23 April 2005 - Bekal

160 11 1
                                    

Di pagi hari, berlatarkan meja makan. Rian dan Reza duduk menyantap sarapan buatan Lita. Sedangkan Lita berdiri menyiapkan bekal ke dalam tas kedua putranya.

"Ma, aku bosan bekal nugget terus." ujar Rian malas, ketika Lita tengah memasukkan kotak bekal ke dalam tasnya.

"Sama ma, Reza juga bosan. Gimana kalau uang jajan aja  yang ditambahin. Di kantin banyak jajanan enak." Tambah Reza antusias.

"Yasudah, nih mama bekalin Rian 25 ribu, Reza juga sama. Ok!" Lita mengeluarkan dompet dari dalam tas miliknya, memasukkan uang jajan tersebut ke dalam tas Rian dan Reza.

"Asikkk, terima kasih mama." Reza bertepuk tangan bahagia.

"Mama, mama yang paling baiiikk sedunia." Rian mengancingkan kedua jempolnya.

"Iya dong, mamanya siapa dulu?" Ujar Rita

"Mamanya Rian dong!" Balas Rian

"Mamanya Reza!" Tutur Reza tidak terima

"Iya, mama kan mamanya kalian berdua. Dimakan sarapannya, nanti kalian kelaparan lho dikelas Kalau nggak sarapan." Ujar Lita menakut-nakuti kedua anaknya.

Laut berjalan mendekat, dapat terlihat jelas perbedaan Seragam antara Rian, Reza dan Laut. Hanya laut yang menggunakan Seragam merah putih dengan gradasi kuning di beberapa tempat disertai kerutan tidak rapi. Lain halnya dengan seragam Rian juga Reza, kemeja rapi berwarna putih bersih dengan corak bawahan bermotif kotak-kotak.

Laut menunduk menatap kaos kakinya yang kendur namun untungnya ada karet gelang yang bisa menahan kaos kaki tetap berdiri kokoh di betisnya.

Laut mendongak menatap mamanya, ia memberanikan diri menyentuh ujung lengan Lita.

"Ma, Laut boleh bekal? Lauknya terserah mama aja. Boleh ya ma? Laut nggak papa kalau nugget nya untuk kak Rian sama kak Reza aja. Laut juga nggak perlu jajan, Laut mau bekal masakan mama aja." Bujuk Laut menarik pelan lengan baju Lita.

"Kamu tidak lihat ya? saya capek buat bekal buat kakak kamu! Udah, kamu ngapain bekal! Nih bawa air aja, cukup kan! Jangan boros! Papa lagi susah. Sana berangkat! Saya mau ke salon." Ujar Lita tidak suka, dengan kesal ia menyerahkan botol berisi air putih pada Laut.

"Iya ma, terima kasih." Laut menerima botol minum pemberian Lita dan mendekapnya erat.

Laut mengintip sarapan yang dimakan oleh kakak-kakaknya. Laut ingin ikut sarapan akan tetapi Lita hanya membuat dua porsi nasi goreng saja. Laut meneguk ludahnya manakala satu suapan besar berhasil memasuki mulut Rian.

Laut menggeleng pelan, mengenyahkan bayangan nasi goreng buatan mamanya. Apalagi harum semerbak nasi goreng sudah terlebih dahulu menelusup dari celah pintu kamarnya ketika Laut berganti pakaian.

Laut berjalan menuju pintu, matanya menelisik letak sepatu hitam miliknya di rak sepatu. Matanya menyapu pandangan pada sepasang sepatu hitam mengkilap yang tampak baru. Tangannya meraih sepatu yang berada tepat di bawah sepatu mengkilap. Sepatu hitam sedikit usang, tapak sepatu yang menipis hingga tercetak kotak-kotak dasar bagian bawah sepatu. Taplak sepatu yang sedikit terbuka di bagian pinggir. Dengan segera Laut memasang sepatunya.

Dari belakang terdengar suara heboh Rian. Laut menoleh sejenak ketika ia telah selesai memasang sepatu miliknya.

Rian menggunakan sepatu hitam mengkilap, begitupun Reza meskipun milik Reza tidak begitu mengkilap karena sepatu milik Rian adalah sepatu yang baru ia beli minggu lalu. Sepatu dengan magnet dan berhadiah Mobil remot kontrol.

"Rian mau di depan!" Rian berdiri di depan pintu samping kemudi, menghalangi Reza.

"Reza di depan!" Reza berusaha menyingkirkan Rian dari hadapannya.

"Gantian dong Reza! Kemaren kan udah!" Teriak Rian tidak terima.

"Ihh Rian! Pokoknya Reza mau di depan!" Amuk Reza tidak mau kalah.

"Ma! Reza curang! Hari ini kan harusnya giliran Rian yang duduk di depan!" Rian merengek pada Lita

"Reza, gantian dong nak, nggak boleh gitu sayang. Harus adil! Ok! Pulang nanti kita beli eskrim." Bujuk Lita pada anak-anaknya.

"Horeee!" Jawab Rian Reza bersahutan.

"Ma, Laut boleh ikut makan eskrim?" Tanya Laut berhati-hati.

"Kamu pulang sekolah langsung pulang! Jagain rumah." Tolak Lita tegas, Laut menunduk menatap lantai teras rumahnya. Laut juga ingin makan es krim.

"Ayo ma, nanti Rian sama Reza telat." Ujar Rian menyadarkan Lita.

"Oke!" Sahut Lita

Lita, Rian dan reza berlalu pergi menggunakan mobil. Ketika mobil keluar dari gerbang, Lita buka jendela kemudi.

"Cepat keluar! Pagarnya Jangan lupa di kunci!" Laut berlari keluar dan tidak lupa mengunci Pagar.

Mobil Lita melaju pergi meninggalkan laut, karena laut berbeda sekolah dengan kedua kakaknya yang sekolah di sekolah swasta sedangkan laut di sekolah Negeri. Kenapa Laut tidak berangkat satu Mobil dengan kedua kakak-kakaknya? karena mama tidak ingin mutar balik ke sekolah laut, maka laut berangkat sekolah dengan jalan kaki.

Laut melangkah dengan semangat, ia harus sekolah supaya pintar. Pasti mama Dan papanya bangga.

***
24/11/21

Suara Dari LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang