"Hoi, topeng aneh! Mau kemana?"
Panggilan dan pertanyaan dari Yami, selaku rekannya itu membuat William menoleh sejenak. Yami keheranan. Apa yang mau dilakukan si topeng aneh ini? Apalagi, tumben sekali dia terlihat agak marah.
"Bertemu seseorang. Apa kau butuh sesuatu, Yami?" tanya William.
Yami mengerjap. "Pacarmu?"
"Bukan."
"Kau tidak pernah bilang kau punya pacar, topeng aneh! Belikan aku sake kalau begitu!"
"Aku tidak pacaran.."
"Pembohong!"
William menghela nafas lelah. "Aku mau berbicara dengan perempuan yang kau sebut-sebut pacarku. Aku tidak pacaran dengannya. Hanya saja, aku mau berbicara dengannya tentang sesuatu," jelas William.
Yami melongo, menjatuhkan putung rokoknya. "Wahh... Jadi kau punya incaran begitu? Memangnya apasih yang mau kau bicarakan?" tanya Yami.
William meletakkan telunjuknya di bibirnya. "Rahasia.'
"Apa-apaan main rahasia-rahasia. Kayak bocah aja," gerutu Yami.
William menggeleng-gelengkan kepalanya. "Suatu saat, nanti kau juga tau."
***
William terdiam didepan cafe tempat [Name] bekerja. Rupanya mereka sedang tutup. William menghela nafas pelan, "baiklah. Aku akan menghampiri dia dirumahnya."
William beranjak dari tempatnya, menuju ke kediaman sang gadis itu. Tatapannya sendu, mengingat kejadian beberapa waktu itu.
"Tunangan..."
William mendapati sosok yang sedang berjalan lalu tertunduk, seperti menahan sesuatu. Dia tau, itu [Name]. William bisa merasakan mana-nya yang unik itu.
"Uhuk!--"
"[Name]!"
[Name] tersentak, mengelap sesuatu di bibirnya. William menghampiri [Name], menyentuh pundaknya. "Kamu tidak apa-apa? Apa kamu sakit? Apa kenapa?" tanya William, khawatir.
[Name] tersenyum. "Aku cuma agak lapar. Hehe..."
"Beneran?"
"Iya, beneran kok."
William terdiam. Dia menggenggam tangan kecil gadis itu. " Sepertinya aku tidak bisa percaya. Mari pulang. Aku akan membantumu. Kamu sepertinya agak sakit," ucap William.
"A-aku cuma lapar!"
"Lapar itu salah satu dari efek sakit. Tapi saat diberikan makanan, nafsu lapar jadi menghilang. Aku akan memaksa membantu, [Name]."
[Name] mempoutkan bibirnya. Dia tersenyum saat William kini ada didekatnya. Rasa kupu-kupu sedang berterbangan kembali dia rasakan.
William terhenti saat didepan rumah [Name]. Dia berbalik, menatap iris [e/c] dari balik topengnya.
"[Name]. Apa kamu berbohong padaku?"
[Name] menaikkan satu alisnya. "Bohong? Soal apa?"
"Mengenai kamu yang tidak punya pasangan," balas William.
"Aku beneran gak punya."
"Aku ragu. Kamu sangat dekat dengan Edgar. Jangan bohong."
"Dekat bukan berarti bisa bersatu."
"Dan dekat juga bukan berarti tidak menyembunyikan sesuatu." William membalas khawatir. "Aku serius. Aku mendengar soal pertunangan. Lalu apa itu?"
Hah?
Apa?
Tunangan?
Jangan-jangan...
"PFFT--" [Name] menyemburkan tawanya. Dia menepuk-nepuk bahu William. "Ahahaha! Seriusan? Kamu salah paham! WAHAHAHAA!"
"Hei.. gak lucu," ucap William yang agak mulai merasa malu.
"Aku dan Edgar itu membahas soal acara pertunangannya dengan calonnya! Aku berencana buat datang dan memeriahkannya! Kamu mendengarnya?"
William memerah perlahan-lahan. [Name] semakin tertawa keras karena William yang dia kenal bijak itu salah paham.
"B-berhenti tertawa.." lirih William. "Aku cuma khawatir.."
[Name] berhenti tertawa. "Soal apa?"
"Soal...." William melirik kesana-kemari. Dia membuka topengnya. Wajahnya yang memerah, lalu senyumnya yang misterius, dan irisnya yang tampak berkilau, kini sedang [Name] saksikan. "... nantinya aku tidak bisa menjadi yang pertama mengambil hatimu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] I Love You | William V.
Teen Fiction❝ aku mencintaimu ❞ bagaimana caranya seorang komandan dari pasukan ksatria sihir terkuat mengungkapkan perasaannya padamu secara terang-terangan? ©𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 - 𝐘𝐔𝐊𝐈 𝐓𝐀𝐁𝐀𝐓𝐀