3# Solitude

469 137 3
                                    

Diam seribu bahasa, saat Chanyeol, Sehun dan Jongin dibawa oleh Jongdae ke rumahnya. Sebenarnya tak ada yang aneh dari suasana rumah Jongdae, tetapi saat mereka masuk barulah mereka mendapatkan jawaban dari alasan Jongdae yang harus bekerja.

"Kau tinggal sendirian?" Chanyeol baru menyadari jika rumah ini terlalu sepi.

"Masih ada ibuku, tetapi saat ini ibuku harus dirawat di rumah sakit jiwa." Jongdae benar-benar mulai terbuka.

"Rumah sakit jiwa? Memangnya apa yang terjadi?" Jongin langsung bertanya.

Sehun yang merasa pertanyaan Jongin terlalu personal memukul lengan sahabatnya itu. "Jika kau tidak berkenan menjawabnya, tak usah dijawab. Jongin memang kadang mulutnya tak tahu sopan santun," ucap Sehun kemudian.

"Tidak apa-apa. Aku memang berniat menceritakannya pada kalian." Jongdae masih bisa tersenyum.

"Kejadiannya belum lama. Saat aku baru saja lulus SMP. Ibu, ayah dan adikku pergi ke Seoul untuk membelikanku hadiah dan nanti akan memberikan kejutan. Karena aku berhasil lulus SMP kemudian aku juga diterima di salah satu SMA swasta yang bagus dengan beasiswa. Sayangnya dalam perjalanan pulang mobil mereka mengalami kecelakaan dan ayah serta adikku meninggal dalam kecelakaan tersebut."

Jongdae menunjukkan sebuah foto keluarga yang berisi empat orang. Mereka semua tampak bahagia dan tidak mengira jika kehidupan akan sedemikian punya rencana yang tak bisa mereka bayangkan sebelumnya.

"Ibuku selamat, tetapi ia jadi punya trauma. Ia terus berteriak saat mendengar suara klakson mobil. Ia juga mengatakan jika adikku masih hidup dan terus bersamanya sampai sekarang. Lalu bosku tadi, dia adalah rekan kerja ayahku dia yang membantuku mengurus semuanya dan memasukkan ibuku ke rumah sakit jiwa."

Ada kesedihan yang mendalam dari sorot mata Jongdae. Remaja pria ini terlihat biasa saja, tetapi Chanyeol tahu betapa kuatnya hati dan mental seorang Kim Jongdae. Belum cukup kehilangan ayahnya dan adiknya, sekarang Jongdae juga harus menanggung ibunya yang jadi punya penyakit kejiwaan.

"Inilah kenapa aku ambil pekerjaan meski aku masih belum cukup umur. Urusan rumah sakit, kebetulan ada uang kesejahteraan karena ayahku seorang pegawai pemerintah. Namun, aku juga tetap harus bekerja jika aku ingin hidupku tidak serba kekurangan. Yah kalian tahu kan, seusia kita ini masih suka bermain dan jajan," jelas Jongdae kemudian tersenyum.

"Kau keren Jongdae! Kau sudah mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhanmu, sedangkan aku hanya meminta dengan ayahku!" Chanyeol merangkul Jongdae agar temannya itu tak merasa begitu sedih.

"Di mata kalian mungkin aku keren. Di mata orang lain aku ini hanyalah anak dari seorang wanita yang dirawat di rumah sakit jiwa," ungkap Jongdae sendu.

"Ada yang mengejekmu begitu? Di sekolah kita? Coba katakan siapa orangnya?" Chanyeol menjadi yang paling ekspresif.

"Oee, hyung-nim. Memangnya mau kau apakan orang itu?" Sehun menirukan nada anggota-anggota preman pada Chanyeol.

"Aku ada saran, bagaimana jika kita ikat lalu kita celupkan kepalanya di toilet!" Jongin mengikuti logat Sehun.

"Ya! Ya! Ya! Kalian ini bicara seperti kita ini preman sekolah. Jadi Jongdae, siapa orangnya? Sebutkan nama saja?"

Jongdae malah tertawa melihat kelakuan tiga orang ini. Ia tahu ketiganya tidak serius dan mungkin mereka malah berusaha menghiburnya. Meski begitu, Jongdae senang karena untuk pertama kalinya ceritanya tidak mendapatkan respon positif malah ia merasa jika Chanyeol, Sehun dan Jongin sangat menerimanya.

"Jadi? Kalian masih mau menjadikanku anggota grup band kalian?" Jongdae bertanya, kali ini nada bicaranya cukup serius.

"Aku hanya tinggal dengan ayahku. Ibuku berselingkuh kemudian mereka bercerai dan sekarang ibuku sudah menikah lagi dengan selingkuhannya," ucap Chanyeol begitu saja.

PERFECT MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang