1# Dream

1.1K 170 15
                                    

Ruang guru ramai seperti biasanya hari ini. Saat jam istirahat begini memang guru-guru banyak duduk di meja mereka masing-masing lalu saling bercengkrama satu sama lain. Namun, ada pemandangan yang sebenarnya sudah dianggap biasa oleh semua guru di sekolah ini. Apalagi jika bukan Lee Donghae, salah satu guru di sana harus berhadapan lagi dan berkali-kali dengan murid kesayangannya, Park Chanyeol.

"Ini sudah kali keberapa Park Chanyeol?"

"Lima kali dalam sebulan," jawab Chanyeol.

"Jika kau tahu kenapa masih kau ulangi!" Donghae kesal bukan main.

"Seonsaeng-nim, aku kan tidak bermain gitar di jam pelajaran, aku memainkannya saat istirahat." Chanyeol berdalih.

"Benar, tetapi anak kelas satu dilarang membawa gitar ke sekolah! Kalau kau mau bermain gitar tunggu saja setelah pulang sekolah. Atau bergabung dengan ekskul seni," jelas Donghae.

"Ekskul seninya membosankan, aku sudah bisa semua melodi yang dimainkan di sana. Nada yang dipakai semuanya nada dasar untuk pemula." Chanyeol kembali membantah.

"Aku sepertinya tidak punya pilihan lain. Aku akan menahan gitar ini sampai kau naik ke kelas dua!"

"Seonsaeng-nim, mana bisa begitu aku__"

"Atau kau minta ayahmu datang kemari untuk mengambilnya."

Chanyeol langsung tidak berkutik. Jika ayahnya sampai tahu ia membuat masalah di sekolah, ia bisa selesai. Jangankan bermain gitar, melihat gitar kesayangannya saja Chanyeol pasti sudah tidak bisa.

Dengan wajah sedih pemuda bertubuh jangkung itu keluar dari ruangan guru. Dari ujung lorong dua temannya langsung menghampiri Chanyeol.

"Bagaimana?"

"Lee Seonsaeng-nim menahan gitarku sampai kenaikan kelas," jawab Chanyeol tak bersemangat.

"Hah! Kukira gitarmu dihancurkan!"

"Kim Jongin, kau tidak tahu bagaimana kosongnya hidupku nanti!" Chanyeol mulai mendramatisir keadaan.

"Berlebihan seperti biasa ya. Ujian kenaikan kelas kan minggu depan. Kau hanya berpisah dengan gitarmu tak sampai dua minggu."

"Ya! Oh Sehun, memangnya kau bisa tidak minum bubble tea kesukaanmu itu selama dua minggu?!"

Sehun nampak berpikir sejenak. "Sulit, sulit sekali. Baiklah aku mengerti perasaanmu." Sehun kemudian menepuk pundak Chanyeol.

"Dasar aneh." Jongin kadang heran kenapa ia bisa bersahabat dengan dua orang ini.

Chanyeol, Sehun dan Jongin adalah teman sejak SMP. Ketiganya tinggal di daerah yang sama, lalu menjadi akrab. Saat hendak melanjutkan ke SMA, mereka bertiga memilih untuk masuk ke sekolah swasta yang seluruh siswanya adalah laki-laki. Lalu sekarang mereka sedang dalam persiapan ujian kenaikan kelas, yang artinya tiga pemuda itu sudah hampir satu tahun bersekolah di sini.

Kegalauan Chanyeol membuatnya harus membawa paksa dua temannya tadi ke tempat favorit mereka begitu pulang sekolah. Studio band milik ayah Chanyeol yang hampir setiap hari didatangi oleh tiga orang ini.

"Kenapa kita kemari? Kita harusnya belajar kan?" Jongin duduk di sofa.

"Mengincar apa? Sepuluh besar? Ada di dua puluh teratas saja sudah cukup." Chanyeol melempar tasnya lalu duduk di kursi belakang drum.

"Maaf ya, aku selalu mengamankan posisiku di sepuluh besar," jawab Sehun lalu mendekati gitar bas berwarna hitam mengkilap di hadapannya.

"Baiklah, dua puluh besar saja sudah cukup!" Jongin sudah berubah pikiran lalu mengambil gitar elektrik yang biasa ia mainkan.

PERFECT MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang