Malam ini, jutaan bintang enggan menampakkan diri nya pada bentangan langit luas. Mungkin awan kelabu bersemi hitam itu menutupinya. Angin berhembus kencang, membuat siapa saja yang merasakannya dapat membatu.
Dua atma yang masih mencari jati diri nya itu terduduk di salah satu pinggiran loteng bangunan tak terpakai yang berada di pinggiran jalan. Mereka menyukai kerlap kerlip cahaya di langit. Bagi mereka bintang seperti cahaya yang dapat menemani dikala mereka redup. Bagi mereka menghabiskan waktu seperti ini adalah hal menyenangkan. Namun sangat disayangkan, malam ini seperti nya langit beserta isinya tidak ingin menjadi saksi bisu kisah Juna dan Lintang.Arjuna, laki laki yang kala ini sedang terduduk di sisi kanan itu menoleh pada lawan bicaranya.
"Lintang, nanti temani aku ya?"
Sang lawan bicara mengerutkan kening nya, isyarat tak mengerti apa yang sang laki laki katakan. "Temani? kemana Juna?".
"Ke masa depan, aku mau sama kamu. Dunia terlalu gelap dan menyakitkan kalau aku berjalan sendirian".
Sang perempuan tersenyum."Ya Juna, ayo kita terus berteman. Aku juga takut kepada dunia ini. Juna, janji padaku ya? kamu akan selalu menjadi temanku?."
"Aku ngga janji ya Lintang, aku gatau tetap bisa jadi temanmu selalu atau ngga, soalnya di masa depan aku mau selalu menemanimu tapi....". Bukan Arjuna memang jika tidak menjahili Lintang barang sehari, laki laki itu sangat senang membuat Lintang kesal dengan tingkah laku nya. Baginya ekspresi Lintang saat marah adalah hal ter lucu yang pernah ia lihat.
"JUNA! kamu yang tadi minta ditemani, kenapa sekarang malah ga janji?KENAPA?".Semburat mukanya terlihat takut, marah, dan amat kecewa. Juna yang melihat Lintang seperti itu merasa kaget.
"Lintang, tenang dong aku kan belum selesai ngomongnnya. Di masa depan aku itu mau menemani kamu, tapi ga mau jadi teman mu lagi ah, aku maunya jadi suami kamu hehe". Seperti tiada salah, ia tersenyum polos sampai kelopak matanya membentuk bulan sabit.
Berbeda dengan sang tuan yang terkikik, sang puan terlihat menahan amarah, tapi tak bisa dipungkiri senyum dan mimik tersipu sedikit terselip di wajahnya sebelum wajahnya yang marah itu ia tampakkan.
"Apasih?kamu pasti belajar sama Jenan yaa nge gombal begini, ngeselin."
"Iya aku belajar sama Jenan, keren kan?"
"NGGA JUNA, GA SAMA SEKALI, AMIT AMIT AKU SAMA JENAN, GARING TAU DIA"
"Jenan garing, tapi aku ngga kan?"
"Ngga Juna, kamu sama aja kaya Jenan, ihh takut"
"Takut apa baper? kok muka kamu merah, mirip tomat". Juna tertawa lepas.
" Terserah kamu, ngeselin, ih males ah aku mau pulang aja". Bukan marah, Lintang sangat malu karena semburat pipi nya yang memerah terlihat oleh Juna.
Lintang berbalik, kemudian ia beranjak dari duduk nya, belum sempat ia melangkah teriakan dari Juna mampu memberhentikan pergerakan nya.
"LINTANG, MAU KEMANA?." Melihat lawan bicara nya tak ada di sebelah dirinya, Juna beranjak bangun dari tempat.
" Lintang, kamu tahu kenapa malam ini aku ajak kamu kesini?."
Tidak terdengar nada meledek seperti sebelumnya, Lintang yang sudah tau situasi seperti ini memilih untuk kembali duduk, ia menarik lengan Juna agar ikut duduk bersamanya.
"Aku ngga tahu kamu kenapa, sini, duduk, ceritain semua apa yang mau kamu ceritain Juna."
Tak salah Juna menganggap gadis yang tepat berada di depan nya sebagai rumah. Sama seperti rumah, gadis ini selalu punya cara untuk melindungi Juna dari segala badai dan terik yang menerpa. Ia duduki kembali tubuh nya, menarik nafas dalam dalam sebelum sebuah cerita ia lontarkan dari mulut nya.
"Lintang, Mas Tian sama Ibu bertengkar lagi, aku takut".
Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk baca karangan cerita yang belum sepenuhnya baik ini, semoga dapat menghibur, walau sedikit.
HOPE U LIKE IT GUYSS!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah
FanfictionIa sama seperti rumah, selalu penuh hangat. Namun layaknya rumah, ia bisa saja goyah, roboh, lalu hancur tanpa sisa. Membuat siapa saja yang singgah harus pergi dan mencari kembali tempat ternyaman yang dapat di singgahi. Namun rumah tetaplah rumah...