Seorang gadis tengah bertekuk letut di hadapan gadis lain sambil menyatukan tangannya. Gadis itu sepertinya tengah mengharapkan sesuatu.
"Hana, bantu gue ya?" pinta gadis itu dengan wajah memelas. Gadis yang berdiri di depannya berdiri dengan wajah jengah.
"Enggak!" tolak gadis yang bernama Hana itu telak. Gadis dengan name tag Stephanie Silva Madava memajukan bibirnya.
"Cuma tugas wawancara aja kok, Han," bujuk Stephanie lagi.
"Kalau gitu wawancara Pak Tejo aja kalau gitu kan dia juga penjaga kolam ikan," ucap Hana tidak terpengaruh.
Pak Tejo itu adalah pengurus sekolah. Stephanie menggeleng kuat dia punya masalah dengan Pak Tejo.
"Tapi, lo kan tahu gue pernah curi ikan sekolah, Han. Pak Tejo sampai masukin gue list buronan."
Hana menutup telinganya rapat-rapat dan memalingkan wajahnya. "Bodoh amat."
"Lo jahat banget deh ciuss."
Hana bersedekap, "masalahnya kalau gue bantu lo, lo bukannya tambah pintar malah makin tambah bego, Epan."
Hana sudah lelah dengan sikap manja Stephanie yang semakin menjadi. Masalahnya semua tugas Stephanie pasti akan dikerjakan olehnya. Masalahnya tugas tentang himpunan saja dia tidak bisa.
"Bye gue pergi," Hana melambaikan tangan lalu berlalu. Stephanie melongo melihat kepergian Hana.
"Shit."
-🐈🐁-
Disinilah Stephanie berakhir, berdiri di balik tembok sembari memperhatikan kolam sekolah dari jauh. Dia merutuki dirinya yang hanya berdiri daritadi."Dahlah yang penting demi tugas," ucap Stephanie akhirnya.
Saat Stephanie mendekat ke sana Pak Tejo sudah memasang sikap waspada. Sudah tersedia sapu di tangannya yang sepertinya siap melayang bagi yang ingin berulah.
"Mau apa kamu?" tanya Pak Tejo galak. Stephanie meringis melihatnya.
Buset, galak bet kek anjing penjaga aja, batin Stephanie.
Stephanie tersenyum manis untuk memberikan kode bahwa dia datang dengan niat baik. Dia mengeluarkan buku serta pulpen dari tasnya.
"Cuma mau wawancara aja, Pak."
Setelah mendapatkan jawaban meyakinkan ekspresi Pak Tejo mengendur. "Oh ... wawancara toh bilang dong daritadi."
Stephanie terbatuk kecil lalu memulai wawancara. "Oke yang pertanyaan pertama, kapan bapak memulai usaha kolam ikan ini?"
"Ya mana saya tahu, pas saya kerja di sini kolam ikannya sudah ada."
"Kok enggak tau, Pak terus saya harus tulis apa di sini?" protes Stephanie.
Pak Tejo menaikkan bahunya. "Bilang aja yang punya enggak tahu."
Stephanie mengangguk patuh. "Oke pertanyaan kedua, berapa panjang dan lebar kolam ikan bapak?"
"Kira-kira panjang lima meter lebar dua setengah meter."
"Kok kira-kira sih, Pak yang pasti dong jangan kayak doi."
"Namanya juga perkiraan, Stephanie. Sudah lanjut saja pertanyaannya," ucap Pak Tejo sabar.
"Pertanyaan ketiga, berapa banyak keuntungan dari penjualan ikan tiap bulan?"
"Ikannya tidak dijual hanya dijadikan hiasan saja."
"Kok jadi hiasan aja, Pak kan kalau dijual bapak bisa dapat uang," protes Stephanie yang kesekian kalinya.
Urat-urat Pak Tejo terlihat di pelipisnya sepertinya sesuatu akan meledak. "Kamu banyak sekali protesnya, tinggal tulis saja!" murka Pak Tejo.
Pak Tejo sudah siap melayangkan sapu ke arah Stephanie. Tapi Stephanie yang sudah memperkirakannya langsung menghindar.
Tanpa dia sedari dia menabrak orang yang membuat orang itu jatuh ke kolam. Stephanie melihat ke belakang dan melihat seorang lelaki sudah basah kuyup dengan buku yang mengambang di dekatnya.
Bukannya langsung membantu Stephanie tertawa melihatnya. Dia mengulurkan tangannya tapi ditepis oleh lelaki itu.
"Gak butuh," ucap lelaki itu dingin. Dia berusaha berdiri tapi akhirnya terjatuh karena pakaiannya yang berat.
Itu membuat Stephanie tertawa lagi, "udah enggak usah malu—" Stephanie melirik name tag lelaki itu, "—Dyon sini gue bantuin."
"Gue bilang gue enggak butuh. Mending lo pergi dari sini," usir lelaki bernama Dyon itu.
Stephanie menganggukkan kepala, "oke, bye."
Stephanie benar-benar pergi meninggalkan Dyon tanpa merasa bersalah. Dyon pun dibantu oleh Pak Tejo untuk keluar dari kolam ikan.
"Nak Dyon enggak papa?" tanya Pak Tejo khawatir. Dyon menggelengkan kepala menandakan dia baik-baik saja.
Dyon melirik buku kimia miliknya nanar. Catatan di buku itu sangat lengkap bahkan disertai soal-soal latihan.
Pak Tejo menatap iba Dyon, "itu buku catatan buat olimpiade ya, Den?" tanya Pak Tejo. Dyon hanya mengangguk.
"Sabar ya, Den. Stephanie emang gitu orangnya, sukanya bikin onar," ucap Pak Tejo.
Dyon lagi-lagi hanya bisa mengangguk pasrah. Dia meratapi nasibnya yang harus mencatat dari awal lagi.
"Stephanie gue tandain lo."
-🐈🐁-
“Pertemuan antar manusia itu terjadi karena tali merah yang terhubung”
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl Is Stupid
Teen FictionCover picture : Pinterest "Bahkan jika lo gagal lo tetap harus hargai diri lo sendiri." Dia itu orangnya 3B, bodoh, bego, bloon. Bukan cuma itu saja dia juga usil, berisik, dan yang paling utama cantik. Namanya Stephanie Silva Madava. Setiap yang di...