Berusaha berlari dengan kaki kecilnya mencari tempat persembunyian, masuk kedalam halaman luas yang tinggi ilalang. Tersandung batu membuat dirinya terjatuh hingga tersungkur, tetap mencoba bangkit walau rasa sakit menyertai. Bersembunyi di balik tiang tinggi penyangga bangunan, membuat tubuh kecilnya tertutup sempurna. Melihat luka di tubuhnya yang merah dan sedikit berdarah akibat terjatuh, ia hanya mengelapnya dengan baju yang sudah kotor.
Melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada satupun temannya yang mengikuti, tidak ada tanda-tanda kehadiran apapun dari sekitarnya, ia tersenyum puas. Ia pun bersandar ke tembok untuk beristirahat sejenak. Bermain petak umpat memang yang paling melelahkan namun menyenangkan. Melihat sekitarnya sekali lagi dengan seksama, ia baru sadar bahwa tempat ia bersembunyi merupakan sebuah halaman gedung tua. Berada dekat dengan pintu masuk gedung, pintu kaca yang sudah macet itu terbuka seakan mempersilahkan siapapun masuk.
Ia sedikit penasaran dengan tempat ini. Setiap kali ia sedang bermain dengan teman-temannya di dekat taman, gedung ini terlihat menonjol walau sudah tua dan ditumbuhi tumbuhan. Memberanikan diri karena rasa penasaran, Ia pun bangkit mencoba mengintip dari pintu masuk ke dalam gedung. Banyak bangku-bangku tunggu yang sudah berkarat, meja besar tinggi yang jauh berada di depannya terlihat tua. Walau sinar matahari menyengat menyinari jalanan, ruangan di depannya terlihat suram dan gelap tanpa ada cahaya yang masuk satupun.
Mundur sesaat dari pintu masuk di depannya, ia berkaca pinggang dengan rasa kecewa. Bau apek gedung di depannya seperti baju basah yang berjamur lupa dijemur oleh Ibunya. Ia pun berbalik menuju gerbang keluar gedung tua tersebut, mencari tempat persembunyian yang lebih baik dan layak. Mengintip-intip kecil ke jalanan besar, ia segera berlari menuju taman tempat biasanya mereka berkumpul dan bersembunyi di semak-semak.
Waktu berjalan beriringan dengan matahari yang turun ke arah barat, langgit menjadi kemerahan dan permainan selesai. Ia ikut berkumpul dengan teman-temannya di taman sambil beristirahat. Teringat wajah Ibunya yang memasang muka marah menunggu di depan rumah, dengan sigap ia berdiri meminta izin pulang lebih cepat. Ia pun Melambaikan tangan kepada teman-temannya yang masih tertawa melingkar di tengah-tengah taman. Dikata tidak beruntung, Ia malah berpapasan dengan sang Ibu dari arah jalan menuju ke taman.
"Sudah sore, kamu kemana saja? Ibu kan sudah bilang untuk tidak main jauh-jauh!"
Gelagapan takut kena amarah sang Ibu, ia berdalih, "A-aku hanya bermain dengan teman-teman di taman, kami hanya main petak umpet Bu! Tidak jauh-jauh."
Sang Ibu memasang wajah bingung dan khawatir, terlihat dari kedua alisnya yang sedikit mengkerut. Menarik tangan anakknya, Ia mulai berjalan menjauh sambil terus berucap. "Kamu bilang apa? Anak tetangga sebelah rumah kita kan belum lama ini pindah, teman depan rumahmu juga sedang pergi ke rumah neneknya sekeluarga. Kamu ngada-ngada saja! Sudalah kita pulang!"
Sang Ibu menatapnya sekali lagi sambil mengingatkan, "Pokoknya kamu jangan sampai main jauh-jauh lagi! Apa lagi dekat-dekat dengan gedung tua sebelah taman itu. Awas saja kalau sampai Ibu tau! Kamu enggak bakal Ibu kasih izin main lagi!"
Melihat wajah mengancam sang Ibu, Ia hanya bisa mengangguk cepat demi mencari aman. Aneh, pikir dirinya sambil menatap sosok sang Ibu. Ibunya ini terlalu khawatir berlebihan, padahal tadi ia bermain dengan teman-temannya seperti biasa. Anak perempuan kuncir dua tetangga sebelahnya juga ada, anak laki-laki tetangga depannya juga ikut main. Walaupun biasanya Ia main bertiga, tadi dirinya menambah satu teman baru. Anak laki-laki yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, memang hari ini teman-temannya terlihat agak sedikit pucat. Tapi, permainan petak umpat tadi siang sangat menyenangkan.
Ia melirik gedung tua itu sebelum berbelok masuk kedalam gang rumahnya, tidak ada sesuatu yang aneh ataupun janggal. Ia kembali menatap jalan pulang bersama Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARIA LEAF
HorrorSelamanya bersama, dingin dan gelap. Hanya kehangatan tipis dari rembulan. Trigger Warning: Disturbing