08

341 68 17
                                    

Haii!! Update nih hihihi 😚 maaf yaa nunggu lamaaa
.
.
Sebelum baca budayain yuk untuk vote! Satu vote dari kamu berharga banget buat aku! 🥺
.
Oiya sorry kalo ada typo hehe
.
.

Happy Reading!

Flashback

Setelah mengetahui keberadaan Irene, V terus memperhatikan gadis itu. Karena keadaan yang ramai tidak memungkinkan untuk dirinya langsung menangkap gadis itu. Bahkan hingga hari mulai gelap V masih disini memperhatikan Irene yang sedari tadi hanya menangis dan duduk di bangku Taman.

Hingga penantiannya tiba, Irene mulai bangkit dan berjalan meninggalkan Taman. V terus berada di belakangnya mengikuti gadis ini dengan menjaga jarak yang cukup jauh. Jujur saja, V jadi penasaran kemana gadis ini akan pergi. V bingung, mengapa Irene memilih melewati jalan sempit yang terlihat berbahaya.

Tak lama, dugaannya benar. Irene berpapasan dengan kumpulan pria yang sedang mabuk. V menghela napasnya saat melihat Irene mulai diganggu sekumpulan pria itu. Itu adalah pilihannya untuk melewati jalan seperti ini, jadi V memilih berbalik badan dan hendak pergi, tidak menghiraukannya.

Namun belum hendak melangkah, V kembali berbalik badan dan mulai jalan menghampiri Irene yang sedang dikerumuni pria mabuk itu. Bukan, bukan karena ia peduli. Tetapi karena V tahu, pasti anak buah Suga ada yang mengenal para pria ini.

"Sial! Merepotkan sekali!!"

Flashback Off

Irene berlari menerobos hujan deras mencari jalan keluar dari jalan sempit ini untuk mencari taksi, karena V melarangnya memanggil ambulan karena akan menimbulkan keributan dan hanya akan menjadi tontonan warga sekitar.

Tangan Irene yang sedikit gemetar karena kedinginan ini melambai untuk memanggil taksi yang berada di sebrang jalan. Taksi itu akhirnya menghampirinya.

"Ahjussi, tolong tunggu sebentar aku harus membawa teman ku," Irene berbicara setelah supir itu menurunkan kaca mobilnya.

"Baik,"

Setelah mendengar itu, Irene berlari kembali ke bangunan kosong dimana V berada. Ia melihat pria itu semakin lemas dan pendarahannya belum berhenti. Buru-buru Irene membantunya berdiri dan berjalan.

"Taksinya sudah di depan, tahan sebentar lagi," Irene mengalungkan lengan V pada lehernya.

V hanya menurut dan sesekali memperhatikan wajah gadis ini yang tampak berusaha sangat keras untuk menuntun tubuhnya ini yang dua kali lebih besar darinya.

"Tujuannya kemana ya?" Tanya supir itu setelah Irene berhasil membawa V masuk mobil.

"Rumah sakit terdekat, tolong cepat Ahjussi,"

"Baik,"

Irene kembali menekan perban yang berada di perut V untuk menahan pendarahan.

"Akhh..." V hanya bisa meringis sembari memejam menahan nyeri.

Tiba-tiba V menjatuhkan kepalanya di pundak Irene. Tubuhnya semakin lemas, bahkan untuk menopang kepalanya saja sudah tidak kuat. Mata sayunya berusaha untuk terbuka walau hanya sedikit.

"Hey! V! Kau tidak boleh pingsan!" Irene menepuk-nepuk pipi pria ini untuk menyadarkannya.

Namun matanya semakin berat dan memaksanya untuk terpenjam. Melihat itu Irene semakin khawatir hingga tanpa sadar air matanya kembali membasahi pipinya. Namun Irene segera menyeka air matanya dan fokus untuk menahan pendarahannya.

Gangster | VreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang