Cuma mau share hasil comish dari Nyonya_24karat dengan beberapa edit ringan. Semoga bisa bantu balikin ide XD
"Tidak semua Iblis itu buruk, Jiang Wanyin."
Adalah kata terakhir dari Wei Wuxian sebelum seekor Iblis datang mengacau khayangan, merenggut malaikat berpita rambut merah itu darinya. Namanya akan terukir dalam sejarah sebagai Malaikat Pengasingan.Iblis adalah klan yang suka membuat onar, membawa petaka, juga menggoda manusia untuk berbuat kerusakan. Bagaimana bisa ia mengatakan bahwa Iblis itu tidak buruk? Atas dasar itu Jiang Wanyin memutuskan untuk turun ke bumi mencari Wei Wuxian serta mencari jawaban atas pertanyaannya.
Dunia fana adalah tempat di mana manusia tinggal. Manusia adalah makhluk yang diciptakan sebagai tiruan malaikat untuk menjaga bumi. Namun, pada penciptaannya, iblis ikut campur tangan dan jadilah mereka sebagai makhluk yang memiliki dua sisi.
Di perjalanannya Jiang Wanyin menemui manusia yang tengah dimabuk hawa nafsu dunia. Ada yang mencuri, ada yang menjajakan tubuhnya, tetapi ada juga yang berbaik hati memberi makan anjing di malam hari.
Di saat itulah ia bertemu dengan Lan Xichen.
Lan Xichen tak seperti iblis pada umumnya. Ia mengenakan baju serba putih, wajah tampan dan bersih, serta senyum ramah yang meradiasi seperti mentari pagi. Tanda awan di dahi memberitahu bahwa ia adalah salah satu klan iblis terkuat, Klan Iblis Lan.Bertolak belakang dengan Jiang Wanyin yang seharusnya identik dengan kebaikan dan kesucian, Ia mengenakan pakaian yang didominasi warna ungu - hitam, alis yang terajut erat, dan ekspresi seperti gunung berapi yang siap meletus.
Bercokol di ujung tebing sambil memainkan seruling xiao, Lan Xichen tersenyum pada Jiang Wanyin. Melompat menghampirinya. Ia terlihat sangat indah, sempurna, menawan dan mampu membuat malaikat seteguh Jiang Wanyin terpesona."Selamat malam, tuan Malaikat," sapa Lan Xichen.
"Apa yang kau inginkan?"
Mata yang sewarna batu amber tua itu membeliak, lalu berganti dengan dengkus geli. Lan Xichen menutup mulut dengan ujung jubah sedangkan matanya menyipit. Ia menggeleng pelan pada Jiang Wanyin yang masih waspada bak mangsa yang bertemu bahaya.
"Tuan Malaikat. Apa kau pikir semua Iblis datang untuk membuat kekacauan. Maka sudah pasti seisi bumi telah rata dengan tanah."
"Memang benar, kalian cuma tahu bagaimana merusak! Seperti yang kalian lakukan pada kakakku! Aku kemari untuk membawanya pulang!" Jiang Wanyin bersiap menyerang, memasang kuda-kuda, meremat kuat hulu pedang Sandhu miliknya.
"Oh, jadi kau adalah saudara Wei Gongzi. Apakah ini kebetulan atau memang takdir? Aku Lan Xichen. Aku adalah kakak dari Lan Wangji. Malaikat yang membawa pergi kakakmu."
Jiang Wanyin makin geram mendengar perkenalan dirinya. Ia menghunus pedang, mengacungkan ujungnya ke arah Lan Xichen.
"Tenanglah, Tuan Malaikat. Aku tak akan menyakiti siapapun." Lan Xichen menurunkan ujung Sandhu.
"Kenapa mereka melakukan itu? Kenapa kalian menyesatkannya?"
Lan Xichen tersenyum lembut padanya sebelum menurunkan ujung Sanshu yang mengacung, menghalangi pandangan.
"Menyesatkan sepertinya terlalu kejam, Tuan Malaikat. Kau salah paham. Pada dasarnya semua makhluk di dunia ini memiliki kesamaan. Keinginan untuk bertahan hidup, keinginan untuk berkembang biak, dan keinginan untuk dicintai."
Jiang Wanyin membelalak saat mendengar penjelasan Iblis itu. Cinta? Iblis juga bisa mencintai? Iblis juga bisa membutuhkan kasih sayang? Tanpa sadar bibirnya membuka dan ia bertanya dalam ragu,
"Cinta?"
Senyum bulan sabit Lan Xichen masih belum turun, menatap ke dalam mata warna amethyst gelap sang malaikat. Ia mencoba mendekat. Jiang Wanyin terkejut dengan gerakannya lalu kembali mengacungkan pedang.
"Jangan mendekat!"
Langkah Lan Xichen terhenti. Ia memusatkan energi di ujung tangan, menjepit ujung pedang memutar, dan dengan gerakan lincah berhasil melucuti senjata Jiang Wanyin. Ia mengambil Sandhu, memutarnya seperti baling-baling kertas sedang Jiang Wanyin masih beruaha mencerna situasi.
Lan Xichen meraih pinggang Jiang Wanyin. Dalam satu tarikan napas, membawanya terbang melayang-layang di udara di bawah rembulan purnama raksasa. Mereka mengawang di atas pemukiman yang sempat dilewati Jiang Wanyin, di mana ia bertemu seorang lelaki tua yang mencuri makanan, perempuan yang menari di depan para lelaki hidung belang, dan satu lelaki tambun yang memberi makan anjing.
Lelaki tua yang mencuri makan itu pulang ke gubuk reyot mereka, di mana istri dan putranya menanti dalam lapar.
Penari perempuan yang senonoh itu pun pulang setelah malam menua, Ia melihat seorang bocah pengemis. Karena kasihan ia kembali ke rumah bordil, mengambil beberapa makanan dan memberikannya pada anak tersebut.
Sedangkan lelaki tambun yang memberi makan anjing liar itu ternyata telah melumuri makanannya dengan racun. Begitu anjing itu lemas, ia segera membawanya untuk dicampur ke dalam isian daging menu restorannya."Kau lihat itu, Tuan Malaikat? Apakah kami mencoba membuat kekacauan?" tanya Lan Xichen.
Jiang Wanyin terdiam, kedua sudut alisnya terangkat, ia ragu, ia tak mengerti apapun tentang dunia fana. Baik dan buruk telah tertulis di catatan langit, tetapi apa yang baru saja ia saksikan membuatnya bimbang dan tak mampu memberikan penilaian.
"Dalam penciptaannya, manusia memiliki dua sifat dan karenanya mereka menjadi makhluk yang tak dapat ditebak. Ia bisa lebih baik dari malaikat atau bahkan lebih buruk dari iblis karena dua sifat tersebut. Biarkan mereka melakukan hal yang mereka dapat lakukan. Di dunia ini tidak ada kebenaran dan kesalahan yang mutlak. Semua abu-abu." Lan Xichen menjelaskan, masih mendekap Jiang Wanyin dalam gendongan, melayang dengan kaki menapak lantai tak kasat mata di atas langit.
Jiang Wanyin bimbang. Apa benar memang seperti itu? Apa benar tak ada yang benar-benar hitam dan putih? Tak ada kebenaran sejati? Tak ada kesalahan yang mutlak? Tak ada Malaikat yang sempurna kesuciannya, tetapi ada Iblis yang mengatakan bahwa mereka mengenal cinta.
Lan Xichen membawa Jiang Wanyin ke kolam teratai favoritnya. Mengajaknya berdansa di atas danau warna hijau dipenuhi kunang-kunang dan semerbak bunga warna merah keunguan yang mekar. Jantung Malaikat itu berdegup kencang. Ini pertama kalinya ia berdansa, kakinya kikuk tak mampu meliuk seluwes sang iblis.
"Apa-apaan kau?!" pekik Jiang Wanyin, merasa dipermainkan. Lan Xichen masih saja membalasnya dengan senyuman lembut.
"Bukankah menyenangkan? Menikmati keindahan dunia fana tanpa memikirkan apapun. Hanya bersenang-senang saja tanpa menyakiti ataupun disakiti. Itulah hakikat Iblis, Tuan Malaikat. Hidup sebebasnya sesuai keinginan mereka."
Lan Xichen mengambil pinggang Jiang Wanyin, memutas tubuh mereka, dan air di atas danau beriak pelan.
Jiang Wanyin tak mengerti. Tubuhnya pasrah dibawa kemanapun oleh sang iblis. Memorinya tentang kahyangan perlahan memudar. Hal yang baik buruk yang dulu baginya seperti minyak dan air sekarang seperti tinta dan air, membaur. Serta perasaan bencinya yang mengakar pada Iblis kini perlahan terangkat bersamaan dengan sudut bibirnya saat Lan Xichen menyuguhinya senyuman bulan sabit.Mungkin memang benar apa yang dikatakan Wei Wuxian kepadanya. Tidak semua Iblis itu buruk. Bersamaan dengan datangnya penghujung malam, bayangan malaikat dan iblis itu hilang ditelan gelapnya bayang-bayang semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucingnya Ikan Pari
FanfictionBerisi kumpulan oneshot dengan pair XiCheng / ChengHuan, alias kucing ungu dan ikan pari. Dengan segala genre dan rating. Dibuat karena merasa kekurangan akan asupan mereka dan atas dorongan beberapa pihak. Ingin menuangkan ke uwu an mereka lebih b...