17 July 2005 - Mungkin Lupa

98 9 0
                                    

Laut bangun lebih pagi hari ini. Minggu pagi yang sangat spesial untuk Laut, karena hari ini hari ulang tahunnya.

Laut keluar dari kamar, mengintip sejenak. Tapi nampaknya semua orang Masih bergelung di alam mimpi, tidak heran karena ini hari minggu. Waktunya bangun siang, bukan begitu? Senyum Laut masih tidak luntur dari wajahnya.

1 jam...
2 jam...

Lama Laut menunggu anggota keluarganya bangun.

Ceklek

Bunyi pintu terbuka membuat Laut menoleh dengan cepat, ternyata mama bangun. Laut memberikan senyuman terbaiknya, tapi Lita hanya berlalu menuju dapur.

Begitu saja? Mungkin mama lupa. Begitu pikir Laut.

Tidak lama berselang, Rian Dan Reza bangun.

"Hoaamm..." Rian melangkah menuju sofa, bersandar menonton tayangan kartun.

"Mama, Reza lapar." Teriak Reza

"Sabar sayang, mama lagi masak." Sahut Lita dari dapur.

Reza melangkah gontai terbaring di sofa, di samping Rian.
Laut menatap penuh harap pada kakak-kakaknya.

"Kenapa lihat kaya gitu?" Rupanya Rian risih ditatap oleh Laut.

"Kak, kakak tahu nggak? Ini hari apa?" Tanya Laut riang

"Hari minggu lah!" Jawab Rian ketus

"Iya, makanya kita bisa bangun siang langsung nonton kartun." Sambung Reza

"Mungkin Lupa..." Racau Laut pelan

"Kenapa lagi?" Tanya Reza

"Nggak ada." Laut menggeleng

"Anak-anak, sarapan!" Panggil Lita

Redian keluar dari kamar langsung duduk di meja makan, kopi dan sarapan telah terhidang di hadapannya.

"Wow...indomi goreng!" Ujar Reza dan Rian senang

"Makan yang banyak ya." Ujar Lita

"Pasti ma! Mama kan jarang masakin kita indomie." Rian mengambil indomie ke dalam piringnya, begitupun dengan Reza.

Lita menyendokkan untuk Redian, untuk dirinya dan terakhir untuk Laut.

Laut hanya kebagian sedikit dari indomie goreng. Porsi yang sangat jauh dibanding anggota keluarga lainnya. Lita menyendokkan dua sendok nasi ke dalam piring Laut.

"Pakai nasi, biar kenyang." Laut menatap makanan di piringnya.

Rian dan reza asik menikmati indomie goreng tanpa nasi sedangkan hanya laut yang pakai nasi. Laut tidak mengeluh, ia memakan miliknya dengan penuh syukur.

"Papa..." Belum tuntas Laut berbicara, Redian terlebih dahulu bangkit dari kursinya.

"Papa pergi sebentar." Pamit Redian

Mungkin papa lupa, batin Laut.

Hari menjelang siang bahkan sore. Deru mesin terdengar. Laut membukakan pintu dengan cepat.

Redian pulang, membawa kantong di kedua tangannya.

"Mama mana?" Tanya Redian

"Mama di kamar." Jawab Laut

"Kakak kamu?"

"Di sofa." Setelah Laut membalas pertanyaan papanya, Redian berlalu melewati Laut. Laut menutup pintu dan ikut menyusul Redian.

"Rian, Reza, lihat ni papa bawa apa!" Redian mengangkat kantong di tangannya tinggi, mengundang rasa penasaran anak-anaknya tidak terkecuali Laut.

"Papa bawa apa?" Tanya Rian heboh

"Ada apa nih, kok ramai banget." Tanya Lita

"Wow papa bawa game!" Ujar
Reza

"Iya, masing-masing dapat satu ya." Ujar Redian menyerahkan kepada Rian dan Reza.

"Makasih papa." Rian Reza mengecup pipi Redian senang. Redian mengobrol dengan Lita, meninggalkan anak-anaknya di ruang tamu.

Berbeda dengan Laut. Rian dan Reza asik bermain, Laut hanya bisa mengintip dari samping. Matanya berbinar, ingin rasanya mencoba tapi ia tidak berani.

"Laut mau main?" Tanya Reza

"Memangnya boleh?" Tanya laut

"Boleh dong!" Jawab Rian

Laut bermain dengan riang, Rian memberi kode pada Reza yang dibalas anggukan. Reza mendorong tubuh laut dengan sengaja hingga game yang berada di tangan Laut terjatuh terhempas ke lantai.

"Maaaaaaaaaaa!" Teriak Rian dan reza. Lita tergopoh-gopoh menghampiri keduanya.

"Kenapa sayang?" Tanyanya khawatir

"Game Rian rusak ma!" Rian menangis kencang.

"Aduh anak mama, nggak usah sedih ya nak." Ujar Lita menenangkan anaknya.

"Ada apa nih?" Redian menghampiri

Reza menangis menghampiri Redian.
"Pa, maaf ya Reza nggak sengaja."

"Nggak pa, bukan Reza tapi Laut yang jatuhin game Rian." Bela Redian

"Benar begitu Laut?" Tanya Redian

"B-benar pa, Laut nggak sengaja." Ujar Laut menunduk ketakutan dan menangis.

"Kamu ini bisanya bikin masalah! Sini ikut papa!" Redian menyeret Laut ke kamar mandi dan menguncinya di dalam tanpa penerangan.

"Pa, jangan pa! pa, Laut takut! Laut minta maaf! Laut janji nggak akan ngulangin Lagi pa! pa bukain pintunya..." Laut terus memohon tapi diabaikan.

Lita, Redian, Rian dan Reza pergi makan malam diluar. Meninggalkan Laut yang terkunci di toilet selama 4 jam hingga pukul 8 malam dalam keadaan haus dan lapar. Ketika mereka pulang, barulah di bukakan.

Laut meringkuk di kasurnya, bunyi perut terus terdengar. Laut kelaparan, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Terakhir kali Laut makan adalah tadi pagi.

Laut yakin mereka semua sudah tertidur, Laut yg lapar pun mengendap agar tidak menimbuklan keributan dan menganggu tidur mereka. Dibukanya tudung saji, tapi tidak ada masakan yang tersisa.

Laut melihat rice cooker yang hanya tersisa sesendok centong nasi. Laut mengambil piring plastik, menuang nasi dengan campuran kecap dan garam serta meneguk air putih yang banyak.

Hari ini hari ulang tahunnya. Jangankan kue serta tiup lilin, nampaknya tidak ada satupun yang mengingat hari kelahiran Laut.

Mungkin Lupa, begitu pikirnya.

Laut kembali ke kamarnya. Dia mengambil buku, lalu menggambar di atas kertas putih.

Laut menggambar susunan kue ulang tahun, dengan lilin angka 7 diatasnya.

"Selamat ulang tahun
Selamat ulang tahun
Selamat hari ulang tahun
Selamat ulang tahun" Laut bernyanyi pelan

"Selamat ulang tahun Laut." Ucapnya pada diri sendiri

Laut meniup gambar lilin di bukunya.

'huuuufft'

Setetes air menetes di atas bukunya. Dadanya terasa sesak tapi Laut tidak tahu apa arti dibalik perasaan sesaknya itu. Di usapnya cairan itu menggunakan selimut tipis, Laut meletakkan bukunya kembali. Laut merangkak ke atas kasur, ia memejamkan matanya berharap perasaan sesak itu menghilang.

***
24/11/21

Suara Dari LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang