Kita yang Asing-- @NILAMMM_CTN

24 6 60
                                    

Cinta, sampai detik ini aku belum paham perihal maknanya. Membedakan rasa kagum, suka, dan cinta. Masih dalam tahap menganggap bahwa tiga rasa itu sama saja, sama-sama menimbulkan rasa sakit jika pada akhirnya tak sesuai realita. Mendatangkan kesal dan juga marah ketika cemburu, entahlah, mungkin itu hanya terjadi kepadaku. Pada gadis yang sama sekali tak berpengalaman dalam hal menjalin hubungan asmara.

Jika berbicara tentang perasaan, maka aku akan mengajak kalian bermuara pada tiga benteng yang menjadi pemisah dalam hubungan asmaraku. Aku... tidak  jatuh cinta sendirian melainkan, bertiga. Membaca kata ‘bertiga' apa kalian berpikir bahwa kisahku seperti love triangle?

 Iya memang begitu namun, bukan seperti kisah pada umumnya sebab, pemisah kami adalah jarak, asing, dan perasaan masing-masing.

Layaknya sebuah kisah yang timbul karena dating app, aku dan dia saling mengenal melalui aplikasi yang kini banyak digandrungi oleh jutaan manusia. Bahkan, anak di bawah umur pun sudah banyak menggunakan aplikasi tersebut untuk menyenangkan diri. Twitter, aku mengenal sosok itu melalui sosial media berlogo burung putih berblok biru. Iseng mem-follow akun dengan user Cakrazka. Awalnya memang biasa saja, dia lucu, mood booster, ramah, dan... banyak menggombal layaknya laki-laki buaya.

Aku mengaguminya bukan karena kata-kata manis yang kerap keluar dari mulut dan juga upload-annya namun, entah kenapa tiba-tiba tertarik begitu saja. Dia... menarik.

- Lentera.

***

“Kak, gue bodoh ya?” tanya Lentera pada sosok yang sedang fokus membaca sebuah buku dengan judul ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.’ Terkekeh miris karena merasa konyol sekaligus kesal pada diri sendiri. Tak mengenal siapa sebenarnya sosok di balik Cakrazka tapi, perasaan datang begitu saja. Love strangers memang begitu ya?

“Kenapa? Lo abis ngelakuin kebodohan apa lagi?” Yang lebih tua bertanya jengah, Adiknya itu sering sekali melakukan hal aneh jika sudah menyangkut seseorang dibalik Cakrazka. “Lo dm-an sama dia dan salah fokus lagi, Ra?”

Menggeleng pelan sebagai jawaban. “Bukan, cuma gue ngerasa aneh, bodoh, sama konyol aja karena suka sama dia padahal ngga pernah ketemu. Mulai dari rupa, kebiasaan, gimana dia sebernernya, semua tentang dia gue ngga tau. Cuma sebatas kenal karakter, padahal kalau diliat-liat dia bukan tipe gue banget. Kok bisa naksir ya?”

“Cinta itu ngga mandang tipe idaman lo kayak gimana. Perasaan itu bakalan labuhin diri ke siapa aja yang emang bikin nyaman, Lentera.” Renjana menutup novel sebelum menatap lekat sang Adik. “Dia asli mana?”

Lentera kembali menggeleng pelan, menandakan bahwa ia tak tahu sosok pemuda itu dari kota mana. Beberapa detik kemudian ringisan keluar dari mulut sang Adik, rintihan menahan nyeri tertampil pada wajah gadis itu. Seseorang di depan telah memukul pelan kepala Lentera menggunakan sebuah bulpoint.

Renjana menarik napas kasar. “IH BODOH BENERAN TERNYATA! KESEL BANGET GUE!”

“LO BISA SUKA GITU AJA CUMA KARENA KARAKTER DIA?! Dan bahkan dia nunjukkin rasa perhatian itu buat semua yang follow akunnya.”

“Tadi lo yang bilang sendiri ya kalau perasaan ngga bisa diatur!”

“Sebenernya bisa, sih, kalau lo berusaha untuk nahan diri!” Tatapan serius ditunjukkan oleh yang lebih tua. “Dek, love with a stranger itu rumit. Kita ngga tau sifat, nama, dan pribadi aslinya dia. Gue juga yakin nama asli dia bukan Cakra, orang-orang di twitter banyak yang pake nama samaran ‘kan? Termasuk lo, dia sebatas tau panggilan lo Yupi padahal sosok dibaliknya itu Lentera.”

Gadis bergaun selutut itu menelungkupkan wajah di atas meja, meremas pelan surai yang sempat tertata rapi. Frustrasi dengan perasaan yang entah akan berujung seperti apa. Merasa takut dengan akhir tak bahagia. Takut di bawa terbang oleh halusinasi kemudian terjatuh di atas realita. Manusia terlalu mengajak bercanda semesta, kalimat itu terlintas begitu saja.

Mini Project; Chenle's BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang