Part 2 - A Man With Obedience.

26 6 0
                                    

New York, Amerika.
Thursday, 11 November 2011.
05.00 PM.

Seorang pria kecil menatap bayangan dirinya dibalik cermin. Mendekat, pria itu memastikan tidak ada sesuatu yang aneh di wajahnya. Sempurna, satu kata yang menggambarkan pria kecil bernama Gun Atthaphan itu.

Gun mengambil kunci mobil yang ada di nakas samping kaca lalu beranjak pergi ke pesta yang akan didatangi kedua orang tuanya.

Sesampainya Gun di tempat tersebut, Gun menatap dirinya sekali lagi di kaca sebelum akhirnya turun dari mobilnya. Semua mata tiba-tiba tertuju pada anak pejabat tersebut, menilai dari ujung kaki sampai pada helai terakhir lalu akhirnya memuja ketampanan tersebut dengan wajah kagum. Gun sudah terbiasa dibanjiri tatapan tersebut, bahkan dari sewaktu dia kecil sehingga Gun mengabaikannya.

"Oh, selamat sore Attha, tidak saya sangka anda akan datang. Dimana Tuan dan Nyonya Phunsawat?" Tanya pejabat ketua pelaksana pesta tersebut.

"Oh, selamat sore Tuan Opas-iamkajorn, orang tua saya akan segera datang nanti. Bagaimana kabar bapak?" Ucap Gun membuka basa-basi dengan lancar.

"Baik, tentu saja. Oh ya, kenalkan, ini Jane Ramida, anak bungsu saya. Ini Win Metawin, anak sulung saya." Ucap pejabat tersebut sambil merangkul anak sulungnya.

Kedua bersaudara tersebut mengulurkan tangannya dan dibalas salaman oleh Gun.

"Saya Gun Atthaphan, biasa dipanggil Attha." Ucap Gun memperkenalkan dirinya sendiri.

"Win Metawin, panggil saja Meta." Ucap Win.

"Saya Jane Ramida, anda boleh memanggil saya dengan panggilan Jane." Ucap Jane.

"Oh baik, senang bertemu dengan kalian, Win dan Jane." Ucap Gun sambil tersenyum formal.

Kedua orang tua Gun datang dan Tuan Opas-iamkajorn memberikan tanda untuk bergabung dengan mereka. Nyonya Phunsawat merangkul lengan Tuan Phunsawat lalu berjalan menghampiri Gun.

"Ah, Harris. Bagaimana? Apa Jane dan Gun sudah berkenalan?" Tanya Tuan Phunsawat.

"Sudah, mereka sudah kenal satu sama lain. Jane, Attha, ada baiknya kalian mengobrol satu sama lain agar lebih dekat. Papa dan Tuan Phunsawat ingin membicarakan soal bisnis. Win, bantu papa menyambut tamu lainnya." Ucap Tuan Opas-iamkajorn.

"Baik, pa." jawab Win.

Gun dan Jane lalu pergi ke tempat lain, tempat yang tidak terlalu ramai dan sesak seperti sebelumnya. Pilihan mereka jatuh pada balkon dekat ruangan acara.

"Jadi Tuan Attha, saya dengar anda adalah seorang anak pejabat yang perfect. Setelah saya melihat anda secara langsung, saya mungkin bisa membenarkan opini masyarakat." Ucap Jane berbasa-basi.

"Oh ya? Seberapa sempurna saya menurut Jane?" tanya Gun ikut masuk dalam percakapan berbasa-basi mereka.

"Dari 1/10 maka saya bisa memberikan nilai 100." Ucap Jane bercanda.

"Kalau begitu untuk Jane, dari 1/10 maka nilai Jane 101." Balas Gun lalu tersenyum manis.

Jane tertawa kecil mendengarnya.

"Tell me, saya penasaran dengan Attha, berikan saya satu kekurangan sederhana Attha. Saya penasaran melihat anda yang um.. perfect?"

"Little secret is a secret too, bagaimana saya memberitahu rahasia saya?" jawab Gun lalu terkekeh kecil.

Jane yang mendengarnya cemberut.

"Saya hanya ingin mengenal Attha dengan lebih baik. Teman?"

Gun tersenyum mendengarnya. Gun lalu mengulurkan tangannya yang dibalas tatapan heran dari Jane, tetapi Jane tetap memegang uluran tangan Gun.

INK ON PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang