Mbak ndalem itu,mbak gede yang ikut khidmad di ndalem bu nyai untuk lebih mencari keridhoan dan dan keberkahan selama nyantri.
Meski tau itu tak mudah,khaira berharap lelahnya menjadi Lillah."Mbak is,niki kangkungnya dipetik semua?"
"Nggeh mbak,nanti dioseng sekalian yo gak papa."
Khaira mengangguk.Kembali memetik berunting-unting kangkung yang akan menjadi menu makan siang para santri.Setelah rampung sorogan 30 jus setahun yang lalu,khaira mengabdikan diri sepenuhnya untuk ndalem.Ia berharap,cara ini juga bisa memperlancar hafalannya agar bisa segera majlisan.Karena siapapun tau,menjaga hafalan itu lebih sulit dari setor sorogan sehari satu lembar.
"Mbak ra, dapet salam dari kang aqlan."
Bisikan mbak nadia yang baru masuk dapur dengan sekeranjang sayuran dijawab khaira dengan tersenyum tipis.Tidak boleh goyah,karena sudah ada hati yang harus ia jaga.Laki-laki santun yang diperkenalkan ustadznya setahun lalu.Laki-laki yang siap menunggunya selama 3tahun, yang hanya akan menanyakan kabar ketika dia pulang,atau mungkin sekedar basa-basi dengan pertanyaannya yang sopan.
"Mbak ra gak asyik ih.Pacarin aja mbak,ganteng lho dia.Itung-itung penyemangat."
Mbak nadia kembali dengan topik yang sama setelah meletakkan keranjang sayurnya."Ya udah buat mbak nadia aja."
Jawab khaira cuek."Nak bukan sepupu udah tak embat.Biar ndak eneg aku diteror dia terus.Ayolah mbak,apa sih yang kurang dari dia?Dia udah jadi sopir kesayangan kyai lho.Opo langsung mau dilamar aja?"
"Opo seh mbak,target nikah masih 2tahun lagi.Mau nglanyahke qur'an dulu trus majlisan.Ndak mau mikir pacar-pacar."
Nadia memasukkan irisan kangkung di wajan setelah bumbu yang ditumis khaira menguning.
"Udah ada calon to sampean?"
Khaira melirik nadia dengan senyuman sok misterius."Mbak ra! Kasih tau cepet.Awas yo,ngapusi dosa lho."
Dengan santainya khaira malah berjalan menjauh."Icipin ya mbak,nak kurang asin tambahi garame dikit mawon.aku meh goreng tempe dulu."
"Mbak Ra! Awas ya,tak pecat jadi sepupuku lho kamu."
__
"Ya Allah,kang aqlan suamiable banget."
Meskipun hanya bisik-bisik,aqlan masih jelas mendengar suara itu.Melirik sekilas dua santriwati yang sedang gotongan untuk membuang sampah di tegalan.Karena bisikan versi mbak pondok itu sebenernya mau ngomong terang-terangan tapi terhalang gengsi dicuekin.Jadi sok-sokan ngobrol dengan temannya biar kalo dianggurin gak malu-maluin.
Sudah bukan hal baru aqlan menjadi perbincangan santri putri.Dan mungkin hanya khaira satu-satunya santriwati yang ia tau tak salah tingkah saat kebetulan bersimpangan,bahkan tak pernah meliriknya saat mereka kebetulan ada didapur bersamaan.Rasa penasaran yang akhirnya tumbuh menjadi kekaguman.Karena bukan hanya padanya,khaira juga melakukan hal yang sama untuk semua santri putra yang bertemu dengannya.
"Lan,timbali abah didapur."
Ucap diki yang baru keluar dari ndalem.Diam-diam aqlan menarik sudut bibirnya.Entah sejak kapan,dapur telah menjadi tempat favoritenya.Tempat yang telah mempertemukannya dengan perempuan berlesung pipit dengan senyuman yang menawan.
"Dalem,abah."
Aqlan membungkuk dibelakang kyai Mahsun yang sedang memilah-milah daging sapi dari dalam kulkas."Mobile cucinen sek ya,nko sowan ndaleme mbah kyai Lirboyo ben resik,"
"Inggih abah."
"Sek iki tulong kon masakke mbak ndalem dikecap ya.Ndak usah di micin."
Aqlan menerima uluran sebaskom daging sapi beku itu."Inggih abah."
Menunggu abah mencuci tangan dan kembali ke ndalem,kemudian aqlan beranjak mencari seseorang yang kemungkinan bisa dipasrahinya."Mbak aira."
Pemilik nama dengan jilbab navy itu menoleh."Dalem,pripun kang?"
Jawabnya tanpa ekspresi meski aqlan sudah mati-matian menjaga sikap coolnya."Diutus abah masak niki.Dikecap mawon tanpa micin."
"Nggeh,matursuwun."
Khaira menerima uluran baskom putih bermotif bunga."Nak berat tak bawain aja mbak,mau ditaruh mana?"
"Hayoo! Mas aqlan caper sama mbak khaira.Tak maturke Umi lhoo."
Belum sempat khaira menjawab,aqlan benar-benar dibuat kesal dengan sepupunya yang cerewet dan selalu ikut campur urusannya itu."Opo sih mbak nad...Taruh mriku mawon kang,matursuwun."
Aqlan hanya menanggapi dengan anggukan dan segera berlalu.Ia tak ingin merusak imagenya didepan khaira hanya untuk menanggapi ocehan sepupunya.
Dasar nadia si penghancur moment.__

KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Jodoh
Acak3tahun Faaz bersedia. Menunggu Khaira khatam Alqu'an untuk kemudian menghalalkannya.Tapi apakah Faaz tetap pada penantiannya ketika bunyai belum ridho atas Khaira? Haruskah Khaira bertahan atau melepaskan ketika dia disuguhkan atas sebuah pilihan?