6# Your Name

596 137 5
                                    

Woobin terbangun saat ia mendengar suara sibuk langkah kaki di kamar ini. Saat Woobin terbangun tubuhnya tertutup selimut, lalu Kyungsoo sudah tidak ada lagi di tempat tidurnya.

"Kau tidur nyenyak sekali hyung, lebih baik kau istirahat dulu jangan berlebihan bekerja," ungkap Kyungsoo yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Kau mau kemana?"

"Apa aku terlihat akan berangkat clubbing?"

"Ah, maksudku kau memangnya sudah sehat? Jangan memaksakan diri Kyungsoo." Woobin sepertinya belum sadar benar sekarang.

"Aku sudah sangat baik-baik saja. Tidak sesak, tidak sakit dan juga tidak merasakan apa-apa. Jadi aku tak punya alasan untuk tidak ke sekolah," jelas Kyungsoo yang sekarang membereskan buku-buku sekolahnya.

"Tapi wajahmu masih pucat, kita bisa check up dulu ke rumah sakit."

"Wajahku memang seperti ini hyung. Sudah jangan khawatir, aku sudah meminum obatku dan aku juga bawa di tas untuk jaga-jaga." Kyungsoo tersenyum.

Woobin tak lagi bicara saat adiknya itu terlihat begitu bersemangat. Woobin tak sampai hati seperti kedua orangtuanya yang terlalu menekan Kyungsoo. Saat Woobin bisa melihat senyum adiknya lagi setelah sekian lama, bagi Woobin itu sudah seperti berkah yang tak sangat ia syukuri.

"Baiklah, kau boleh ke sekolah. Tapi kali ini hyung yang akan mengantar lalu kita harus sarapan terlebih dahulu."

"Oke, tidak masalah." Kyungsoo sudah selesai memakai kaus kakinya.

Kedua kakak beradik tersebut turun dari lantai dua bersamaan. Sesampainya di dapur rupanya ibu mereka sudah memasakkan sarapan dan ayah mereka juga sudah duduk di meja makan.

"Kyungsoo? Kau sudah baik-baik saja?" Nyonya Doh langsung memeluk putranya itu.

"Aku baik-baik saja eomma," jawab Kyungsoo yang lebih tenang dari kemarin.

"Kau mau ke sekolah? Apa keadaanmu sudah baik-baik saja?"

"Kyungsoo akan baik-baik saja eomma. Sekarang ia harus sarapan sebelum terlambat," sahut Woobin.

"Baiklah, duduklah. Eomma yang buat sarapan pagi ini."

Pagi ini keluarga Doh benar-benar berkumpul untuk sarapan bersama. Kyungsoo sebenarnya menyukai momen seperti ini, apalagi jika keluarganya sama sekali tidak membicarakan penyakitnya atau membahas tentang berbagai macam pengobatan yang memuakkan sekali bagi Kyungsoo.

"Sudah selesai? Ayo pergi." Woobin memperhatikan piring adiknya sudah kosong.

"Oke! Eomma, appa aku pergi!" Kyungsoo terlihat ceria sekali, jauh berbeda dengan tadi malam.

Kyungsoo cepat-cepat memakai sepatunya lalu menyusul Woobin yang sudah lebih dulu keluar rumah. Kyungsoo duduk manis di kursi depan samping kemudi, ia memasang sabuk pengaman lalu tak banyak bergerak lagi setelah kakaknya membawa mobil tersebut pergi ke arah sekolahnya.

"Hyung, terima kasih untuk semalam," ungkap Kyungsoo di tengah perjalanan.

"Balas saja semuanya dengan tetap bersama hyung sampai waktu yang lama. Bisa kan?"

"Janji yang lain saja ada? Aku tidak mau mengecewakanmu."

"Tidak ada. Tidak ada yang hyung inginkan lebih dari itu," jawab Woobin.

"Baiklah. Aku akan berusaha kalau begitu."

"Nah itu baru namanya semangat." Woobin mengelus pelan kepala adiknya.

Kyungsoo tersenyum pada Woobin. Setelah apa yang terjadi semalam, ia tahu bahwa Woobin benar-benar menyayanginya. Selama ini Kyungsoo malah sering mengabaikan kakak kandungnya ini dan berlaku seenaknya, padahal Woobin selalu peduli padanya dan meletakkan Kyungsoo di atas segala-galanya.

PERFECT MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang