4# Percussion

546 143 7
                                    

Chanyeol meletakkan satu kotak susu pisang di meja Kyungsoo siang hari ini. Pria itu duduk di seberang meja Kyungsoo yang kebetulan sedang kosong.

"Untukmu," ucap Chanyeol sambil tersenyum.

"Aku bisa beli sendiri," jawab Kyungsoo.

"Aku tahu. Keluargamu bahkan bisa membeli rumah di seberang rumah kami, tetapi ini lebih mahal dari susu manapun di dunia karena aku memberikannya atas nama seorang teman." Chanyeol berceloteh panjang.

"Darimana kau tahu?"

"Jika kau penghuni rumah baru di seberang rumahku? Tentu saja aku tahu! Meski kau selalu berangkat sekolah pagi-pagi sekali." Chanyeol nampak bangga dengan dirinya sendiri.

"Kupikir tidak akan ada yang tahu." Kyungsoo bergumam sendiri.

"Tunggu, kau juga tahu jika aku tinggal di seberang rumahmu kan?"

"Kau sering bernyanyi di malam hari, dan terdengar sampai kamarku." Kyungsoo menjawab dengan dingin seperti biasa.

"Oh maaf. Mulai malam ini akan kukecilkan suaranya. Atau kau mau ikut bergabung?"

"Bergabung untuk?"

"Tentu saja bernyanyi bersama! Kau tidak bosan di dalam rumah terus, apalagi kulihat-lihat kau sendirian di rumah itu," ungkap Chanyeol.

"Aku tinggal dengan kakak laki-lakiku."

"Kau harus keluar sesekali, para tetangga di lingkungan kita itu ramah. Mereka tak masalah jika kita mau bernyanyi di malam hari, asal jangan berteriak saja."

"Aku tidak akan lama tinggal di sana," jawab Kyungsoo.

"Kau mau pindah lagi? Wah kau sekaya itu sampai membeli rumah seperti membeli air."

"Bukan urusanmu."

Kyungsoo tidak tahu kenapa ia jadi sering menanggapi Park Chanyeol. Padahal sejak pertama kali ia disapa oleh pemuda tinggi itu, Kyungsoo tak mau dekat-dekat lagi. Namun, sekarang Chanyeol malah jadi satu-satunya temannya saat jam istirahat.

Kyungsoo melirik Chanyeol yang tersenyum menatapnya. Sampai-sampai Kyungsoo ingin melihat wajahnya sendiri, mungkin ada sesuatu di wajahnya yang membuat Chanyeol jadi terus tersenyum menatapnya.

"Kenapa?" Kyungsoo tak tahan untuk bertanya.

"Aku sedang membayangkan kau berdiri panggung dan bernyanyi," ungkap Chanyeol.

"Aku tidak bisa bernyanyi."

"Kalau begitu buktikan. Jika kau memang tidak bisa bernyanyi," tantang Chanyeol.

"Sebenarnya ada apa denganmu?" Kyungsoo lama-lama jengah juga, sudah satu minggu ini Chanyeol memang terus berbicara tentang hal-hal berbau musik.

"Jadi begini, aku sedang membuat grup band. Aku butuh vokalis dan aku mau kau jadi vokalis di grup band kami," ungkap Chanyeol.

"Tahu darimana jika aku bisa bernyanyi?"

"Insting, dan jangan salah instingku ini tajam."

"Aku tidak tertarik, dan lebih baik kau berhenti menggangguku."

"Pikirkan saja dulu. Masa SMA itu terlalu singkat untuk kau lewati hanya duduk sendirian di kelas Doh Kyungsoo, jadi bergabunglah dengan kami dan buat masa-masa SMA mu itu penuh cerita." Chanyeol bangkit sambil tersenyum sekilas pada Kyungsoo sebelum pergi.

Kyungsoo memandangi punggung Chanyeol yang menjauh. Diraihnya satu kotak susu yang masih ada di mejanya. Ucapan Chanyeol barusan seperti menggema di seluruh kepala Kyungsoo. Menyedihkan rasanya karena ucapan Chanyeol memang benar, tak ada hal lain yang Kyungsoo lakukan semenjak datang ke sekolah ini. Ia hanya akan duduk di kelasnya tanpa beranjak sama sekali, kecuali jika ia harus pergi ke kamar kecil.

PERFECT MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang