mendominasi hadiah itu membuat kenangannya berdetak. Merah muda. Merah muda seperti cinta yang tak memaksa. Cinta yang ingin selalu memengaruhi rasa di dada tanpa pernah memaksa, perkataan Kirana terngiang dalam kenangan itu. Dahulu kata-kata itu pernah dia dengar dari seorang lelaki yang telah menciptakan warna merah muda di dadanya. Yesaya, kamukah yang menghadirkan warna-warna merah muda ini? Tapi, bagaimana bisa?

Yesaya, ya benar, nama lelaki dalam kenangan Kirana adalah Yesaya Daniswara Ajiwa. Lelaki beraroma hangat kekayuan dengan senyuman seindah lukisan mahakarya. Beruntung serangan mendadak kenangan itu segera terhenti karena ada pesan masuk yang menyalakan nada pada ponsel di saku blazernya. Kirana buru-buru memasukkan buku ke dalam kotak lalu membawanya beranjak ke kamar dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya membuka pesan.

From: Axel

Semoga kamu suka hadiah kecil dariku. Selamat malam, My Love Story, Na.

NB: JANGAN DIBALAS

Pesan itu menciptakan pikiran positif untuk Kirana. Aish,aku ini terlalu terbawa kenangan. Jelas-jelas hadiah ini dari Axel. Lihat saja kata-kata tanda pengirimnya sama-sama menggunakan 'cerita cinta' Kirana tidak pernah membalas pesan Axel jika pesan itu sudah disertai catatan begitu. Maklum, Axel hafal kelakuan Kirana yang membalas pesannya bisa sepanjang cerpen. Sesampainya di kamar, pandangan Kirana tertuju pada sebuah kunci berpita emas di ranjangnya. Ada sebuah buklet bergambar rumah. Mirip rumah kecil dan sederhana yang diinginkan Kirana selama ini. Kenangan tentang Yesaya yang memercik sedikit, akhirnya hilang berganti dengan kebahagiaan diri Kirana yang menyalakan nama Axel. Aih, Axel! Kamu paling pintar jika berurusan dengan kejutan, bahkan untuk menyusun sebuah hadiah menjadi lebih indah. Kata-kata yang kamu tandai di buku itu memang tepat,Axel. Kau adalah sebuah kejutan yang selalu menghadirkan getar baru.

~

Sudah lama sekali Yesaya tidak merasa sebahagia kali ini setelah berhasil melakukan sesuatu. Dua tahun belakangan Yesaya hanya merasa bahagia hanya dalam dunia pekerjaannya yang telah tercapai. Bukan merasa bahagia karena telah membuat perempuan yang dicintainya merasa bahagia. Tapi, malam ini Yesaya benar-benar mengerti apa artinya berbahagia. Bahagia adalah ketika kita berhasil membagi apa yang kita punya untuk membuat orang lain bahagia. Yesaya percaya siklus itu akan selalu berulang dalam hidup ini. Jika dia membuat orang lain bahagia, Yesaya juga percaya dia akan dibahagikan oleh orang lain.

***

Rintik Hujan Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang