Bagian 1

32 3 4
                                    


Penampilan-nya membuat siswa – siswi dikelasnya menatap jijik kearahnya, enggan untuk sekadar menyapa. Han Yuna, gadis pemilik tatapan tajam itu juga tak mengambil pusing akan sikap teman – teman sekelasnya, terlampau hafal bahkan bisa dibilang makanan sehari – hari. Lagipula siapa juga yang mau berteman dengan gadis yang bahkan jam-pun belum menunjukkan pukul 8 pagi namun penampilannya sudah jauh dari kata rapi? Jadi Yuna memilih untuk mewajarkan saja, toh 2 tahun juga tak akan lama. Iya, Yuna kini duduk di bangku kelas 10 semester 2 akhir yang artinya hampir satu tahun sudah dilewatnya sebagai murid SMA Panca Anjana, sekolah swasta yang bergengsi di kota ini. Wajar saja bila muridnya sangat memperhatikan penampilan saat ingin memilih seseorang untuk diajak berteman.

Ngomong – ngomong tentang Yuna, Yuna kini memilih mengambil langkah menuju bangku yang terletak pada pojok belakang kelas, dekat dengan alat – alat kebersihan. Langsung mengambil posisi untuk duduk dengan kepala diletakkan diatas lipatan tangan, bersiap untuk tidur yang lantas membuat teman – teman sekelasnya menoleh ke arahnya dan satu per satu mulai meneriakinya.

"Heh, preman! Lo dateng – dateng main tidur aja sih?! Jadi perempuan tuh sekolah yang bener gak usah belagak sok begajulan! Malu – maluin kelas kita aja!"

"Tau tuh! Cewe gak bener sih emang. Wajahnya aja bekas luka semua, lo kalo mau tawuran gak usah sekolah sekalian!"

"Disekolahin susah susah biar jadi orang, anaknya jadi kang pukul hahaha."

"Heh, preman! Lo gak beberes kelas kan kemaren! Liat nih kotor banget kelas kita!"

"Itu otak jangan tawuran aja dong isinya!"

"Bangun lo preman! Beresin kelas woi!"

Dan masih banyak teriakan – teriakan nyaring lainnya yang memekakan telinga sekaligus menyakiti hati. Umpatan – umpatan ini sudah menjadi hal yang biasa bagi Yuna.Tak sepenuhnya menyalahkan mereka sebab benar saja, penampilannya memang tak bisa disebut sebagai penampilan gadis yang sedang duduk dibangku sekolah, terlalu berantakan. Yuna bergeming, demi apapun dia hanya ingin pagi yang tenang untuk hari ini saja. Namun sepertinya dunia memang tak ingin memberi Yuna waktu untuk sekedar beristirahat. Ingin rasanya untuk kali ini saja dirinya berontak, tak ingin lagi jadi bulan – bulanan teman sekelasnya. Namun harapannya pupus ketika sebuah penghapus papan tulis dilempar persis kearahnya dan mendarat dengan sempurna di kepalanya. Penghapus itu lantas jatuh dan mengotori rok seragamnya. Yuna mendongak, menatap si pelaku dengan tatapan yang benar – benar sulit diartikan. Si pelaku yang merasa tak nyaman ditatap seperti itu akhirnya membuka suara.

"Apa liat – liat! Tugas lo disini kan emang buat beres – beres kelas, tolol!" Kim Hana, gadis yang melempari Yuna dengan penghapus papan tulis.

Tanpa berbicara Yuna langsung berdiri dan mengambil sapu dibelakang bangkunya. Mengabaikan rasa sakit pada bagian kepala yang bertambah parah, pasalnya lemparan Hana tadi tepat pada bagian kepala Yuna yang bengkak, entah karena apa.

Yuna masih saja menyapu lantai kelas meski teman – teman sekelasnya terus saja mengusilinya dengan melemparkan sampah – sampah baru ke lantai, membuat Yuna harus menyapu berulang kali pada bagian tertentu. Yuna melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya untuk memastikan dia memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan bersih – bersih kelas ini. Sisa 10 menit sebelum bel pelajaran pertama dimulai, namun teman – temannya masih saja tak berhenti melempari sampah - sampah baru. Yuna menghela nafas, mencoba tetap sabar mengenai perlakuan teman – teman sekelasnya terhadapnya. Ah, haruskah Yuna menganggap mereka sebagai teman?

Kegiatannya terganggu kala seseorang merebut sapu yang ada di tangannya. Ahn Do Shin, adik bungsu kekasihnya Ahn Do Young. Bukan berterimakasih ataupun merasa lega, Yuna justru mendelik ke arah Do Shin. Bukan apa – apa, tetapi semakin Yuna menerima bantuan dari orang – orang yang memiliki relasi dengan kekasihnya semakin parah juga perundungan yang Yuna terima dari teman – temannya. Maka dari itu Yuna sebisa mungkin menghindari Bahkan pernah sekali, kaki Yuna pincang kurang lebih sebulan sebab tak sengaja menginjak paku yang ada di dalam sepatunya dan baru Yuna ketahui akhir – akhir ini bahwa Hana dan Kyungmi lah pelakunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTARGATA : yang tersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang