[1]

2.7K 341 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























Seorang pemuda dengan topeng yang nyentrik sedang berpatroli disekitar kota wilayah rakyat biasa. Dia adalah William Vangeance, seorang ksatria sihir pasukan Rusa Abu-abu.

Senyuman lembut terukir diwajahnya saat melihat para rakyat yang melakukan kegiatan sehari-hari dengan layaknya.

"A-aku tidak punya apapun!"

Suara jeritan perempuan memasuki pendengaran William. Pemuda itu mengedarkan pandangannya. Dia menutup matanya, merasakan keberadaan seseorang yang membutuhkan bantuannya.

Di sebuah gang yang sepi, seorang gadis berhelai [h/c] sedang dipojokkan. Dia menahan tangis, takut-takut dengan lelaki tidak beradab yang memojokkannya.

"Ah! Kalau begitu, berikan tubuhmu~" godanya.

[Name], gadis itu mengerutkan alisnya. "Aku tidak berniat seperti itu! Anda tidak berhak begitu!" teriaknya.

"Perempuan sialan!"

Tiba-tiba ada akar-akar yang mengikat tubuh laki-laki didepannya. Gadis itu mengerjap saat laki-laki tersebut tidak sadarkan diri setelah energi sihirnya habis dan di cekik begitu saja.

"Nona, kamu tidak apa-apa?"

[Name] mendongak saat melihat seorang lelaki dengan topeng yang nyentrik menghampiri dirinya. Dia tersenyum hangat. Cara dia menyelamatkan [Name] sudah seperti seorang pangeran.

"A-anu.. terimakasih, tuan Ksatria Sihir!" ucap [Name] gagap.

William tersenyum. "Tidak masalah." Netranya beralih pada laki-laki yang terjerat oleh sihirnya. "Laki-laki itu seharusnya melindungi, bukan menyakiti. Ini kesalahan besar," ucapnya.

[Name] terpukau dengannya. Tanpa sadar kalau wajahnya mulai tersipu. Pasukan Rusa Abu-abu? Itu pasukan terbaik saat ini. [Name] baru sadar itu dan dia benar-benar terkejut.

William mendekat, meletakkan tangannya pada bahu gadis itu. "Kamu baik-baik saja? Apa ada yang membuatmu tidak nyaman?" tanyanya.

'aku tidak baik-baik saja karenamu..'

"A-aku baik-baik saja!" [Name] nyaris berteriak.

William mengangguk mengerti. Lelaki itu menelepon temannya yang lain, agar membantunya membawa orang ini.

"Anu..." [Name] memanggil William. William menoleh, "ada apa?" [Name] menghela nafas. "Bolehkah aku tahu nama anda? Dan.. sebagai rasa terimakasih.. bolehkah aku melakukan sesuatu untuk anda?" tanya [Name].

William berdehem kecil. "Namaku William Vangeance. Tidak perlu melakukan apapun untukku. Dirimu selamat saja tidak apa-apa," ucap William.

Gausah ngebaperin anak orang deh mas.

[Name] terdiam, mencari akal. "Kalau begitu.. bolehkah anda mampir ke rumahku, Vangeance-san?" tanya [Name].

"Hm? Buat?"

"Makan siang.. setidaknya aku harus membalas kebaikanmu.."

"... Baiklah."

***

[Name] membuka pintu rumahnya saat William berada didepan. William berterimakasih dan mengucapkan permisi untuk masuk ke rumah [Name]. Lelaki itu terkejut karena rumahnya cukup rapi dan tidak terlihat sama sekali kotoran.

"Ah, iya.. aku belum tau namamu."

[Name] tersenyum. "Namaku [Name]. Aku seorang batang kara. Ibu dan ayahku sudah tiada, lalu aku tidak punya hubungan apapun dengan yang lain. Pekerjaanku selama ini menjadi pelayan di cafe," ucap [Name].

William ber-oh ria. Netra ungunya memperhatikan gerakan [Name] yang sedang memasak. Ternyata [Name] memiliki sihir yang tidak terlalu kuat. Sihirnya digunakan untuk melayangkan benda yang [Name] inginkan.

'entah kenapa dia menarik..' pikir William.

[Name] sudah selesai memasak makan siang. William berterimakasih karena [Name] berbaik hati makan siang dengannya.

"Maaf kalau makan siangnya hanya bistik dan sup. Aku tidak tau makanan yang kalian para bangsawan suka," ucap [Name] kikuk.

William menggeleng. "Tidak apa, [Name]. Meski aku bangsawan juga.. aku hanyalah laki-laki biasa yang sudah diselamatkan nyawanya," ujar William.

[Name] berkedip mendengarnya. William memang unik dan misterius, pikirnya. [Name] menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Itu.. anu.. kenapa topengnya tidak dilepas? M-maksudku agar menyantap makanannya lebih nyaman," ucap [Name] kelabakan.

William terdiam. Dia meraba topengnya. "Aku.. hanya tidak ingin orang lain melihat ini. Tapi, apa kamu keberatan saat melihat dibalik ini?" tanya William.

[Name] mengangguk. "Tidak masalah."

William membuka topengnya. Tampaklah wajahnya yang putih itu dengan jejak sihir di setengah wajahnya. William terlalu takut menunjukkan wajahnya ini.

"Jejak sihir.. itu apa?"

"Ini kutukan yang menurun dari keluarga ibuku. Meski aku punya energi sihir yang besar, mereka memanggilku anak terkutuk dan memperlakukan diriku kejam karena wajah ini. Karena itulah, aku ragu menunjukkannya didepan umum," jelas William. "Sepertinya kamu sudah melihat wajahku yang sebenarnya. Akan kupakai lagi topeng ini--"

"Tidak! Kau lebih tampan tanpa topeng itu!" [Name] tanpa sadar berteriak.

Deg, William merasakan perasaan aneh. [Name] terjengkit dan kelabakan karena berucap begitu.

"M-maksudku.. wajahmu tidak perlu dipermasalahkan. Justru terlihat menarik. Tapi memakai topeng itu, kurasa bisa membuatmu tidak terlalu memikirkan kutukan itu, ya..."

William hanya diam mendengarnya. Alih-alih menyantap makan siang, dia berbicara hangat dengan gadis yang diselamatkan olehnya. Dan entah kenapa, William juga merasa dirinya diselamatkan oleh kata-katanya.

William tersenyum. "Terimakasih. Aku akan sering bertemu denganmu tanpa topeng kalau begitu."

"....."

Ya ampun.. tanggung jawab lho anak orang dibaperin..




































 tanggung jawab lho anak orang dibaperin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] I Love You | William V.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang