000

25 4 1
                                    

Datang dengan seeorang anak kecil lagi, kali ini anak perempuan dengan baju kumal rambut kuncir dua, yang telah ia periksa keadaan fisiknya. Setelahnya ia memandikan perempuan kecil itu, mengeringkan rambutnya, mendandaninya bak anak sendiri. Keluar kembali dengan keadaan baju bersih dan rambut rapih dikuncir dua, bersama dengan senyum kecil yang terlihat menemani.

"Aku harus ke mana?"

Pria dengan jas dokter itu hanya menunjuk ke arah koridor barat yang gelap sarat penerangan, si gadis kecil mengangguk mengerti menanggapi perintah. Gadis kecil itu berjalan menuju koridor gelap tanpa rasa takut, perlahan menghilang dilahap kegelapan.

Pria itu berbalik untuk kembali melanjutkan tugasnya, namun di depannya berdiri bocah kesayangannya yang membuat dirinya berhenti. Koridor rumah sakit dengan lampu remang-remang berubah perlahan warnanya. Bersamaan dengan bocah laki-laki yang memeluk dirinya, keadaan rumah sakit berubah menjadi tua berjamur ditumbuhi tanaman rambat.

Dirinya tersenyum mengangkat bocah laki-laki tersebut dan menggendongnya, tak memperdulikan seekor kelabang besar mulai naik ke arah kaki bagian atas berjalan melintang memutari kaki sang dokter.

Bocah laki-laki itu mengencangkan pegangan di kerah baju sang dokter, tersenyum lembut mengulurkan tangannya ke saku jas laboratorium sang dokter. Mengeluarkan lava menggeliat milik lalat sebesar telapak tangan bocah tersebut, menunjukkan dengan bangga di depan wajah sang dokter.

"Lihat... bukankah lucu?"

"Ya, mereka menggeliat lucu di atas tangan kecilmu."

Kakinya terus melangkah tanpa henti walau berbagai serangga mulai merangkak naik dan masuk lewat celana dan sepatu, pria itu mengelus kepala bocah yang berada di dalam gendongannya. Mengusap air mata darah yang mulai keluar perlahan dari soket mata yang kosong, dokter itu mengambil sapu tangannya di saku celana. Mengelap air mata itu secara perlahan.

"Kamu lagi-lagi melepaskan mata kananmu, kamu taruh dimana?"

"Dikamar... aku tidak menyukainya, Yah. Benda itu mulai berair, lengket dan bau!"

Sampai di depan kamar khusus anak kecil No. 3, pria itu membuka pintu kamar yang digenangi air hitam meluber membanjiri koridor. Mendekati tempat tidur yang masih bersih, sang dokter duduk di kasur tersebut tidur bersebelahan dengan anak angkatnya.

"Aku akan menemani Arle tidur malam ini."

Anak laki-laki tertawa kecil, "Ayah akan menemani Arle selamanya."

Kelabang besar melilit tubuh sang dokter yang telah terpejam, sinar rembulan yang masuk dari arah jendela kamar rumah sakit hanya menerangi bangsal dengan tengkorak anak laki-laki dan seorang dokter yang sudah lama mati.

LUNARIA LEAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang