2. Little Friend.

213 46 16
                                    

Aku hanya bisa mengerutkan kening ku, ingin menanyakan hal itu tap Naren sudah melemparkan pertanyaan kepada mereka.

"Halo, apakah kami boleh menumpang di mobilmu? Aku ingin ke suatu tempat di pulau sana, berlibur."

Buru-buru aku mengalihkan atensi ku kepada mereka dan menanyakan ulang, "halo, apakah kami boleh menumpang di mobilmu? Kami ingin ke suatu tempat di pulau sana, berlibur."

Terlihat mereka berdua mengerutkan kening, kecuali si pengemudi.

"Ah, boleh-boleh. Kami sebenarnya juga ingin ke sana, ayo!"











"Hei, kenapa sedari tadi kau diam saja. Namamu siapa? Ayo berkenalan! Aku Haechan."

Ah, laki-laki itu, sangat mirip dengan Naren. Cerewet.

"Aku Renjun."

Segera aku membalas jabatan tangan mereka, "aku Jaemin."

"Jeno!" Rupanya laki-laki itu bernama Jeno, yang terus saja memandangi Naren tadi. Ada apa, ya?

"Ya! Salam kenal semua!"


















"Kita sudah sampai," ucap Jeno setelah memarkirkan mobilnya di sebuah hotel yang sedikit ramai.

"Wow, aku kira akan seperti di cerita misteri. Hotel kosong dan sepi, hanya resepsionis saja." Renjun seketika memukul kepala Haechan saat mendengarkan pujian laki-laki itu.

Aku tertawa canggung melihat pertengkaran mereka, "sudah hentikan. Ayo kita masuk dan pesan hotel!" ajak ku kepada mereka.











Aku mendapatkan kamar nomor 12, satu kamar dengan Jeno. Sedangkan Renjun dan Haechan ada di depan kamar kami, nomor 22.

Saat ini aku membereskan baju-baju ku di lemari, entah kemana perginya Naren. Setelah kami sampai di hotel, dia tak berada di sampingku.

"Jaemin," panggil Jeno.

Aku menoleh dan mengangkat kedua alis ku, "kenapa?"

Cukup lama anak itu diam, ku lanjutkan kegiatan yang sempat ku tunda. Terdengar helaan napas panjang dari Jeno, kenapa anak itu.

"Aku ingin bertanya sesuatu tentang mu."

"Apa?" tanyaku tanpa menoleh kearahnya.

"Nanti saja. Ayo pergi ke taman, dengar-dengar di belakang hotel ini ada taman."

"Hm, sebentar."

"Baiklah, aku duluan. Sampai jumpa di sana, Jaemin!"






Setelah menyelesaikan pekerjaan ku, buru-buru aku menghampiri Jeno di taman belakang.

Aku melihat dia sedang duduk termenung di sana, menatap lurus ke depan. Dan... Aku melihat Naren di sana, di belakang kursi – ralat, di belakang Jeno.

Tunggu, untuk apa anak itu di sana? Bahkan sedari tadi aku tak melihat anak itu di sampingku. Dan lihatlah, tatapan Naren seperti... Sedih?

"Jeno!" seru ku. Aku duduk di samping Jeno, melihat indahnya rumput-rumput yang ada di taman, seperti dirawat dengan baik.

"Jaemin, aku ingin bertanya padamu."

Aku menoleh menatap Jeno, "apa?"

"Pernahkah kau merindukan seseorang?" Aku mengerutkan kening sebagai responnya.

"Seperti... Rindu seorang teman?" Aku tertegun dengan pertanyaan itu.

Aku menunduk, bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan itu? Sedangkan teman ku sedari kecil hanyalah Naren.

"Jaemin," panggil nya.

"Hm?"

"Bolehkah aku bercerita?"

"Tentu."

"Sejak kecil, aku mempunyai teman. Dia selalu saja menolong seseorang tanpa balasan bak seorang pahlawan, selalu memprioritaskan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Dia adalah perorang baik yang mengerikan."

"Saking baiknya aku sampai bertanya-tanya, 'apa yang dia mau dari ku?' tapi aku kenal dia sudah lama, dan selama itu baiknya dia adalah karena dia benar-benar orang baik."

"Meskipun hari ini aku sadar bahwa aku benar-benar tidak ingin dirinya menjadi pahlawan, aku hanya ingin dia hidup."

"Dia..." Ucapan Jeno menggantung dan dia langsung memeluk ku, menangis dan meraung di dalam dekapan ku.

Aku mengelus punggung nya, saat aku menoleh ke arah samping Naren tidak ada disekitar sini. Padahal aku yakin, saat Jeno bercerita, anak itu memperhatikan dirinya.

Dan, tanpa Jeno sadar, aku tahu bahwa tadi ia melihat Naren. Aku juga tahu bahwa di sana, aku melihat Haechan.

[ UNEXPECTED SECRET ]

UNEXPECTED SECRET | 00L DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang